{24} An-Nur / النور | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الشعراء / Asy-Syu’ara {26} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Furqan الفرقان (Pembeda) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 25 Tafsir ayat Ke 74.
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا ﴿٧٤﴾
wallażīna yaqụlụna rabbanā hab lanā min azwājinā wa żurriyyātinā qurrata a’yuniw waj’alnā lil-muttaqīna imāmā
QS. Al-Furqan [25] : 74
Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”
Dan orang-orang yang memohon kepada Allah dengan berkata: Wahai Rabb kami berikanlah kepada kami dan anak keturunan kami sesuatu yang menyenangkan jiwa kami, padanya terdapat kebahagiaan dan ketenteraman bagi kami, serta jadikanlah kami teladan yang diteladani oleh orang-orang yang bebrtakwa dalam kebaikan.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). (Al Furqaan:74)
Mereka adalah orang-orang yang memohon kepada Allah agar dikeluarkan dari sulbi mereka keturunan yang taat kepada Allah dan menyembahNya semata, tanpa mempersekutukan-Nya.
Ibnu Abbas mengatakan bahwa mereka ingin memperoleh keturunan yang selalu mengerjakan ketaatan kepada Allah sehingga hati mereka menjadi sejuk melihat keturunannya dalam keadaan demikian, baik di dunia maupun di akhirat.
Ikrimah mengatakan, mereka tidak bermaksud agar beroleh keturunan yang tampan, tidak pula yang cantik, tetapi mereka menginginkan keturunan yang taat.
Al-Hasan Al-Basri pernah ditanya tentang makna ayat ini. Ia menjawab, “Makna yang dimaksud ialah bila Allah memperlihatkan kepada seorang hamba yang muslim istri, saudara, dan kerabatnya yang taat-taat kepada Allah. Demi Allah, tiada sesuatu pun yang lebih menyejukkan hati seorang muslim daripada bila ia melihat anak, cucu, saudara, dan kerabatnya yang taat-taat kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى”
Ibnu Juraij telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). (Al Furqaan:74) Yakni orang-orang yang menyembah-Mu dengan baik dan tidak menjerumuskan kami ke dalam perbuatan-perbuatan yang dilarang.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa mereka memohon kepada Allah agar Dia memberikan petunjuk kepada istri-istri mereka dan keturunan mereka untuk memeluk agama Islam.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma’mar ibnu Basyir, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Safwan ibnu Amr, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Jubair ibnu Nafir, dari ayahnya yang mengatakan, “Pada suatu hari kami duduk di majelis Al-Miqdad ibnul Aswad. Kemudian lewatlah seorang lelaki yang mengatakan kepadanya, ‘Beruntunglah kedua matanya yang telah melihat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Seandainya saja kami dapat melihat seperti apa yang telah dilihat matanya dan menyaksikan apa yang telah disaksikannya.’ Maka Al-Miqdad marah sehingga membuat diriku terheran-heran, sebab lelaki tersebut tidak mengucapkan kata-kata kecuali yang baik-baik. Kemudian Al-Miqdad berpaling ke arah lelaki itu seraya berkata, ‘Apakah gerangan yang membuat lelaki itu mengharapkan hal yang digaibkan oleh Allah darinya? Dia tidak mengetahui seandainya ditakdirkan dia menyaksikan masa itu (masa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ), apa yang bakal dilakukannya. Demi Allah, sesungguhnya banyak kaum yang semasa dengan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, tetapi Allah menyeret mereka ke dalam neraka Jahanam karena mereka tidak menyambut seruannya dan tidak pula membenarkannya. Apakah kalian tidak memuji kepada Allah karena Dia telah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui apa pun kecuali hanya Tuhan kalian seraya percaya kepada apa yang disampaikan kepada kalian oleh nabi kalian, sesungguhnya kalian telah ditolong dari musibah oleh selain kalian. Allah mengutusNabi-Nya di masa yang paling buruk yang pernah dialami oleh seseorang nabi, yaitu di masa Jahiliah. Orang-orang di masa itu tidak melihat adanya suatu agama yang lebih utama daripada agama yang menganjurkan menyembah berhala. Lalu datanglah Nabi dengan membawa Al-Qur’an yang membedakan antara perkara yang hak dan perkara yang batil, dan membedakan (hak) antara orang tua dan anak. Seorang lelaki yang telah dibukakan hatinya untuk beriman pasti akan yakin terhadap anaknya, orang tuanya, dan saudaranya yang masih kafir, bahwa jika mati mereka pasti masuk neraka. Dan pasti tidak akan senang hatinya bila mengetahui bahwa orang yang dikasihinya dimasukkan ke dalam neraka.” Hal inilah yang dimaksudkan oleh firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: Dan orang-orang yang berkata, “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami). (Al Furqaan:74)
Sanad asar ini sahih, tetapi para ahli sunan tidak ada yang mengetengahkannya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa. (Al Furqaan:74)
Ibnu Abbas, Al-Hasan As-Saddi, Qatadah, dan Ar-Rabi’ ibnu Anas mengatakan bahwa yang dimaksud ialah para pemimpin yang mengikuti kami dalam kebaikan.
