{26} Asy-Syu’ara / الشعراء | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | القصص / Al-Qashash {28} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Naml النمل (Semut) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 27 Tafsir ayat Ke 40.
قَالَ الَّذِي عِنْدَهُ عِلْمٌ مِنَ الْكِتَابِ أَنَا آتِيكَ بِهِ قَبْلَ أَنْ يَرْتَدَّ إِلَيْكَ طَرْفُكَ ۚ فَلَمَّا رَآهُ مُسْتَقِرًّا عِنْدَهُ قَالَ هَـٰذَا مِنْ فَضْلِ رَبِّي لِيَبْلُوَنِي أَأَشْكُرُ أَمْ أَكْفُرُ ۖ وَمَنْ شَكَرَ فَإِنَّمَا يَشْكُرُ لِنَفْسِهِ ۖ وَمَنْ كَفَرَ فَإِنَّ رَبِّي غَنِيٌّ كَرِيمٌ ﴿٤٠﴾
qālallażī ‘indahụ ‘ilmum minal-kitābi ana ātīka bihī qabla ay yartadda ilaika ṭarfuk, fa lammā ra`āhu mustaqirran ‘indahụ qāla hāżā min faḍli rabbī, liyabluwanī a asykuru am akfur, wa man syakara fa innamā yasykuru linafsih, wa mang kafara fa inna rabbī ganiyyung karīm
QS. An-Naml [27] : 40
Seorang yang mempunyai ilmu dari Kitab berkata, “Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip.” Maka ketika dia (Sulaiman) melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (nikmat-Nya). Barangsiapa bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya, Mahamulia.”
Seorang yang memiliki ilmu tentang al-Kitab berkata: Saya akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kelopak matamu berkedip bila ia berkedip untuk melihat sesuatu. Maka Sulaiman mengizinkannya lalu ia berdoa kepada Allah dan ia pun bisa menghadirkannya. Manakala Sulaiman melihatnya hadir dan ada di sisinya, dia berkata: Ini termasuk karunia Rabb-ku yang telah menciptakanku dan menciptakan alam semesta seluruhnya, untuk mengujiku apakah aku bersyukur dengan mengakui nikmat-nikmat Allah kepadaku, atau kufur dan tidak bersyukur? Barangsiapa yang mensyukuri nikmat-nikmat Allah maka manfaatnya kembali kepada dirinya sendiri. Sebaliknya barangsiapa yang ingkar dan menolak untuk bersyukur, maka Rabb-ku sama sekali tidak memerlukan syukurnya. Dia Maha Pemurah, kebaikan-Nya mencakup seluruh dunia, yang bersyukur maupun kufur, kemudian menghisab dan membalas mereka di akhirat.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab. (An Naml:40)
Ibnu Abbas mengatakan bahwa nama orang itu adalah Asif, sekretaris Nabi Sulaiman. Hal yang sama diriwayatkan oleh Muhammad ibnu Ishaq, dari Yazid ibnu Ruman yang telah mengatakan bahwa nama orang tersebut adalah Asif ibnu Barkhia, dia adalah seorang yang jujur lagi mengetahui Ismul A’zam.
Qatadah mengatakan bahwa nama orang tersebut adalah Asif, seorang yang beriman dari kalangan manusia. Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Saleh, Ad-Dahhak, dan Qatadah, bahwa dia adalah seorang manusia. Qatadah menyebutkan keterangan yang lebih lengkap, bahwa orang itu berasal dari Bani Israil. Mujahid mengatakan bahwa nama orang itu adalah Astum. Menurut Qatadah dalam riwayat lain yang bersumber darinya, menyebutkan bahwa nama orang itu adalah Balikha.
