{25} Al-Furqan / الفرقان | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | النمل / An-Naml {27} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Asy-Syu’ara الشعراء (Penyair) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 26 Tafsir ayat Ke 137.
إِنْ هَـٰذَا إِلَّا خُلُقُ الْأَوَّلِينَ ﴿١٣٧﴾
in hāżā illā khuluqul-awwalīn
QS. Asy-Syu’ara [26] : 137
(agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang-orang terdahulu,
Dan mereka berkata: Apa yang kami pegang ini tidak lain kecuali agama dan adat orang-orang terdahulu.
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
(agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. (Asy-Syu’ara’: 137)
Sebagian ulama ada yang membacanya khalqu, bukan khuluqu.
Ibnu Mas’ud telah mengatakan, dan juga Al-Aufi dan Ibnu Abbas, serta Alqamah dan Mujahid, bahwa mereka bermaksud “tiada lain apa yang kamu sampaikan kepada kami hanyalah kebiasaan orang dahulu,” seperti yang dikatakan oleh orang-orang musyrik dari kaum Quraisy:
Dan mereka berkata, “Dongengan-dongengan orang-orang dahulu dimintanya supaya dituliskan, maka dibacakanlah dongengan itu kepadanya setiap pagi dan petang.” (Al-Furqan: 5)
Dan orang-orang kafir berkata, “Al-Qur’an ini tidak lain hanyalah kebohongan yang diada-adakan oleh Muhammad, dan dia dibantu oleh kaum yang lain; maka sesungguhnya mereka telah berbuat suatu kezaliman dan dusta yang besar. Dan mereka berkata, “Dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” (Al-Furqan: 4-5)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan apabila dikatakan kepada mereka, “Apakah yang telah diturunkan Tuhanmu?” Mereka menjawab, “Dongengan-dongengan orang-orang dahulu.” (An-Nahl: 24)
Ulama yang lainnya lagi membacanya khuluqul awwalin, yang artinya agama mereka dan tradisi yang biasa mereka lakukan itu adalah kebiasaan orang dahulu dari kalangan nenek moyang mereka. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa kami mengikuti mereka dan menelusuri jejak mereka; kami hidup sebagaimana mereka hidup, dan kami mati sebagaimana mereka mati, tiada hari berbangkit dan tiada hari akhirat. Karena itulah mereka mengatakan:
dan kami sekali-kali tidak akan diazab. (Asy-Syu ‘ara’: 138)
Ali ibnu AbuTalhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: (agama kami) ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. (Asy-Syu’ara’: 137) Yaitu agama orang-orang dahulu.
Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Ata Al-Khurrasani, Qatadah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, lalu dipilih oleh Ibnu Jarir.
136-138 maka mereka berkata dengan menentang kebenaran lagi mendustakan Nabi mereka, “sama saja bagi kami, apakah kamu memberi nasihat atau tidak memberi nasihat,” maksudnya, semuanya sama!
Ini adalah puncak kecongkakan, Karena suatu kaum (umat manusia) yang sampai pada keadaan di mana nasihat-nasihat Allah yang dapat mencairkan gunung-gunung yang tuli lagi keras dan dapat meremukkan hati orang-orang yang berakal, adanya nasihat itu dan ketiadaannya sama saja bagi mereka, adalah benar-benar merupakan kaum yang kezhalimannya telah memuncak, kesengsaraannya sudah amat sangat dahsyat dan sudah terputus harapan untuk bisa memberi mereka hidayah. Oleh karena itu, mereka mengatakan, ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu,” maksudnya, semua keadaan dan kenikmatan dan lain-lainnya itu adalah kebiasaan orang-orang terdahulu, yang kadang-kadang mereka tidak membutuhkan dan kadang-kadang mereka membutuhkan. Inilah keadaan (rutinitas) tahunan.
Padahal semua keadaan tersebut adalah ujian dan cobaan dari Allah terhadap hamba-hambaNya. “dan kami sekali-kali tidak akan di azab,” ini adalah suatu pengingkaran mereka terhadap kebangkitan (kiamat), atau merupakan cemoohan mereka terhadap nabi, (yang berarti): kalaupun kami dibangkitkan lagi, maka sesungguhnya kami di dunia, maka demikian pula, kenikmatan itu akan terus dilimpahkan kepada kami bila kami dibangkitkan.
137. Mereka berkata lagi, “agama kami ini tidak lain hanyalah adat kebiasaan orang dahulu. Apa yang dilakukan nenek moyang kami, itulah yang kami ikuti. ” inilah bentuk taklid buta dalam hal keyakinan agama yang sangat dibenci oleh Allah. 138. Dan dengan pongahnya mereka berkata lagi, “dan kami sama sekali tidak akan di azab oleh Allah di akhirat kelak. ” mereka menganggap bahwa kenikmatan yang mereka miliki adalah bentuk kasih sayang Allah kepada mereka, maka di akhirat pun mereka yakin tidak akan disiksa.
Asy-Syu’ara Ayat 137 Arab-Latin, Terjemah Arti Asy-Syu’ara Ayat 137, Makna Asy-Syu’ara Ayat 137, Terjemahan Tafsir Asy-Syu’ara Ayat 137, Asy-Syu’ara Ayat 137 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Asy-Syu’ara Ayat 137
Tafsir Surat Asy-Syu’ara Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93 | 94 | 95 | 96 | 97 | 98 | 99 | 100 | 101 | 102 | 103 | 104 | 105 | 106 | 107 | 108 | 109 | 110 | 111 | 112 | 113 | 114 | 115 | 116 | 117 | 118 | 119 | 120 | 121 | 122 | 123 | 124 | 125 | 126 | 127 | 128 | 129 | 130 | 131 | 132 | 133 | 134 | 135 | 136 | 137 | 138 | 139 | 140 | 141 | 142 | 143 | 144 | 145 | 146 | 147 | 148 | 149 | 150 | 151 | 152 | 153 | 154 | 155 | 156 | 157 | 158 | 159 | 160 | 161 | 162 | 163 | 164 | 165 | 166 | 167 | 168 | 169 | 170 | 171 | 172 | 173 | 174 | 175 | 176 | 177 | 178 | 179 | 180 | 181 | 182 | 183 | 184 | 185 | 186 | 187 | 188 | 189 | 190 | 191 | 192 | 193 | 194 | 195 | 196 | 197 | 198 | 199 | 200 | 201 | 202 | 203 | 204 | 205 | 206 | 207 | 208 | 209 | 210 | 211 | 212 | 213 | 214 | 215 | 216 | 217 | 218 | 219 | 220 | 221 | 222 | 223 | 224 | 225 | 226 | 227
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)