{22} Al-Hajj / الحج | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النور / An-Nur {24} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Mu’minun المؤمنون (Orang-Orang Mukmin) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 23 Tafsir ayat Ke 51.
يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا ۖ إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ ﴿٥١﴾
yā ayyuhar-rusulu kulụ minaṭ-ṭayyibāti wa’malụ ṣāliḥā, innī bimā ta’malụna ‘alīm
QS. Al-Mu’minun [23] : 51
Allah berfirman, “Wahai para rasul! Makanlah dari (makanan) yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan. Sungguh, Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.
Wahai para Rasul! Makanlah dari rizki yang baik dan halal. Kerjakanlah amalan shalih karena sesungguhnya Aku Maha Mengetahui perbuatan yang kalian kerjakan. Dan tiada sedikitpun amalan kalian yang tersembunyi dari diri-Ku. Ayat ini ditujukan kepada para Rasul dan umatnya secara keseluruhan. Ayat ini juga menjadi dalil bahwasanya memakan makanan yang halal bisa membantunya dalam beramal shalih. Dan sesungguhnya akibat makan makanan yang haram sangat berbahaya di antaranya adalah tertolaknya doa.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang menjadi rasul, agar mereka memakan makanan yang baik (halal) dan mengerjakan amal saleh. Hal ini menunjukkan bahwa perkara yang halal itu membantu mengerjakan amal saleh. Maka para nabi mengerjakan perintah ini dengan sebaik-baiknya, dan mereka menggabungkan semua kebaikan, baik yang berupa ucapan maupun perbuatan, baik sebagai pembuktian dari diri maupun dalam bernasehat. Semoga Allah membalas mereka atas jasa-jasa mereka kepada semua hamba Allah dengan balasan yang sebaik-baiknya.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik.
Ingatlah, demi Allah, Dia tidak memerintahkan kepada kalian agar memakan, makanan yang merah, tidak makanan yang kuning, tidak makanan yang manis, tidak pula makanan yang masam. Akan tetapi, Dia berfirman bahwa makanlah oleh kalian dari makanan-makanan itu hanya yang halalnya saja.
Sa’id ibnu Jubair dan Ad-Dahhak mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
makanlah dari makanan yang baik-baik.
Yang dimaksud dengan tayyibat ialah yang halal-halal.
Abu Ishaq As-Subai’i telah meriwayatkan dari Abu Maisarah Amr ibnu Syurahbil, bahwa Isa putra Maryam makan dari hasil kerajinan tenunan yang dilakukan oleh ibunya.
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan:
“Tiada seorang nabi pun melainkan pernah menggembalakan kambing.” Mereka (para sahabat) bertanya, “Juga engkau, wahai Rasulullah?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Ya, aku pun pernah menggembalakannya dengan imbalan beberapa qirat milik penduduk Mekah.”
Di dalam hadis sahih lainnya disebutkan:
Sesungguhnya Daud a. s. makan dari hasil perasan keringatnya sendiri.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan sabda Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang mengatakan:
Sesungguhnya puasa yang paling disukai oleh Allah ialah puasanya Daud, dan qiyam (salat) yang paling disukai oleh Allah ialah qiyamnya Daud, dia tidur sampai tengah malam, dan bangun pada sepertiganya, lalu tidur pada seperenamnya, dia puasa sehari dan berbuka sehari, dan apabila perang, ia tidak pernah lari dari medan perang.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman Al-Hakam ibnu Nafi’, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Abu Maryam, dari Damrah ibnu Habib, bahwa Ummu Abdullah binti Syaddad ibnu Aus pernah mengatakan bahwa ia pernah mengirim Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sepanci laban (yoghurt) saat beliau sedang puasa untuk bukanya nanti. Ia mengirimkannya sejak hari masih siang dan matahari sedang terik-teriknya, kemudian pesuruhnya kembali kepadanya seraya menyampaikan pesan Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Dari manakah engkau mempunyai kambing?”Ia menjawab, “Saya membelinya dengan uang saya.” Maka (setelah pesuruh itu kembali kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan menyampaikan jawaban majikannya) barulah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mau meminumnya.
Pada keesokan harinya Ummu Abdullah binti Syaddad datang menghadap kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan bertanya, “Wahai Rasulullah, kemarin saya mengirimkan kepadamu laban yang segar, sejak hari masih siang dan panas matahari sedang terik-teriknya, lalu Engkau menyuruh kembali pesuruhku untuk mempertanyakan dari mana laban itu,” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab:
Demikianlah para rasul diperintahkan. Mereka tidak boleh makan kecuali makanan yang halal, dan tidak boleh beramal kecuali amal yang saleh.
