{23} Al-Mu’minun / المؤمنون | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الفرقان / Al-Furqan {25} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Nur النور (Cahaya) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 24 Tafsir ayat Ke 39.
وَالَّذِينَ كَفَرُوا أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ يَحْسَبُهُ الظَّمْآنُ مَاءً حَتَّىٰ إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا وَوَجَدَ اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ ۗ وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ ﴿٣٩﴾
wallażīna kafarū a’māluhum kasarābim biqī’atiy yaḥsabuhuẓ-ẓam`ānu mā`ā, ḥattā iżā jā`ahụ lam yajid-hu syai`aw wa wajadallāha ‘indahụ fa waffāhu ḥisābah, wallāhu sarī’ul ḥisāb
QS. An-Nur [24] : 39
Dan orang-orang yang kafir, amal perbuatan mereka seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila (air) itu didatangi tidak ada apa pun. Dan didapatinya (ketetapan) Allah baginya. Lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan (amal-amal) dengan sempurna dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya.
Orang-orang yang kufur kepada Rabb mereka dan mendustakan para Rasul-Nya, semua amalan mereka seperti silaturrahim, membebaskan tawanan dan amalan lainnya yang mereka anggap akan bermanfaat bagi mereka nanti di akhirat laksana fatamorgana. Yakni apa yang terlihat seperti air yang ada di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang sedang dahaga, tetapi bila didatanginya dia tidak mendapatkan air tersebut. Orang-orang kafir menyangkan semua amalannya bisa bermanfaat namun ternyata pada hari kiamat ia tidak mendapatkan pahalanya. Ia mendapati Allah Maha Mengawasi dirinya lalu Dia memberikan balasan amalnya dengan sempurna kepadanya. Dan Allah adalah Dzat yang Mahacepat perhitungan-Nya, maka hendaknya orang yang bodoh tidak mengira bahwa ancaman ini adalah lambat karena ia pasti akan mendatanginya.
Kedua ayat ini (ayat 39-40) merupakan dua buah tamsil (perumpamaan) yang dibuat oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى untuk menggambarkan keadaan dua macam orang kafir. Seperti halnya perumpamaan yang telah dibuat-Nya tentang orang-orang munafik dalam permulaan surat Al-Baqarah, dua buah perumpamaan, yaitu api dan air. Allah telah membuat perumpamaan pula sehubungan dengan hidayah dan ilmu yang telah mapan di dalam kalbu, yaitu dalam surat Ar-Ra’d sebanyak dua perumpamaan, air dan api. Kami telah membicarakan keterangan masing-masing di tempatnya sehingga tidak perlu dikemukakan lagi dalam tafsir surat ini. Segala puji bagi Allah dan semua karunia dari-Nya.
Perumpamaan pertama menggambarkan tentang keadaan orang-orang kafir militan yang menyeru orang lain kepada kekafirannya. Mereka menduga bahwa dirinya berada dalam jalan dan keyakinan yang benar, padahal kenyataannya mereka sama sekali tidak benar. Perumpamaan mereka dalam hal ini sama dengan fatamorgana yang terlihat di tanah datar yang luas dari kejauhan. Pemandangannya kelihatan seakan-akan seperti lautan yang berombak.
Al-qai’ah bentuk jamaknya adalah qa’un, sama wazan-nya. dengan lafaz jarun yang bentuk jamaknya adalah jarah. Al-qa’ juga dapat dikatakan sebagai bentuk tunggal dari al-qai’an, sebagaimana dikatakan jarun, bentuk jamaknya jiran. Artinya tanah datar yang luas dan membentang, fatamorgana akan kelihatan dari tanah seperti itu, dan terjadinya sesudah lewat tengah hari. Sedangkan kalau terjadi pada permulaan siang hari berupa seakan-akan ada air antara langit dan bumi, maka dinamakan al-al (embun).
