{24} An-Nur / النور | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الشعراء / Asy-Syu’ara {26} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Furqan الفرقان (Pembeda) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 25 Tafsir ayat Ke 63.
وَعِبَادُ الرَّحْمَـٰنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا ﴿٦٣﴾
wa ‘ibādur-raḥmānillażīna yamsyụna ‘alal-arḍi haunaw wa iżā khāṭabahumul-jāhilụna qālụ salāmā
QS. Al-Furqan [25] : 63
Adapun hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka mengucapkan “salam,”
Hamba-hamba ar-Rahman yang shalih itu berjalan di atas bumi dengan tenang dan rendah hati. Apabila orang-orang yang bodoh berbicara dengan mereka dengan kata-kata yang menyakitkan, maka mereka menjawabnya dengan kata-kata yang baik. Mereka mengucapkan dengan kata-kata yang mengandung keselamatan dari dosa. Membalas orang yang bodoh dengan kebodohannya.
Berikut ini adalah sifat-sifat hamba-hamba Allah Yang beriman, yaitu:
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati. (Al Furqaan:63)
Yaitu dengan langkah yang tenang dan anggun, tidak sombong, dan tidak angkuh. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong. (Al Israa’:37), hingga akhir ayat.
Cara jalan mereka tidak sombong, tidak angkuh, tidak jahat, dan tidak takabur. Tetapi makna yang dimaksud bukanlah orang-orang mukmin itu berjalan dengan langkah seperti orang sakit, karena dibuat-buat dan pamer. Karena sesungguhnya penghulu anak Adam (yakni Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) apabila berjalan seakan-akan sedang turun dari tempat yang tinggi (yakni dengan langkah yang tepat) seakan-akan bumi melipatkan diri untuknya.
Sebagian ulama Salaf memakruhkan berjalan dengan langkah yang lemah dan dibuat-buat, sehingga diriwayatkan dari Umar bahwa ia melihat seorang pemuda berjalan pelan-pelan. Maka ia bertanya, “Mengapa kamu berjalan pelan? Apakah kamu sedang sakit?” Pemuda itu menjawab, “Tidak, wahai Amirul Mu-minin.” Maka Umar memukulnya dengan cambuk dan memerintahkan kepadanya agar berjalan dengan langkah yang kuat.
Makna yang dimaksud dengan haunan dalam ayat ini ialah rendah hati dan anggun, seperti yang disebutkan dalam sabda Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
Apabila kalian mendatangi (tempat) salat (masjid), janganlah kalian mendatanginya dengan berlari kecil, tetapi berjalanlah dengan langkah yang tenang. Apa yang kalian jumpai dari salat itu, kerjakanlah, dan apa yang kamu tertinggal darinya, maka sempurnakanlah.
Abdullah ibnul Mubarak telah meriwayatkan dari Ma’mar, dari Umar ibnul Mukhtar, dari Al-Hasan Al-Basri sehubungan dengan makna finnan-Nya: Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah. (Al Furqaan:63), hingga akhir ayat. Bahwa orang-orang mukmin adalah orang-orang yang rendah hati demi Allah, pendengaran dan penglihatan serta semua anggota tubuh mereka menampilkan sikap yang rendah hati, sehingga orang yang jahil menduga mereka sebagai orang yang sakit, padahal mereka sama sekali tidak sakit. Sesungguhnya mereka adalah orang-orang yang sehat, tetapi hati mereka dipenuhi oleh rasa takut kepada Allah, tidak seperti selain mereka, dan mereka tidak menyukai dunia karena pengetahuan mereka tentang akhirat. Maka mereka mengatakan dalam doanya, “Segala puji bagi Allah yang telah menghilangkan kesedihan dari kami.” Ingatlah, demi Allah, kesusahan mereka tidaklah seperti kesusahan manusia. Tiada sesuatu pun yang menjadi dambaan mereka selain dari memohon surga. Sesungguhnya mereka menangis karena takut terhadap neraka. Sesungguhnya barang siapa yang tidak berbelasungkawa dengan belasungkawa Allah, maka jiwanya akan dicabut meninggalkan dunia dalam keadaan kecewa. Dan barang siapa yang tidak melihat nikmat Allah selain hanya pada makanan atau minuman, maka sesungguhnya amalnya akan sedikit dan azabnya akan datang menimpanya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. (Al Furqaan:63)
Yaitu apabila orang-orang jahil menilai mereka sebagai orang-orang yang kurang akalnya yang diungkapkannya kepada mereka dengan kata-kata yang buruk, maka mereka tidak membalasnya dengan hal yang semisal, melainkan memaafkan, dan tidaklah mereka mengatakan perkataan kecuali yang baik-baik. Seperti yang dilakukan oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, semakin orang jahil bersikap keras, maka semakin pemaaf dan penyantun pula sikap beliau. Dan seperti yang disebutkan oleh firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat yang lain:
Dan apabila mereka mendengar perkataan yang tidak bermanfaat, mereka berpaling darinya. (Al-Qasas: 55)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Aswad ibnu Amir, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar, dari Al-A’masy, dari Abu Khalid Al-Walibi, dari An-Nu’man ibnu Muqarrin Al-Muzani yang mengatakan bahwa pada suatu hari ada seorang lelaki mencaci maki lelaki lainnya di hadapan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu orang yang dicaci mengatakan, “‘Alaikas salam (semoga engkau selamat).” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Ingatlah, sesungguhnya ada malaikat di antara kamu berdua yang membelamu. Setiap kali orang itu mencacimu, malaikat itu berkata, “Bahkan kamulah yang berhak, kamulah yang berhak dicaci.”Dan apabila kamu katakan kepadanya, ” ‘Alaikas salam,” maka malaikat itu berkata, “Tidak, dia tidak berhak mendapatkannya, engkaulah yang berhak mendapatkannya.”
