{22} Al-Hajj / الحج | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النور / An-Nur {24} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Mu’minun المؤمنون (Orang-Orang Mukmin) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 23 Tafsir ayat Ke 100.
لَعَلِّي أَعْمَلُ صَالِحًا فِيمَا تَرَكْتُ ۚ كَلَّا ۚ إِنَّهَا كَلِمَةٌ هُوَ قَائِلُهَا ۖ وَمِنْ وَرَائِهِمْ بَرْزَخٌ إِلَىٰ يَوْمِ يُبْعَثُونَ ﴿١٠٠﴾
la’allī a’malu ṣāliḥan fīmā taraktu kallā, innahā kalimatun huwa qā`iluhā, wa miw warā`ihim barzakhun ilā yaumi yub’aṡụn
QS. Al-Mu’minun [23] : 100
agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan.” Sekali-kali tidak! Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada barzakh sampai pada hari mereka dibangkitkan.
Agar aku melaksanakan apa yang telah aku tinggalkan, yakni iman dan taat. Dia tidak akan bisa berbuat seperti yang dia inginkan, dan permintaannya tidak akan dikabulkan dan juga tidak ditunda. Namun hal itu adalah perkataan yang diucapkannya saja dan tidak akan bermanfaat. Dan ia adalah orang yang tidak bisa dipercaya. Meskipun ia dikembalikan ke dunia niscaya, ia akan kembali kepada perkara-perkara yang dilarang. Orang-orang yang sudah meninggal akan selalu berada di dalam barzakh, yakni dinding pemisah antara dunia dan akhirat hingga hari kebangkitan dan hari perhimpunan.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja.
Kalla adalah huruf tolakan dan bantahan, yang maksudnya ialah ‘Kami tidak memperkenankan permintaannya dan tidak menerimanya.’
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa kalimat tersebut pasti diucapkan oleh setiap orang zalim yang sedang menjelang kematiannya.
Kalimat ayat ini dapat ditakwilkan sebagai ‘Illat dari firman-Nya yang mengatakan, “Kalla.” Karena permintaan kembali ke dunia untuk beramal saleh dari si kafir itu hanyalah ucapan saja yang tidak ada buktinya. Seandainya ia dikembalikan ke dunia, tentulah dia tidak akan mengamalkan perbuatan saleh yang diikrarkannya itu, dan pastilah ia dusta dengan apa yang diucapkannya itu. Seperti halnya yang diterangkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Sekiranya mereka dikembalikan (ke dunia), tentulah mereka kembali kepada apa yang mereka telah dilarang mengerjakannya. Dan sesungguhnya mereka itu adalah pendusta-pendusta belaka.(Al An’am:28)
Qatadah mengatakan, “Demi Allah, orang kafir (dalam keadaan seperti itu) berharap dapat dikembalikan ke dunia bukan untuk berkumpul kembali dengan keluarga dan kaum kerabat, bukan pula untuk mengumpulkan harta benda, lalu memperturutkan hawa nafsunya, melainkan berharap dikembalikan ke dunia untuk mengerjakan amal ketaatan kepada Allah. سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Maka semoga Allah merahmati seseorang yang mengamalkan apa yang diharapkan oleh orang kafir sewaktu dia melihat azab neraka.”
Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi mengatakan sehubungan dengan makna firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: (Demikianlah keadaan orang-orang kafir itu), hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka, dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku (ke dunia), agar aku berbuat amal yang saleh terhadap yang telah aku tinggalkan.” (Al Mu’minun: 99-100) Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi mengatakan bahwa lalu dijawab oleh Allah Yang Mahaperkasa melalui firman-Nya:
Sekali-kali tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkannya saja.
Umar ibnu Abdullah maula Gafrah mengatakan bahwa apabila orang kafir mengatakan, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia agar aku berbuat amal saleh.” Maka Allah menjawab, “Tidak, sesungguhnya kamu dusta.”