Selain mereka mengatakan, yang dimaksud ialah para pemberi petunjuk yang mendapat petunjuk dan para penyeru kebaikan, mereka menginginkan agar ibadah mereka berhubungan dengan ibadah generasi penerus mereka, yaitu anak cucu mereka. Mereka juga menginginkan agar hidayah yang telah mereka peroleh menurun kepada selain mereka dengan membawa manfaat, yang demikian itu lebih banyak pahalanya dan lebih baik akibatnya. Karena itulah disebutkan di dalam Sahih Muslim melalui hadis Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Apabila anak Adam meninggal dunia, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu anak saleh yang mendoakan (orang tua)nya, atau ilmu yang bermanfaat sesudah dia tiada, atau sedekah jariyah.
Tafsir Ayat:
وَالَّذِينَ يَقُولُونَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا “Dan orang-orang yang berkata, ‘Ya Rabb kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami,” maksudnya, pendamping-pendamping kami, termasuk para saha-bat, orang-orang terdekat, dan istri-istri, هَبْ لَنَا “dan keturunan kami sebagai penyenang hati,” maksudnya mata kami men-jadi damai. Dan apabila kita meneliti lebih jauh keadaan dan ciri-ciri mereka, maka kita mengetahui bahwa di antara usaha keras mereka dan ketinggian martabat mereka [adalah bahwasanya mereka tidak merasa damai sebelum mata kepala mereka melihat anak keturunan mereka taat kepada Allah, berilmu lagi beramal. Demikianlah, sebagaimana doa ini adalah doa untuk istri-istri] dan anak keturunan mereka. Ia juga merupakan doa untuk diri mereka sendiri, karena manfaatnya kembali kepada diri mereka sendiri.
Oleh karenanya mereka menjadikan semua itu sebagai pemberian (anugerah) bagi mereka, seraya mengatakan, هَبْ لَنَا “anugerahkanlah kepada kami.” Bahkan doa mereka kembali kepada manfaat bagi segenap kaum Muslimin. Sebab, dengan keshalihan orang-orang yang disebutkan di dalam doa, akan menjadi sebab bagi keshalihan kebanyakan orang-orang yang berhubungan dengan mereka dan (sebab untuk) mengambil manfaat dari mereka.
وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًا “Dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” Maksudnya, sampaikanlah kami, ya Tuhan kami, kepada derajat luhur ini, yaitu derajat orang-orang shiddiqin dan derajat orang-orang yang sempurna dari kalangan hamba-hamba Allah yang shalih, yaitu derajat kepemimpinan di dalam agama, dan hingga mereka bisa menjadi teladan bagi orang-orang yang bertakwa dalam ucapan dan perbuatannya. Perbuatan-perbuatan mereka diteladani, ucapan-ucapan mereka menjadi kesejukan hati dan orang-orang shalih berjalan di belakangnya (mengikuti). Mereka memberi petunjuk dan masyarakat pun mendapat petunjuk.
Sudah dimaklumi bahwa berdoa untuk mencapai sesuatu adalah merupakan doa untuk mencapai sesuatu yang tidak akan tercapai kecuali dengannya. Derajat kepemimpinan dalam agama ini tidak akan pernah dicapai kecuali dengan sabar dan keyakinan, sebagaimana Allah telah berfirman,
وَجَعَلْنَاهم أَئِمَّةً يَهْدُونَ بِأَمْرِنَا لَمَّا صَبَرُوا وَكَانُوا بِآيَاتِنَا يُوقِنُون
“Dan Kami menjadikan dari kalangan mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka bersabar. Dan mereka meyakini ayat-ayat Kami.” (QS. As-Sajdah: 24).
Doa tersebut mengharuskan adanya amal usaha dan kesabaran dalam menjalankan ketaatan kepada Allah dan dalam menjauhi kemaksiatan terhadapNya serta keputusan takdirNya yang menyakitkan hati, dan juga mengharuskan adanya ilmu yang memadai yang dapat mengantarkan orangnya kepada derajat al-yakin sebagai kebaikan yang sangat banyak dan karunia yang berlimpah, dan mengharuskan mereka untuk berada di atas setinggi mungkin dari derajat manusia lain, di bawah derajat para rasul.
Dan sifat ‘ib’durrahm’n berikutnya adalah orang-orang yang berkata yakni memanjatkan doa, ‘ya tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami pasangan kami yang menjadi pendamping kami dalam melaksanakan kehidupan ini dan anugerahkanlah juga kepada keturunan kami yang akan melanjutkan kehidupan diri kami sebagai penyenang hati kami, karena perbuatan mulia mereka, dan jadikanlah kami sebagai pemimpin dan panutan bagi orang-orang lain yang bertakwa. ’75. Mereka itu yakni orang-orang yang memiliki sifat di atas, akan diberi balasan dengan tempat yang tinggi dalam surga, yang penuh dengan segala kenikmatan lahir maupun batin atas kesabaran mereka melaksanakan semua perintah Allah. Dan di sana mereka akan disambut oleh para malaikat penjaga surga dengan penghormatan yang agung layaknya pahlawan yang kembali dari medan perang dengan membawa kemenangan yang gilang gemilang dan sebagi penghormatan kepada mereka, para malaikat mengucapkan salam, keselamatan akan selalu bersama kalian, selama-lamanya.
Al-Furqan Ayat 74 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Furqan Ayat 74, Makna Al-Furqan Ayat 74, Terjemahan Tafsir Al-Furqan Ayat 74, Al-Furqan Ayat 74 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Furqan Ayat 74
Tafsir Surat Al-Furqan Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)