{23} Al-Mu’minun / المؤمنون | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الفرقان / Al-Furqan {25} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nur النور (Cahaya) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 24 Tafsir ayat Ke 26.
الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ ۖ وَالطَّيِّبَاتُ لِلطَّيِّبِينَ وَالطَّيِّبُونَ لِلطَّيِّبَاتِ ۚ أُولَـٰئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ ۖ لَهُمْ مَغْفِرَةٌ وَرِزْقٌ كَرِيمٌ ﴿٢٦﴾
al-khabīṡātu lil-khabīṡīna wal-khabīṡụna lil-khabīṡāt, waṭ-ṭayyibātu liṭ-ṭayyibīna waṭ-ṭayyibụna liṭ-ṭayyibāt, ulā`ika mubarra`ụna mimmā yaqụlụn, lahum magfiratuw wa rizqung karīm
QS. An-Nur [24] : 26
Perempuan-perempuan yang keji untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji untuk perempuan-perempuan yang keji (pula), sedangkan perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik (pula). Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia (surga).
Setiap yang keji baik laki-laki maupun wanita, baik ucapan maupun perbuatan sangat cocok untuk yang keji juga. Dan setiap yang baik, laki-laki maupun wanita, baik ucapan maupun perbuatan sangat cocok untuk yang baik. Para wanita dan lelaki yang baik, mereka terbebas dari tuduhan buruk yang dituduhkan oleh orang-orang yang keji. Mereka akan mendapat ampunan dari Allah. Ampunan yang akan menenggelamkan dosa-dosa mereka dan mendapatkan rizki yang mulia di dalam surga.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa perkataan yang keji hanyalah pantas dilemparkan kepada lelaki yang berwatak keji, dan laki-laki yang keji hanyalah pantas menjadi bahan pembicaraan perkataan yang keji. Perkataan yang baik-baik hanyalah pantas ditujukan kepada lelaki yang baik-baik, dan lelaki yang baik-baik hanyalah pantas menjadi bahan pembicaraan perkataan yang baik-baik. Ibnu Abbas mengatakan bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan Siti Aisyah dan para penyebar berita bohong. Hal yang sama telah diriwayatkan dari Mujahid, Ata, Sa’id ibnu Jubair, Asy-Syabi, Al-Hasan Al-Basri, Habib ibnu Abu Sabit, dan Ad-Dahhak. Ibnu Jarir memilih pendapat ini dan memberikan komentarnya, bahwa perkataan yang keji pantas bila ditujukan kepada orang yang berwatak keji, dan perkataan yang baik pantas bila ditujukan kepada orang yang baik. Dan apa yang dikatakan oleh para penyebar berita dusta terhadap diri Siti Aisyah, sebenarnya merekalah yang lebih utama menyandang predikat itu. Siti Aisyah lebih utama beroleh predikat bersih dan suci daripada diri mereka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh para penuduhnya. (An Nuur:26)
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan —sehubungan dengan makna ayat ini— bahwa orang-orang yang keji dari kalangan kaum wanita adalah untuk orang-orang yang keji dari kalangan kaum pria. Dan orang-orang yang keji dari kalangan kaum pria adalah untuk orang-orang yang keji dari kalangan kaum wanita. Orang-orang yang baik dari kalangan kaum wanita adalah untuk orang-orang yang baik dari kalangan kaum pria. Dan orang-orang yang baik dari kalangan kaum pria adalah untuk orang-orang yang baik dari kalangan kaum wanita.
Takwil inipun senada dengan apa yang telah dikatakan oleh para ulama di atas sebagai suatu kepastian. Dengan kata lain dapat disebutkan bahwa tidaklah Allah menjadikan Aisyah r.a. sebagai istri Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melainkan karena dia adalah wanita yang baik, sebab Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ adalah manusia yang terbaik di antara yang baik. Seandainya Aisyah adalah seorang wanita yang keji tentulah tidak pantas, baik menurut penilaian syari’at maupun penilaian martabat, bila ia menjadi istri Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Karena itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman dalam penghujung ayat ini:
mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka yang melancarkan tuduhan (An Nuur:26)
Maksudnya, mereka jauh sekali dari apa yang dituduhkan oleh para penyiar berita bohong dan musuh-musuhnya.
Bagi mereka ampunan. (An Nuur:26)
Disebabkan kedustaan yang dilemparkan terhadap diri mereka (yang hal itu mencuci dosa mereka).
dan rezeki yang mulia. (An-Nur, 26)
Yakni di sisi Allah yaitu surga yang penuh dengan kenikmatan. Di dalam makna ayat ini terkandung suatu janji yang menyatakan bahwa istri Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pasti masuk surga.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Muslim, telah menceritakan kepada kami Abu Na’im, telah menceritakan kepada kami Abdus Salam ibnu Harb, dari Yazid ibnu Abdur Rahman, dari Al-Hakam berikut sanadnya sampai kepada Yahya ibnul Jazzar yang mengatakan bahwa Asir ibnu Jabir datang kepada Abdullah, lalu berkata, “Sesungguhnya saya telah mendengar Al-Walid ibnu Uqbah pada hari ini mengatakan suatu pembicaraan yang mengagumkan saya.” Maka Abdullah menjawab, “Sesungguhnya seorang lelaki mukmin di dalam kalbunya terbetik kalimat yang baik hingga meresap ke dalam hatinya sampai dalam, hingga manakala dia mengucapkannya dan memperdengarkannya kepada orang lain yang ada di hadapannya, maka lelaki itu akan mendengarkannya dan meresapkannya di dalam hatinya. Sesungguhnya seseorang yang durhaka yang di dalam hatinya terbetik perkataan yang kotor hingga meresap ke dalam relung hatinya, hingga manakala dia mengutarakannya dan memperdengarkannya kepada orang lain yang ada di hadapannya, maka orang itu akan mendengarkannya dan meresapinya di dalam hatinya.” Kemudian Abdullah membaca firman-Nya: Perkataan-perkataan yang keji hanyalah untuk orang-orang yang keji, dan orang-orang yang keji hanyalah untuk perkataan-perkataan yang keji, dan perkataan-perkataan yang baik-baik hanyalah untuk orang-orang yang baik-baik, dan orang-orang yang baik-baik hanyalah untuk perkataan-perkataan yang baik-baik (pula). (An Nuur:26)
(Terjemahan ini berdasarkan tafsir yang dimaksudkan oleh sahabat Ibnu Ma’sud r.a., pent.)
