{24} An-Nur / النور | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الشعراء / Asy-Syu’ara {26} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Furqan الفرقان (Pembeda) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 25 Tafsir ayat Ke 72.
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا ﴿٧٢﴾
wallażīna lā yasy-hadụnaz-zụra wa iżā marrụ bil-lagwi marrụ kirāmā
QS. Al-Furqan [25] : 72
Dan orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya,
Dan orang-orang yang tidak bersaksi dengan kebohongan dan tidak menghadiri majelis-majelis kebohongan. Dan bila mereka melewati para pelaku kebatilan dan pemuja permainan tanpa sengaja, maka mereka berlalu dengan berpaling, mengingkari dan membersihkan diri darinya, serta mereka tidak merelakannya untuk orang lain.
Apa yang telah disebutkan di atas merupakan sebagian dan sifat-sifat hamba-hamba Tuhan Yang Maha Pemurah, yaitu bahwa mereka tidak pernah memberikan kesaksian palsu. Menurut suatu pendapat, makna yang dimaksud adalah tidak pernah berbuat kemusyrikan dan tidak pernah menyembah berhala. Menurut pendapat yang lainnya lagi ialah tidak pernah berdusta, tidak pernah berbuat fasik, tidak pernah berbuat kekafiran, tidak pernah melakukan perbuatan yang tidak ada faedahnya, dan tidak pernah berbuat kebatilan. Menurut Muhammad ibnul Hanafiyah, makna yang dimaksud ialah perbuatan yang tidak ada faedahnya dan bernyanyi. Abul ‘Aliyah, Tawus, Ibnu Sirin, Ad-Dahhak, dan Ar-Rabi’ ibnu Anas serta lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah tidak pernah menghadiri hari-hari raya kaum musyrik. Menurut Umar ibnu Qais, maknanya ialah tidak pernah menghadiri majelis yang di dalamnya dilakukan kejahatan dan kefasikan.
Malik telah meriwayatkan dari Az-Zuhri, bahwa makna yang dimaksud ialah tidak pernah minum khamr dan tidak pernah menghadiri tempatnya serta tidak pernah menyukainya, seperti yang disebutkan di dalam sebuah hadis:
Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, maka janganlah ia duduk di suatu hidangan yang digilirkan padanya minuman khamr.
Menurut pendapat yang lain, makna firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: yang tidak memberikan persaksian palsu. (Al Furqaan:72) Yakni kesaksian palsu alias sengaja berdusta untuk mencelakakan orang lain, seperti pengertian yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, melalui sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Abu Bakrah, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
“Maukah aku ceritakan kepada kalian tentang dosa yang paling besar?”, sebanyak tiga kali. Maka kami menjawab, “Wahai Rasulullah, kami mau.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Mempersekutukan Allah dan menyakiti kedua orang tua.” Pada mulanya beliau bersandar, lalu duduk tegak dan bersabda, “Ingatlah, ucapan dusta, ingatlah kesaksian palsu!” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengulang-ulang sabda terakhirnya ini, sehingga kami berkata (dalam hati) bahwa seandainya beliau diam.
Akan tetapi, menurut makna lahiriah nas ayat ini menunjukkan bahwa makna yang dimaksud ialah tidak menghadiri hal-hal yang berdosa. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al Furqaan:72)
Yakni mereka tidak mau menghadiri perbuatan yang tidak berfaedah itu, dan apabila secara kebetulan mereka bersua dengan orang-orang yang sedang melakukannya, maka mereka lewati saja dan tidak mau mengotori dirinya dengan sesuatu pun dari perbuatan yang berdosa itu. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al Furqaan:72)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Abul Hasan Al-Ajali, dari Muhammad ibnu Muslim, bahwa Ibrahim ibnu Maisarah telah menceritakan kepadaku bahwa Ibnu Mas’ud pernah bersua dengan orang-orang yang sedang melakukan perbuatan yang tidak berfaedah, maka dia tidak berhenti. Lalu Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sesungguhnya Ibnu Mas’ud di pagi hari dan petang harinya menjadi orang yang menjaga kehormatan dirinya.
