{22} Al-Hajj / الحج | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النور / An-Nur {24} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Mu’minun المؤمنون (Orang-Orang Mukmin) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 23 Tafsir ayat Ke 61.
أُولَـٰئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَهُمْ لَهَا سَابِقُونَ ﴿٦١﴾
ulā`ika yusāri’ụna fil-khairāti wa hum lahā sābiqụn
QS. Al-Mu’minun [23] : 61
mereka itu bersegera dalam kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya.
Mereka itulah orang-orang yang bersungguh-sungguh dalam ketaatan. Mereka berusaha dengan sungguh-sungguh untuk bersegera kepada setiap amal shalih. Mereka adalah orang-orang yang selalu berlomba-lomba dalam kebaikan.
Yaitu mereka mengasihkan pemberiannya dengan rasa takut dan malu bila tidak diterima, yang hal ini bersumber dari perasaan takut mereka bila diri mereka dinilai oleh Allah telah berlaku sembrono terhadap persyaratan memberi.
Hal seperti ini termasuk ke dalam Bab “Bersikap Hati-hati dan Merasa Takut kepada Allah.” Seperti yang dikatakan oleh Imam Ahmad:
telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Adam, telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Magul, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Sa’id ibnu Wahb, dari Aisyah yang mengatakan bahwa ia pernah bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan “orang-orang yang mengerjakan perbuatan mereka, sedangkan hati mereka takut” itu adalah orang yang mencuri, berzina, dan minum khamr dalam keadaan takut kepada Allah?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Tidak, hai anak perempuan As-Siddiq. Tetapi dia adalah orang yang salat, puasa, dan bersedekah, sedangkan ia takut kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Abu Hatim melalui hadis Malik ibnu Magul, dengan sanad yang sama dan lafaz yang semisal. Disebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Tidak, hai anak perempuan As-Siddiq. Tetapi mereka adalah orang-orang yang salat, puasa, dan bersedekah, sedangkan hati mereka merasa takut tidak diterima amalnya. mereka itu bersegera mendapat kebaikan-kebaikan. (Al Mu’minun: 61)
Imam Turmuzi mengatakan, telah diriwayatkan melalui hadis Abdur Rahman ibnu Sa’id, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ hal yang semisal.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Ibnu Abbas, Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi, dan Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan tafsir ayat ini.
Ulama lain ada yang membaca ayat ini dengan bacaan berikut yang artinya:
Dan orang-orang yang mengerjakan amal perbuatan mereka dengan hati yang takut (tidak akan diterima oleh Allah amalannya).
Hal ini telah diriwayatkan secara marfu’ dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bahwa beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah membacanya dengan bacaan tersebut.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Sakhr ibnu Juwariyah, telah menceritakan kepada kami Ismail Al-Makki, telah menceritakan kepada kami Abu Khalaf, maula Bani Jumah, bahwa ia masuk bersama Ubaid ibnu Umair ke dalam rumah Siti Aisyah r.a. Maka Siti Aisyah r.a. menyambut keduanya dengan ucapan Marhaban, “Selamat datang dengan Abu Asim, mengapa engkau lama sekali tidak berkunjung kepadaku, apakah ada sesuatu halangan?” Ia menjawab, “Saya khawatir akan membosankan bila terlalu sering.” Siti Aisyah berkata, “Jangan kamu berbuat begitu lagi.” Aku (Ubaid ibnu Umar) berkata, “Saya datang kepadamu untuk menanyakan tentang suatu ayat dari Kitabullah, bagaimanakah bacaan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Terhadapnya?” Siti Aisyah bertanya, “Ayat yang mana?” Saya menjawab bahwa ayat tersebut adalah firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: Dan orang-orang yang memberikan apa yang telah mereka berikan. (Al Mu’minun: 60) dan firman-Nya: Dan orang-orang yang mengerjakan amal perbuatan mereka. Siti Aisyah r.a. bertanya, “Manakah di antara dua bacaan itu yang kamu sukai?” Saya menjawab, “Demi Tuhan yang jiwaku berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya salah satu di antara keduanya memang lebih saya sukai daripada dunia ini atau dunia dan seisinya,” Siti Aisyah bertanya, “Manakah yang kamu sukai?” Saya membacakan firman-Nya: Dan orang-orang yang mengerjakan amal perbuatan mereka. Siti Aisyah r.a. menjawab, “Aku bersaksi bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ memang membacanya seperti itu, dan memang ayat itu diturunkan dengan bacaan seperti itu, tetapi dialeknya memang berbeda-beda.”