Zuhair ibnu Muhammad mengatakan, dia adalah seorang lelaki yang dikenal dengan nama Zun Nur. Abdullah ibnu Lahi’ah menduga bahwa lelaki tersebut adalah Khidir, tetapi pendapatnya ini aneh sekali.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. (An Naml:40)
Orang itu berkata kepada Sulaiman a.s., “Angkatlah pandangan matamu ke atas dan lihatlah sejauh matamu memandang, maka sesungguhnya bila matamu merasa lelah dan berkedip, singgasana itu telah berada di hadapanmu.”
Wahb ibnu Munabbih mengatakan, “Layangkanlah pandangan matamu sejauh mataku memandang, maka sebelum pandangan matamu mencapai pemandangan yang terjauh, aku telah dapat mendatangkan singgasana itu.” Para ulama menyebutkan bahwa Asif meminta kepada Sulaiman a.s. agar memandang ke arah negeri Yaman tempat singgasana itu terdapat, lalu Asif berwudu dan berdoa kepada Allah. Mujahid mengatakan bahwa Asif mengatakan dalam doanya, “Ya Zal Jalali Wal Ikram,” yang artinya “Ya Tuhan yang memiliki keagungan dan kemuliaan”.
Az-Zuhri mengatakan bahwa Asif mengatakan dalam doanya, “Ya Tuhan kami dan Tuhan segala sesuatu, yaitu Tuhan Yang Maha Esa, tiada Tuhan yang berhak disembah kecuali hanya Engkau, datangkanlah ‘Arasynya kepadaku.” Maka seketika itu juga singgasana (‘Arasy)nya berada di hadapannya. ,
Mujahid, Sa’id ibnu Jubair, Muhammad ibnu Ishaq, Zuhair ibnu Muhammad, dan lain-lainnya mengatakan bahwa setelah berdoa memohon kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى agar singgasana Balqis didatangkan di hadapannya, saat itu singgasana berada di negeri Yaman, sedangkan Nabi Sulaiman berada di Baitul Maqdis, maka singgasana Balqis hilang dan masuk ke dalam tanah kemudian muncul di hadapan Sulaiman a.s.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, Sulaiman tidak menyadari bahwa singgasana Balqis dalam sekejap mata telah berada di hadapannya. Dan yang membawa ke hadapannya adalah salah seorang dari hamba Allah yang ada di laut. Setelah singgasana Balqis berada di hadapannya dan para pembesar kerajaannya menyaksikan hal itu,
ia pun berkata, “Ini termasuk karunia Tuhanku.” (An Naml:40)
Yaitu ini adalah nikmat Allah yang diberikan kepadaku.
untuk mencoba aku, apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri. (An Naml:40)
Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang mengatakan:
Barang siapa yang mengerjakan amal yang saleh, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri, dan barang siapa yang berbuat jahat, maka (dosanya) atas dirinya sendiri. (Fussilat: 46)
dan barang siapa yang beramal saleh, maka untuk diri mereka sendirilah mereka menyiapkan (tempat yang menyenangkan). (Ar Ruum:44)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Mahakaya lagi Mahamulia. (An Naml:40)
Artinya Allah Mahakaya, tidak memerlukan hamba-hamba-Nya dan juga penyembahan mereka,
lagi Mahamulia. (An Naml:40)
Zat Allah Mahamulia, sekalipun tidak ada seseorang yang menyembah-Nya, kebesaran Allah tidak memerlukan kepada seseorang pun dari makhluk-Nya. Hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Musa:
Jika kamu dan orang-orang yang ada di muka bumi semuanya mengingkari (nikmat Allah), maka sesungguhnya Allah Mahakaya lagi Maha Terpuji. (Ibrahim:8)
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman dalam hadis Qudsi-Nya:
Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang yang pertama dan orang-orang yang terkemudian dari kalian, baik manusia maupun jin semuanya bertakwa seperti seseorang yang paling bertakwa di antara kalian, maka hal itu sama sekali tidak menambah apa pun di dalam kerajaan-Ku. Hai hamba-hamba-Ku, seandainya orang-orang yang pertama dari kalian dan yang terkemudian baik manusia maupun jin semuanya durhaka seperti orang yang paling durhaka di antara kalian, maka hal itu sama sekali tidak mengurangi sedikit pun dalam kerajaan-Ku. Hai hamba-hamba-Ku, sesungguhnya hal itu hanyalah amal perbuatan kalian, Akulah yang menghitung hitungnya bagi kalian, kemudian Aku tunaikan bagi kalian pembalasannya. Barang siapa yang menjumpai kebaikan (dalam balasannya), hendaklah ia memuji kepada Allah, dan barang siapa yang menjumpai selain dari itu, maka jangan sekali-kali ia mencela kecuali dirinya sendiri.