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka. (Al Mu’minun: 99) Al-Ala ibnu Ziyad pernah mengatakan, hendaknyalah seseorang di antara kalian menganggap dirinya sedang menjelang kematiannya, lalu menghadap kepada Tuhannya dan Tuhannya menanyainya, maka hendaklah seseorang beramal ketaatan kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Qatadah mengatakan, “Demi Allah, tiadalah berharap orang kafir itu melainkan ingin dikembalikan ke dunia, lalu akan mengerjakan amal ketaatan kepada Allah. Maka perhatikanlah oleh kalian harapan orang kafir itu kala melihat neraka, berharaplah kalian seperti itu dan kerjakanlah apa yang dicita-citakannya, tiada kekuatan (untuk mengerjakan ibadah dan ketaatan) kecuali hanya dengan pertolongan Allah.” Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi
Muhammad ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Yusuf, telah menceritakan kepada kami Fudail ibnu Iyad, dari Lais, dari Talhah ibnu Masraf, dari Abu Hazim, dari Abu Hurairah yang mengatakan bahwa apabila orang kafir (jenazahnya) diletakkan di dalam kuburnya, maka ia melihat tempat kedudukannya di neraka, lalu ia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia, maka aku akan bertobat dan beramal saleh.” Abu Hurairah melanjutkan kisahnya, bahwa lalu dikatakan kepadanya, “Sesungguhnya engkau telah diberi usia yang cukup.” Maka disempitkanlah kuburnya dan menangkup menjadi satu, sedangkan dia sekarat karena kesakitan, semua serangga yang ada di dalam bumi, ular-ular dan kalajengking-kalajengking mematukinya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Ali, telah menceritakan kepadaku Salamah ibnu Tamam, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Zaid, dari Sa’id ibnul Musayyab, dari Aisyah r.a. yang mengatakan, “Kecelakaan yang besarlah bagi para pelaku maksiat dalam kuburnya. Kuburan mereka dimasuki oleh ular-ular yang hitam legam, ular yang ada di kepalanya dan ular yang ada di kakinya menelan tubuhnya, hingga keduanya bertemu di tengah-tengah tubuhnya. Yang demikian itu adalah azab di alam barzakh (kubur)nya.” Selanjutnya Siti Aisyah membaca firman-nya:
Dan di hadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.
Abu Saleh dan lain-lainnya mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya:
Dan di hadapan mereka.
Makna asal wara’ ialah belakang, tetapi makna yang dimaksud dalam ayat ini ialah di hadapan.
Mujahid mengatakan bahwa alam barzakh ialah alam yang membatasi antara alam dunia dan alam akhirat.
Muhammad ibnu Ka’b, barzakh adalah alam yang terletak diantara alam dunia dan alam akhirat. Para penghuninya tidak sama dengan ahli dunia yang dapat makan dan minum, tidak pula sama dengan ahli akhirat yang mendapat balasan dari amal perbuatan mereka.
Abu Sakhr mengatakan bahwa barzakh adalah alam kubur, para penghuninya tidak ada di dunia dan tidak pula di akhirat, mereka tinggal di alam barzakh menunggu sampai hari berbangkit.
Di dalam Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan di hadapan mereka ada dinding.
terkandung ancaman ditujukan kepada orang-orang zalim yang sedang menjelang ajalnya, bahwa mereka akan mendapat azab di alam barzakhnya, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
Di hadapan mereka neraka Jahannam. (Al Jaatsiyah:10)
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan di hadapannya masih ada azab yang berat. (Ibrahim:17)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
sampai hari mereka dibangkitkan.
Yakni azab itu terus-menerus dialami oleh orang-orang kafir di alam barzakhnya sampai hari berbangkit, seperti yang disebutkan oleh sebuah hadis yang mengatakan:
Maka dia terus-menerus disiksa di dalam kuburnya.