Sanad hadis berpredikat hasan, tetapi mereka tidak mengetengahkannya.
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: mereka mengucapkan kata-kata yang baik. (Al Furqaan:63) Mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung petunjuk.
Sa’id ibnu Jubair mengatakan bahwa mereka menjawab dengan kata-kata yang baik.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan, mereka mengatakan, “Salamun ‘alaikum (semoga keselamatan terlimpahkan kepada kalian).”
Jika mereka dinilai sebagai orang yang kurang akalnya, maka mereka bersabar. Mereka tetap bergaul dengan hamba-hamba Allah di siang harinya dan bersabar terhadap apa pun yang mereka dengar. Kemudian disebutkan bahwa pada malam harinya mereka melakukan ibadah.
Tafsir Ayat:
Penghambaan kepada Allah itu ada dua: Pertama, penghambaan kepada rububiyahNya. Yang ini dimiliki oleh semua manusia, baik yang Muslim maupun yang kafir, yang shalih dan yang jahat. Jadi semua mereka adalah hamba Allah yang diciptakan dan diatur;
إِنْ كُلُّ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ إِلا آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا
“Tidak ada seorang pun di langit dan bumi, melainkan pasti akan datang kepada Yang Maha Pemurah sebagai seorang hamba.” (QS. Maryam: 93).
Yang kedua, penghambaan kepada uluhiyahNya, peribadatan kepadaNya dan rahmatNya. Ini adalah penghambaan para nabi dan para waliNya. Inilah yang dimaksud di sini. Oleh karena itu, Allah mengimbuhkannya (abd) kepada namaNya, ‘ar-rahman,” sebagai isyarat bahwa mereka telah mencapai kepada kedudukan ini disebabkan rahmatNya. Kemudian Dia menjelaskan [bahwa] sifat-sifat mereka merupakan sifat yang paling sempurna dan karakter-karakter mereka merupakan karakter yang paling utama. Allah menyifati mereka (dengan ungkapan) bahwasanya mereka يَمْشُونَ عَلَى الأرْضِ هَوْنً “berjalan di atas bumi dengan rendah hati,” maksudnya dengan tenang, merendahkan diri kepada Allah dan kepada manusia. Ini adalah pernyataan untuk sifat mereka, yaitu hikmat, tenang dan tawadhu’ (merendahkan diri) kepada Allah dan kepada hamba-hambaNya. وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ “Dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka,” dengan sapaan jahil; ini berdasarkan bukti pengimbuhan kata kerja dan penyandarannya kepada sifat tersebut, قَالُوا سَلامًا “niscaya mereka mengucapkan kata-kata yang mengandung keselamatan,” maksudnya mereka menjawab sapaan mereka dengan sapaan yang selamat dari dosa di dalamnya, dan mereka selamat dari balasan orang jahil dengan kejahilannya. Ini adalah pujian untuk mereka karena sikap santun mereka yang luar biasa, dan membalas orang yang jahat dengan kebaikan dan pemberian maaf terhadap si jahil, dan kematangan akal mereka yang telah mengantar mereka kepada tingkatan ini.
Jika pada ayat-ayat yang lalu disebutkan sifat-sifat orang kafir yang tidak mau bersujud kepada Allah, pada ayat berikut ini disebutkan ciri dan sifat ‘ib’durrahm’n atau para pengabdi Allah. Adapun hamba-hamba tuhan yang maha pengasih itu adalah orang-orang yang berjalan di bumi dengan rendah hati tidak dibuat-buat, tapi berjalan secara wajar, tidak menyombongkan diri, dalam sikap dan tindakan, karena dia tahu bahwa sikap itu tidak terpuji, akan mengakibatkan hal-hal yang negatif dalam pergaulan. Dan apabila orang-orang bodoh yang tidak tahu nilai-nilai sosial kemasyarakatan menyapa mereka dengan kata-kata yang menghina, atau kasar, mereka tidak membalasnya dengan ucapan yang semisal, namun dengan penuh sopan dan rendah hati mereka mengucapkan ‘sal’m, ‘ yang berarti mudah-Mudahan kita berada dalam keselamatan, damai, dan sejahtera. Nabi Muhammad telah memberikan contoh sendiri, bahwa semakin dikasari, beliau semakin santun, arif dan bijaksana. 64. Sifat ‘ib’durahman berikutnya adalah senantiasa salat malam, dan orang-orang yang menghabiskan atau menggunakan sebagian waktu malamnya terutama waktu sepertiga malam terakhir, untuk beribadah mendekatkan diri kepada tuhan mereka yang telah memelihara mereka dengan bersujud dan berdiri. Beribadah pada saat itu betul-betul mencerminkan keikhlasan, hati lebih khusyuk, lebih konsentrasi kepada sang khalik.
Al-Furqan Ayat 63 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Furqan Ayat 63, Makna Al-Furqan Ayat 63, Terjemahan Tafsir Al-Furqan Ayat 63, Al-Furqan Ayat 63 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Furqan Ayat 63
Tafsir Surat Al-Furqan Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)