Apabila fatamorgana terlihat oleh orang yang kehausan, maka ia akan menduganya sebagai air, lalu ia menuju ke arahnya dengan maksud untuk minum air darinya. Tetapi setelah dekat dengan fatamorgana,
dia tidak mendapatinya sesuatu apa pun. (An Nuur:39)
Demikian pula keadaan orang kafir, ia menduga bahwa dirinya telah mengerjakan suatu amal kebaikan, dan bahwa dirinya pasti mendapat sesuatu pahala. Tetapi apabila ia menghadap kepada Allah pada hari kiamat nanti dan Allah menghisabnya serta menanyai semua amal perbuatannya, ternyata dia tidak menjumpai sesuatu pun dari apa yang telah dilakukan sebelumnya. Adakalanya karena tidak ikhlas, atau adakalanya karena tidak sesuai dengan tuntunan syariat, seperti yang disebutkan oleh Allah dalam firman-Nya:
Dan Kami hadapi segala amal yang mereka kerjakan, lalu Kami jadikan amal itu (bagaikan) debu yang berterbangan. (Al Furqaan:23)
Dan dalam surat ini Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Dan didapatinya (ketetapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup, dan Allah adalah sangat cepat perhitungan-Nya. (An Nuur:39)
Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan dari Ubay ibnu Ka’b, Ibnu Abbas, Mujahid, dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Ini merupakan dua perumpamaan yang Allah permisalkan bagi amalan-amalan orang-orang kafir dalam aspek kebatilan dan kesirnaannya, ia menjelma menjadi benda yang tiada berujud serta penyesalan para pelakunya. Allah berfirman,
{وَالَّذِينَ كَفَرُوا} “Dan orang-orang kafir,” terhadap Rabb mereka dan mendustakan para RasulNya {أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ} “amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar,” yaitu tanah datar yang tidak ada pepohonan dan tumbuhannya {أَعْمَالُهُمْ كَسَرَابٍ بِقِيعَةٍ} “yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga,” yaitu orang yang sangat dahaga, yang menghalusinasikan sesuatu yang tidak dihalusinasikan oleh orang lain, disebabkan rasa dahaganya. Pa-dahal itu adalah halusinasi yang batil, lalu dia bermaksud untuk menghilangkan rasa dahaganya {حَتَّى إِذَا جَاءَهُ لَمْ يَجِدْهُ شَيْئًا} “hingga ketika dia mendatangi air itu, dia tidak mendapati sesuatu apa pun,” maka dia benar-benar menyesal. Kehausannya semakin menjadi parah lan-taran harapannya terputus. Begitu pula amalan orang-orang kafir, ia ibarat fatamorgana, masih bisa dilihat lalu orang yang bodoh, (yang tidak mengerti perkara-perkara) menyangkanya merupakan amalan-amalan yang bermanfaat. Kemasan amalan-amalan itu menipu dirinya, fantasinya mempermainkannya, dia pun mengira hal itu adalah amalan-amalan yang bermanfaat bagi hawa nafsunya. Dia juga merasa butuh bahkan sangat memerlukannya, sebagai-mana kebutuhan orang yang dahaga terhadap air. Maka tatkala ia mendatangi amalannya pada Hari Pembalasan, dia merasa kehi-langan dan tidak menemukan sesuatu pun. Kondisi (sebenarnya) amalan-amalan itu tidak lenyap, tidak untuk kebaikannya atau mencelakainya. Bahkan {وجد اللَّهَ عِنْدَهُ فَوَفَّاهُ حِسَابَهُ} “dia mendapati (kete-tapan) Allah di sisinya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan cukup,” yang tidak tersembunyi (walau) seringan partikel dan setipis kulit ari, tiada yang hilang dari amalan itu, sedikit ataupun banyak. {وَاللَّهُ سَرِيعُ الْحِسَابِ} “Dan Allah adalah sangat cepat perhitunganNya,” maka janganlah orang-orang bodoh itu me-minta tunda (waktu kedatangan) janji itu, karena ia pasti akan tiba. Allah mempermisalkan amalan-amalan orang-orang kafir layaknya fatamorgana, yang ada بِقِيعَةٍ “di tanah datar,” yang tidak ada pepohonan dan tanaman. Ini permisalan hati-hati mereka, tiada kebaikan dan kebajikan dalam amal perbuatan mereka, lantaran adanya faktor penghalang, yaitu kekafiran.
Usai menjelaskan sifat orang-orang yang mendapat pancaran cahaya ilahi, pada ayat berikut Allah beralih menguraikan sifat-sifat orang kafir. Dan orang-orang yang kafir yang menutup mata hati mereka sehingga tidak memperoleh cahaya ilahi, sesungguhnya amal perbuatan mereka, yang secara lahir tampak baik dan mereka harapkan untuk dibalas dengan ganjaran, kelak di hari kiamat seperti fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi apabila itu didatangi, yakni ketika dia sampai di tempat fatamorgana itu tampak, dia tidak mendapati apa pun. Dan didapatinya ketetapan Allah baginya, lalu Allah memberikan kepadanya perhitungan amal-amal dengan sempurna; dan Allah sangat cepat perhitungan-Nya karena dia maha me-ngetahui segala sesuatu. 40. Allah menyajikan perumpamaan lain terkait betapa sia-sianya amal orang kafir itu. Atau keadaan orang-orang kafir itu seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang tidak dapat dijangkau kedalamannya, yang diliputi oleh gelombang demi gelombang, di atasnya yaitu di atas gelom-bang yang bertumpuk dan bergulung-gulung itu ada lagi awan gelap yang menutupi sinar matahari. Itulah gelap gulita yang berlapis-lapis; perpaduan antara laut yang begitu dalam, ombak yang bergulung-gulung, dan awan yang kelam. Begitu pekat kegelapan itu hingga apabila dia mengeluarkan tangannya untuk didekatkannya ke mata, hampir saja dia tidak dapat melihatnya. Barang siapa tidak diberi cahaya petunjuk oleh Allah maka dia tidak mempunyai cahaya sedikit pun.
An-Nur Ayat 39 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Nur Ayat 39, Makna An-Nur Ayat 39, Terjemahan Tafsir An-Nur Ayat 39, An-Nur Ayat 39 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Nur Ayat 39
Tafsir Surat An-Nur Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)