Di dalam sanad hadis ini terdapat Ismail ibnu Muslim Al-Makki, sedangkan ia orangnya daif dalam periwayatan hadis. Akan tetapi, qiraat yang pertama yang dianut oleh jumhur ulama sab’ah dan lain-lainnya adalah pendapat yang lebih kuat, karena di dalam firman selanjutnya disebutkan:
mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan, dan merekalah orang-orang yang segera memperolehnya. (Al Mu’minun: 61)
Disebutkan bahwa Allah menjadikan mereka termasuk orang-orang yang bersegera mendapat kebaikan-kebaikan.
eandainya makna yang dimaksud adalah seperti qiraat yang lainnya, tentulah kelanjutannya tidak disebutkan seperti itu, melainkan Minal Muqtasidin atau Muqsirin yang artinya orang-orang yang pertengahan atau orang-orang yang membatasi dirinya. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui
{أُولَئِكَ يُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ} “Mereka itu bersegera untuk mendapat kebaikan-kebaikan,” yaitu dalam kancah perlombaan amalan kebaikan. Obsesi mereka adalah segala yang mendekatkan diri mereka kepada Allah. Minat mereka terforsirkan pada urusan-urusan yang me-nyelamatkan mereka dari siksaanNya. Setiap kebaikan yang telah mereka dengar, dan muncul kesempatan bagi mereka untuk [me-nyusulnya], niscaya mereka memanfaatkannya dan bersegera mengerjakannya.
Sungguh, mereka telah memandang para wali Allah dan para kekasihNya di depan mereka di sisi kanan dan sisi kiri (dan ingin menyerupai mereka). Mereka sigap kepada setiap kebaikan, ber-kompetisi meraih kedekatan di sisi Rabb mereka. Mereka (berusaha) mendahului mereka (para wali kekasih Allah).
Ketika ada orang yang berhasil mendahului dan lebih cepat daripada yang lain, karena ketekunan dan kesungguhannya, atau kadang tidak dapat mengalahkan (orang lain) lantaran sikap penye-pelean yang muncul darinya, maka Allah جَلَّ جَلالُهُ mengabarkan bahwa mereka itu masuk dalam golongan orang-orang yang berlomba. Allah berfirman, {وَهُمْ لَهَا} “dan merekalah kepadanya,” kepada kebaikan-kebaikan {سَابِقُونَ}”bersegera memperolehnya,” sungguh mereka telah mencapai titik puncaknya dan saling berlomba dengan generasi awal. Kendatipun demikian, telah berlalu ketetapan kebahagiaan dari Allah bagi mereka, bahwa mereka adalah orang-orang sabiqun (yang bersegera dalam berbuat baik).
57-61. Setelah menjelaskan sifat-sifat orang yang lengah dan larut dalam durhaka, Allah lalu menguraikan sifat orang-orang yang menjaga hati untuk taat kepada Allah. Sungguh, orang-orang yang karena takut akan azab tuhannya, mereka sangat berhati-hati agar tidak melanggar perintah-Nya, dan mereka yang beriman dengan tanda-tanda kekuasaan tuhannya, baik yang tersurat dalam Al-Qur’an maupun yang terhampar di alam semesta, dan mereka yang tidak mempersekutukan tuhannya dengan apa pun dan kapan pun, baik syirik kecil seperti ria maupun syirik besar, dan mereka yang memberikan apa yang mereka berikan seperti sedekah, zakat, dan lainnya, dengan hati penuh rasa takut jika pemberian itu tidak diterima oleh Allah karena mereka tahu bahwa sesungguhnya mereka akan kembali kepada tuhannya untuk mempertanggungjawabkan perbuatan mereka; mereka itu, yaitu orang-orang dengan sifat-sifatnya demikian, bersegera dalam kebaikan-kebaikan dan bersemangat dalam menjalankan ibadah, dan merekalah orang-orang yang lebih dahulu memperolehnya, yaitu surga, sebagai ganjaran atas amal kebaikannya. 62. Para pendurhaka yang disebut pada ayat sebelumnya boleh jadi menganggap bahwa ajaran agama sangat memberatkan. Menyanggah anggapan ini Allah berfirman, ‘dan kami tidak membebani seseorang dengan amalan-amalan ibadah melainkan menurut kesanggupannya, maka tidak sewajarnya bila seseorang merasa tidak mampu; dan pada kami ada suatu catatan yang menuturkan dengan sebenarnya apa saja yang dilakukan oleh manusia, dan mereka tidak dizalimi atau dirugikan dengan bertambahnya dosa atau berkurangnya pahala. Allah tidak akan pernah berbuat zalim kepada manusia, tetapi manusialah yang menzalimi diri sendiri (lihat juga: surah y’nus/10: 44).
Al-Mu’minun Ayat 61 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Mu’minun Ayat 61, Makna Al-Mu’minun Ayat 61, Terjemahan Tafsir Al-Mu’minun Ayat 61, Al-Mu’minun Ayat 61 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Mu’minun Ayat 61
Tafsir Surat Al-Mu’minun Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)