{26} Asy-Syu’ara / الشعراء | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | القصص / Al-Qashash {28} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Naml النمل (Semut) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 27 Tafsir ayat Ke 19.
فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا وَقَالَ رَبِّ أَوْزِعْنِي أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَىٰ وَالِدَيَّ وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ فِي عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ ﴿١٩﴾
fa tabassama ḍāḥikam ming qaulihā wa qāla rabbi auzi’nī an asykura ni’matakallatī an’amta ‘alayya wa ‘alā wālidayya wa an a’mala ṣāliḥan tarḍāhu wa adkhilnī biraḥmatika fī ‘ibādikaṣ-ṣāliḥīn
QS. An-Naml [27] : 19
Maka dia (Sulaiman) tersenyum lalu tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu. Dan dia berdoa, “Ya Tuhanku, anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan agar aku mengerjakan kebajikan yang Engkau ridai; dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh.”
Maka Sulaiman pun tertawa karena perkataan semut tersebut, di mana semut tersebut memahami dan mengetahui bagaimana cara memperingatkan semut-semut lainnya. Maka Sulaiman merasakan nikmat Allah atasnya, maka dia menghadap kepada Allah dengan berdoa: Ya Rabbi, tunjukkan dan bimbinglah aku untuk mensyukuri nikmat-Mu kepadaku dan kepada bapakku dan agar aku bisa beramal shalih yang Engkau ridhai dariku. Masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam kenikmatan surgamu bersama hamba-hamba-Mu yang shalih yang Engkau ridhai amalnya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridai. (An Naml:19)
Yaitu amal yang Engkau sukai dan Engkau ridai.
dan masukkanlah aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh. (An Naml:19)
Artinya, apabila Engkau mewafatkan diriku, maka himpunkanlah daku bersama dengan hamba-hamba-Mu yang saleh, dan rafiqul a’la dari kekasih-kekasih-Mu.
Sementara ada sebagian ulama tafsir berpendapat bahwa lembah tersebut terletak di negeri Syam atau negeri lainnya, dan bahwa semut tersebut mempunyai dua buah sayap seperti lalat atau hal lainnya hanyalah merupakan dongengan-dongengan yang tidak ada kenyataannya.
Nauf Al-Bakkali mengatakan bahwa semut Nabi Sulaiman besarnya seperti serigala. Penukil mengatakan bahwa memang demikianlah saya jumpai dalam kitab salinannya memakai huruf ya, padahal sebenarnya memakai ba. Hal ini merupakan kekeliruan dari penyalinnya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. (Kalau memakai ya artinya serigala, sedangkan kalau memakai ba artinya lalat). Yang tersimpulkan dari kisah ini ialah bahwa Sulaiman memahami ucapan semut itu, karenanya ia tertawa, hal ini merupakan suatu peristiwa yang sangat menakjubkan.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Basysyar, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Mis’ar, dari Zaid Al-Ama, dari Abus Siddiq An-Naji yang telah menceritakan bahwa Sulaiman ibnu Daud a.s. keluar untuk meminta hujan. Tiba-tiba ia menjumpai seekor semut sedang terlentang seraya menghadapkan semua kakinya ke arah langit dan berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya kami adalah salah satu dari makhluk-Mu. Kami memerlukan sekali siraman hujan-Mu. Jika tidak Engkau sirami kami, berarti Engkau akan membinasakan kami.” Maka Sulaiman berkata, “Marilah kita pulang, sesungguhnya telah ada makhluk selain kalian yang membacakan doa istisqa.”
Di dalam kitab Sahih Muslim telah disebutkan sebuah hadis melalui jalur Abdur Razzaq, dari Ma’mar, dari Hamman, dari Abu Hurairah, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda:
Seekor semut pernah menggigit salah seorang nabi dari kalangan nabi-nabi (terdahulu), maka nabi itu memerintahkan agar kampung semut itu dibakar. Maka Allah menurunkan wahyu kepadanya (seraya menegurnya).”Apakah karena seekor semut yang menggigitmu, lalu kamu binasakan segolongan makhluk yang bertasbih ? Mengapa kamu tidak membunuh seekor semut saja?”