Di dalam kitab Sahih Imam Muslim dan kitab Jami’ Imam Turmuzi serta kitab Musnad Imam Ahmad, hadis ini berdasarkan apa yang ada pada kitab Imam Ahmad. melalui riwayat Fudail ibnu Marzuq. dari Addi ibnu Sabit, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan” bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Hai manusia, sesungguhnya Allah itu Mahabaik, Dia tidak mau menerima kecuali, yang baik-baik (halal). Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang yang beriman seperti apa yang Dia perintahkan kepada para rasul-(Nya). Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaca firman-Nya: Hai rasul-rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah amal yang saleh. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kalian kerjakan. (Al Mu’minun: 51) Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepada kalian. (Al Baqarah:172)
Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menyebutkan perihal seorang lelaki yang lama dalam perjalanannya, dalam keadaan rambut yang awut-awutan lagi penuh dengan debu, sedangkan makanannya dari hasil yang haram, minumannya dari hasil yang haram, pakaiannya dari hasil yang haram dan diberi makan dari hasil yang haram, lalu ia menengadahkan kedua tangannya seraya berdoa, “Hai Tuhanku, hai Tuhanku,” maka bagaimanakah doanya dapat diterima bila keadaannya demikian.
Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib, kami tidak mengenalnya kecuali hanya melalui hadis Fudail ibnu Marzuq.
Ini adalah perintah Allah جَلَّ جَلالُهُ yang ditujukan kepada para utusanNya, agar mereka mengkonsumsi sesuatu yang baik, yaitu rizki dan sesuatu yang baik lagi halal, (perintah untuk) ber-syukur kepada Allah dengan mengamalkan amalan shalih yang akan memperbaiki hati, tubuh, dan dunia, serta akhirat. Dia mem-beritahukan kepada mereka, bahwa Dia Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Setiap amalan yang mereka perbuat dan usaha yang mereka tempuh, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya, dan Dia akan memberikan balasan kepada mereka atas dasar amalan tersebut dengan balasan yang paling sempurna dan terbaik. Fakta ini menunjukkan bahwa para rasul, semuanya bersepakat mengenai halalnya barang-barang yang baik, yang berupa bermacam-macam makanan dan haramnya makanan-makanan yang keji. Mereka telah bersepakat mengenai amalan shalih, walaupun terjadi perbedaan pada beberapa jenis perintah dan aturan syariatnya.
Semua itu merupakan amalan shalih, akan tetapi, mengalami perbedaan sesuai dengan perbedaan masa. Karena itu, amalan-amalan shalih yang baik pada setiap masa, telah disepakati oleh para nabi dan seluruh ajaran syariat-syariat. Misalnya, perintah untuk mengesakan Allah dan memurnikan ibadah untukNya, men-cintaiNya, takut kepadaNya, berharap kepadaNya, beramal keba-jikan, jujur, menepati janji, menyambung tali silaturahim, berbakti kepada orang tua, berbuat baik kepada orang-orang lemah, miskin dan anak-anak yatim, beriba dan berbuat baik kepada sesama makhluk dan amalan-amalan shalih lainnya. Karena itu, para ulama dan pakar kitab-kitab terdahulu serta para cendekiawan ketika Allah mengutus Muhammad, mereka membuktikan kebenaran kenabian beliau dengan beberapa jenis perkara yang diperintah-kan dan larangan yang ditetapkan. Sebagaimana yang terjadi pada Heraklius dan lainnya.
Bila beliau memerintahkan perkara yang diperintahkan juga oleh para nabi yang telah berlalu sebelumnya, dan melarang apa yang mereka larang pula, maka ini menandakan bahwa beliau ber-asal dari kalangan mereka (para nabi). Berbeda dengan pembohong (nabi palsu), maka dia mesti memerintahkan perkara yang buruk dan melarang kebaikan.
Usai menguraikan kisah para rasul, Allah lalu berbicara tentang para rasul secara umum. ‘wahai para rasul! makanlah dari makanan yang baik-baik, dan kerjakanlah kebajikan sesuai dengan syariat, baik amalan wajib maupun sunah. Sungguh, aku maha mengetahui apa yang kamu kerjakan, karena tidak ada satu pun yang tersembunyi dari-ku. ’52. Allah melanjutkan firman-Nya kepada para rasul, ‘dan sungguh, agama tauhid yaitu islam, inilah agama kamu, agama yang satu; dan aku adalah tuhanmu, maka bertakwalah kepada-ku dengan melaksanakan perintah-ku dan menjauhi larangan-ku. ‘.
Al-Mu’minun Ayat 51 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Mu’minun Ayat 51, Makna Al-Mu’minun Ayat 51, Terjemahan Tafsir Al-Mu’minun Ayat 51, Al-Mu’minun Ayat 51 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Mu’minun Ayat 51
Tafsir Surat Al-Mu’minun Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)