99-100 Allah memberitahukan tentang kondisi orang-orang yang kedatangan ajalnya, dari kalangan orang-orang yang melalaikan kewajiban-kewajibannya (didunia ini) lagi berbuat aniaya, bahwa dia merasa menyesal, saat menyaksikan tempat kesudahannya, melihat keburukan amalan-amalannya, hingga dia pun meminta untuk balik kembali ke dunia. Tujuannya bukan untuk menikmati kenikmatannya dan memenuhi nafsu-nafsu keinginannya, akan tetapi, dia mengatakan, “Ya Rabbku kembalikanlah aku (kedunia), agar aku berbuat amal yang shalih terhadap yang telah aku tinggalkan,” yaitu amalan-amalan shalih yang kusepelekan di sisi Allah.
“sekali-kali tidak,” tidak ada kesempatan untuk balik kembali dan tiada penundaan waktu (lagi). Allah sudah memutuskan bahwa mereka tidak akan kembali lagi kedunia. “sesungguhnya itu,” maksudnya ucapan yang berisi harapannya untuk kembali ke alam dunia “adalah perkataan yang diucapkan saja,” hanya sekedar lontaran dengan mulut saja, tidak memberikan manfaat bagi pengucapannya kecuali kesedihan dan penyeselan. Begitu pula, dia sendiri sebenarnya tidak percaya pada pernyataannya. Sungguh, bila dia dikembalikan lagi ke kehidupan duniawi, niscaya dia pun kembali melanggar laranganNya.
“Dan dihadapan mereka ada dinding sampai hari mereka dibangkitkan.” Maksudnya, di depan dan di hadapan mereka terdapat barzakh yaitu dinding penghalang untuk dua kehidupan; kehidupan dunia dan akhirat. Di barzakh ini (alam kubur), orang-orang yang taat (kepada Allah) akan menikmati keadaan yang nikmat. Sedangkan orang-orang yang bermaksiat akan didera siksa sejak kematian mereka sampai hari mereka dibangkitkan. Maksudnya, hendaklah mereka mempersiapkan bekal dan mencari persiapan untuknya.
99-100. Orang-orang kafir itu akan terus membangkang, hingga apabila datang kematian kepada seseorang dari mereka untuk mengakhiri kehi-dupannya di dunia dan menghentikan kenikmatan yang dirasakannya, hingga pada akhirnya ia melihat siksa yang akan diterimanya, dia berkata, ‘ya tuhanku, kembalikanlah aku ke dunia agar aku dapat berbuat kebajikan yang telah aku tinggalkan. ‘ sekali-kali tidak! Allah tidak akan memenuhi permohonan mereka karena Allah tahu bahwa mereka tidak akan menepati janji. Sesungguhnya itu adalah dalih yang diucapkannya saja. Dan di hadapan serta di belakang mereka ada barzakh, yaitu dinding pemisah antara kehidupan dunia dan akhirat, yang menghalangi mereka kembali ke dunia sampai pada hari mereka dibangkitkan. 101. Usai menjelaskan alam barzakh hingga hari kebangkitan, Allah lalu memberi uraian tentang peristiwa hari kebangkitan itu. Apabila sangkakala ditiup dengan tiupan pertama maka semua yang bernyawa segera mati, dan dalam tiupan kedua semua dibangkitkan, maka setiap orang akan menghadap tuhan secara sendiri-sendiri (lihat juga: surah maryam/19: 95); tidak ada lagi pertalian keluarga di antara mereka pada hari itu, dan tidak pula mereka saling bertanya. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing dan diliputi ketakutan yang begitu mencekam.
Al-Mu’minun Ayat 100 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Mu’minun Ayat 100, Makna Al-Mu’minun Ayat 100, Terjemahan Tafsir Al-Mu’minun Ayat 100, Al-Mu’minun Ayat 100 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Mu’minun Ayat 100
Tafsir Surat Al-Mu’minun Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)