Telah menceritakan pula kepada kami Al-Husain ibnu Muhammad ibnu Salamah An-Nahwi, telah menceritakan kepada kami Hibban, telah menceritakan kepada kami Abdullah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Muslim, telah menceritakan kepadaku Maisarah, telah sampai suatu berita kepadanya bahwa Ibnu Mas’ud pernah bersua derigan orang-orang yang sedang melakukan perbuatan yang tidak berfaedah, tetapi dia tidak berhenti. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sesungguhnya Ibnu Mas’ud di pagi hari dan petang harinya menjadi orang yang menjaga kehormatan dirinya. Kemudian Ibrahim ibnu Maisarah membaca firman-Nya: dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya. (Al Furqaan:72)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al Furqaan:73)
Hal ini pun merupakan salah satu dari sifat dan ciri khas orang-orang mukmin, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
mereka yang apabila disebut nama Allah, gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal. (Al Anfaal:2)
Berbeda dengan orang kafir, karena sesungguhnya apabila dia mendengar kalamullah, tiada pengaruh dalam dirinya dan tiada perubahan dari apa yang sebelumnya dia lakukan, bahkan dia tetap pada kekafiran, kesesatan, kejahilan, dan kelewat batasnya. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
Dan apabila diturunkan suatu surat, maka di antara mereka (orang-orang munafik) ada yang berkata, “Siapakah di antara kalian yang bertambah imannya dengan (turunnya) surat ini?”Adapun orang-orang yang beriman, maka surat ini menambah imannya, sedangkan mereka merasa gembira. Dan adapun orang-orang yang di dalam hati mereka ada penyakit, maka dengan surat itu bertambah kekafiran mereka di samping kekafirannya (yang telah ada). (At-Taubah:124-125)
Tafsir Ayat:
وَالَّذِينَ لا يَشْهَدُونَ الزُّورَ “Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu,” maksudnya mereka tidak menghadiri kepalsuan, yaitu perkataan dan perbuatan yang diharamkan. Mereka menghindari majelis-majelis yang banyak mengandung perkataan-perkataan atau perbuatan-perbuatan yang diharamkan, seperti mempermasalahkan ayat-ayat Allah, debat batil, menggunjing, memfitnah (adu-domba), memaki, menuduh berbuat zina, memperolok-olok, lagu-lagu haram, minum khamar, alas-alas yang terbuat dari kain sutra, gambar-gambar dan lain-lain. Kalaulah mereka tidak menyaksikan kepalsuan, maka lebih utama lagi mereka tidak mengatakannya dan mengerjakannya. Kesaksian palsu masuk ke dalam kategori ucapan palsu, dan masuk ke dalam maksud ayat ini secara lebih utama.
وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ “Dan apabila mereka bertemu dengan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaidah,” yaitu pembicaraan yang tidak me-ngandung kebaikan dan faidah religi ataupun duniawi, seperti pembicaraan orang-orang yang dungu dan yang serupa dengannya, مَرُّوا كِرَامًا “mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” Maksudnya mereka mencegah diri mereka dan memuliakan dirinya dari tindakan ikut serta tenggelam di dalamnya dan mereka berpendapat bahwa tindakan ikut serta tenggelam di dalamnya (meskipun tidak mengandung dosa) tetapi ia merupakan tindakan bodoh yang mencemari kemanusiaan dan kewibawaan. Mereka menjaga kesucian diri mereka darinya.
Dan pada FirmanNya, وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ “Dan apabila mereka bertemu dengan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaidah,” terdapat sebuah isyarat bahwa mereka tidak bermaksud menghadirinya ataupun mendengarkannya, akan tetapi hal itu terjadi saat bertemu secara kebetulan tanpa kesengajaan. Mereka memuliakan diri mereka darinya.
Dan sifat-sifat utama lainnya dari ibadurrahman adalah orang-orang yang tidak memberikan kesaksian palsu, yang sengaja dilakukan seseorang padahal dia tahu bahwa hal itu bohong belaka, dan apabila mereka bertemu, yakni berjumpa, dengan orang-orang yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, baik perkataan ataupun berbuat-an yang sia-sia, mereka berlalu dengan menjaga kehormatan dirinya. Mereka tidak menghiraukannya dan tidak memedulikannya. Sebagai seorang muslim, setiap langkahnya harus membawa kemanfaatan bagi kehi-dupannya yang akan dibawa setelah dia meninggal. 73. Dan sifat ‘ib’durrahm’n berikutnya adalah orang-orang yang apabila diberi peringatan oleh Allah atau nabi-Nya dengan ayat-ayat tuhan mere-ka, mereka tidak bersikap sebagai orang-orang yang tuli dan buta, tapi mereka mendengar peringatan tersebut dengan penuh perhatian dan sikap yang penuh kepedulian.
Al-Furqan Ayat 72 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Furqan Ayat 72, Makna Al-Furqan Ayat 72, Terjemahan Tafsir Al-Furqan Ayat 72, Al-Furqan Ayat 72 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Furqan Ayat 72
Tafsir Surat Al-Furqan Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)