Pengertian ini mirip dengan hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad di dalam kitab musnadnya secara marfu’, yaitu:
Perumpamaan orang yang mendengar kalimat yang bijak, kemudian ia tidak menceritakannya melainkan kebalikan dari apa yang ia dengar, sama dengan seorang lelaki yang datang kepada pemilik ternak kambing, lalu ia berkata, “Sembelihkanlah seekor kambing untukku.” Lalu dijawab, “Pilihlah sendiri dan peganglah telinga kambing mana yang kamu sukai.” Kemudian ia memilih dan memegang telinga anjing (penjaga) ternak kambingnya.
Di dalam hadis lain disebutkan:
Hikmah adalah sesuatu yang dicari oleh orang mukmin, di mana pun ia menjumpainya, maka dia boleh mengambilnya.
{الْخَبِيثَاتُ لِلْخَبِيثِينَ وَالْخَبِيثُونَ لِلْخَبِيثَاتِ} “Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wa-nita-wanita yang keji (pula),” maksudnya, setiap yang keji dari kaum lelaki dan wanita (berupa) kata-kata dan perbuatan-perbuatan akan bersesuaian, sejalan dan serupa dengan yang keji. Dan setiap yang baik, dari kalangan lelaki dan wanita (berupa) kata-kata dan perbuatan-perbuatan akan selaras, bertalian dan menyerupai de-ngan kebaikan. Ini adalah ungkapan umum, dan pembingkaian yang tidak ada sesuatu pun yang keluar darinya. Dan komponen-nya yang paling agung adalah bahwa para nabi, (khususnya dari kalangan ulul ‘azmi, terutama penghulu mereka, Nabi Muhammad, yang merupakan sebaik-baik insan secara mutlak) mereka tidak sederajat kecuali dengan wanita-wanita yang baik. Jadi, mencoreng kehormatan Aisyah dengan tuduhan ini (perzinaan) berarti telah mencoreng Nabi. Sebenarnya, beliaulah yang dibidik oleh orang-orang munafik dengan dusta mereka.
Dengan status Aisyah sebagai istri Rasulullah semata sudah dapat diketahui bahwa Aisyah adalah wanita yang baik lagi bersih dari perkara nista itu. Bagaimana mungkin (fitnah) itu terjadi sedangkan dia adalah wanita yang paling besar kepercayaannya (kepada Nabi), paling utama, paling berilmu dan terbaik, seorang kekasih bagi utusan Allah yang tidak pernah terjadi wahyu ditu-runkan kepada beliau ketika berada dalam selimut bersama para istri-istri selain dia?!
Kemudian Allah menegaskan hal ini, di mana tidak menyisa-kan komentar lagi bagi para penolak, dan tidak ada ruang untuk ragu-ragu dan syubhat. Allah berfirman, {أُولَئِكَ مُبَرَّءُونَ مِمَّا يَقُولُونَ} “Me-reka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu),” pada asalnya, isyarat ini mengarah kepada Aisyah, sedangkan para wanita Mukminah yang baik-baik, yang tidak pernah berpikir untuk berbuat tak senonoh ikut masuk ke dalam konteksnya yaitu mendapatkan {لَهُمْ مَغْفِرَةٌ} “bagi mereka ampunan,” yang meng-hapuskan semua dosa {وَرِزْقٌ كَرِيمٌ} “dan rizki yang mulia,” di surga, yang berasal dari Rabb Yang Mahamulia.
Pada ayat ketiga dari surah ini Allah menegaskan bahwa pezina tidak layak mengawini kecuali pezina. Sudah menjadi sunatullah bahwa seseorang selalu cenderung kepada orang yang memiliki kesamaan dengannya. Hal itu kembali ditegaskan pada ayat ini. Perempuan-perempuan yang keji jiwanya dan buruk perangainya adalah untuk laki-laki yang keji layaknya perempuan itu, dan laki-laki yang keji jiwanya dan buruk perangainya untuk perempuan-perempuan yang keji seperti itu pula; dan sebaliknya, perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan yang baik pula. Rasulullah adalah manusia terbaik, maka istri-istrinya pastilah wanita yang baik dan terhormat. Mereka itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan atas kekhilafan mereka dan mendapat rezeki yang mulia di dunia dan akhirat. 27. Ayat-ayat berikut ini berbicara tentang etika berkunjung. Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu memasuki rumah tinggal yang bukan rumah tinggal-Mu sebelum meminta izin kepada orang yang berada di dalamnya, dan memberi salam kepada penghuninya. Yang demikian itu lebih baik bagimu daripada masuk tanpa izin, agar kamu selalu ingat bahwa cara itulah yang terbaik bagi kamu.
An-Nur Ayat 26 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Nur Ayat 26, Makna An-Nur Ayat 26, Terjemahan Tafsir An-Nur Ayat 26, An-Nur Ayat 26 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Nur Ayat 26
Tafsir Surat An-Nur Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)