Setelah Sulaiman ‘alaihissalam mendengar ucapan semut itu dan memahaminya, فَتَبَسَّمَ ضَاحِكًا مِنْ قَوْلِهَا “maka dia tersenyum dengan tertawa karena (mendengar) perkataan semut itu,” karena kagum terhadap kefasihan, nasihat dan indahnya ungkapan semut itu. Ini adalah keadaan para Nabi ‘alaihimussalam, yaitu etika yang sempurna dan kagum pada tempatnya, dan tertawa mereka tidak melebihi kecuali pada senyum, sebagaimana Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, kebanyakan tertawanya adalah senyum. Sebab tertawa terbahak-bahak itu menunjukkan kelemahan akal dan kejelekan adab, sedangkan tidak senyum dan tidak kagum terhadap sesuatu yang memang pantas dikagumi menunjukkan pada perangai jahat dan kecongkakan. Para rasul semuanya bersih dari itu semua.
Dan Sulaiman berkata seraya bersyukur kepada Allah yang telah menyampaikannya kepada kedudukan (mulia) ini, رَبِّ أَوْزِعْنِي “Ya Rabbku, berilah aku ilham.” Maksudnya, ilhami dan berilah aku bimbingan, أَنْ أَشْكُرَ نِعْمَتَكَ الَّتِي أَنْعَمْتَ عَلَيَّ وَعَلَى وَالِدَيَّ “untuk tetap mensyukuri nikmatMu yang telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku,” sebab sesungguhnya nikmat kepada kedua ibu dan bapak merupakan nikmat kepada anak. Oleh karena itu, Sulaiman memohon kepada Rabbnya bimbingan (taufiq) untuk bisa mensyukuri nikmat agama dan dunia yang dianugerahkanNya kepadanya dan kepada kedua orang tuanya, وَأَنْ أَعْمَلَ صَالِحًا تَرْضَاهُ “dan untuk mengerjakan amal shalih yang Engkau ridhai.” Maksudnya, bimbinglah aku untuk beramal shalih yang Engkau ridhai, karena amal shalih tersebut sejalan dengan perintahMu, dalam keadaan tulus di dalam melakukannya, selamat dari hal-hal yang dapat merusak dan menguranginya, وَأَدْخِلْنِي بِرَحْمَتِكَ “dan masukkanlah aku dengan rahmatMu” yang di antaranya adalah surga, فِي “ke dalam,” golongan, عِبَادِكَ الصَّالِحِينَ “hamba-hambaMu yang shalih.” Sebab rahmat itu diperuntukkan hanya untuk orang-orang yang shalih dengan berbagai derajat dan kedudukan mereka.
Itu semua adalah satu contoh dari kondisi Sulaiman ketika mendengar sapaan dan seruan seekor semut.
Begitu mendengar perkataan semut tersebut, maka dia, sulaiman, tersenyum lalu tertawa karena mendengar perkataan semut itu, dia senang dengan anugerah Allah yang diperlihatkan kepadanya. Dan sebagai ungkapan rasa syukur, dia, sulaiman, berdoa, ‘ya tuhanku yang memeliharaku! anugerahkanlah aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat-Mu yang demikian banyak yang telah engkau anugerahkan kepadaku dan kepada kedua orang tuaku dan berikanlah juga aku ilham agar aku bisa mengerjakan kebajikan yang engkau ridai; dan masukkanlah aku, dengan rahmat-Mu, ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh. ‘ 20. Jika pada ayat yang lalu nabi sulaiman memahami bahasa semut, pada ayat ini nabi sulaiman memahami bahasa burung, antara lain burung hudhud. Nabi sulaiman menggunakan burung hudhud untuk berbagai keperluan seperti membawakan surat, mencari air dan memantau keadaan bangsa lain. Dan pada satu kesempatan, dia, sulaiman, memeriksa burung-burung yang ada di sekitarnya, lalu berkata kepada prajurit yang ada, ‘mengapa aku tidak melihat burung hudhud’ kemanakah dia’ apakah ia termasuk yang tidak hadir’.
An-Naml Ayat 19 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Naml Ayat 19, Makna An-Naml Ayat 19, Terjemahan Tafsir An-Naml Ayat 19, An-Naml Ayat 19 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Naml Ayat 19
Tafsir Surat An-Naml Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)