38-40 sulaiman telah mengetahui bahwa mereka akan berangkat menuju kepadanya. Maka dia segera berkata kepada jin dan manusia yang hadir disisinya, “siapakah di antara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri?” maksudnya, agar kita dapat menguasainya sebelum mereka menyerahkan diri, sehingga harta mereka menjadi terpelihara. “berkatalah ifrit (yang cerdik) drai golongan jin,” ifrit adalah jin yang paling kuat lagi sangat aktif sekali, “ aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat membawanya lagi dapat dipercaya,” secara zahir, sulaiman saat itu berada di negeri syam, sehingga perjalanan pulang pergi antara dia dan negeri saba’ kira-kira sejauh perjalanan 4 bulan: dua pulang untuk pergi dan dua bulan untuk pulang. Namun demikian ifrit berkata,”aku berkomitemen untuk membawanya, bagaimanapun besar dan beratnya serta jauhnya perjalanan, sebelum engkau beranjak dari tempat dudukmu yang saat ini sedang engkau duduki.” Biasanya pertujuan yang panjang itu adalah selama panjangnya waktu dhuha kira-kira sepertiga hari. Ini adalah kebiasaan yang panjang. Dan kadang-kadang kurang dari itu atau lebih. Inilah raja yang agung yang beberapa gelintir dari para pengikutnya mempunyai kekuatan dan kemampuan seperti itu.
Yang lebih dahsyat dari itu lagi adalah bahwa, “berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari al-kitab,” para ahli tafsir mengatakan,”seorang lelaki shalih yang ada di sisi sulaiman, namanya Ashaf bin barkhiya’. Dia mengetahu nama Allah yang teragung, yang kalau Allah dimohon dengannya pasti mengabulkan, dan kalau diminta dengannya pasti memberi, “aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip,” dengan berdoa kepada Allah yang teragung itu, hingga singgasana itu hadir saat itu juga. Dia pun berdoa kepada Allah, maka singgasana itu datang.
Allah yang lebih mengetahui maksudnya, apakah ini yang dimaksud, atau dia adalah orang yang mempunyai ilmu dari al-kitab yang dengannya dia mempunyai kemampuan untuk mengambil benda yang jauh dan menjangkau sesuatu yang sulit “maka tatkala dia melihat singgasana itu,” maksudnya, sulaiman melihatnya, “terletak di hadapannya,” maka dia memuji kepada Allah atas ketentuanNya, kerajaanNya dan kemudahan segala perkara baginya, dan “dia pun berkata, ‘ini termasuk karunia Rabbku untuk mengujiku apakah aku bersyukur atau mengingkari’.” Maksudnya, untuk mengujiku dalam hal ini. Jadi, sulaiman sama sekali tidak terpedaya dengan kerajaan, kekuasaan dan kemampuannya, seperti kebiasaan para raja jahiliyyah, bahkan dia mengetahui bahwa itu semua adalah ujian dari Rabbnya. Maka dari itu dia takut kalau tidak bisa mensyukuri nikmat ini.
Kemudian dia menjelaskan bahwa kesyukuran itu manfaatnya sama sekali bukan untuk Allah, melainkan kembali kepada orang yang bersyukur itu sendiri, seraya berkata, ”dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri, dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Rabbku mahakaya lagi Mahamulia.” Mahakaya dari segala amalnya, Mahamulia lagi banyak kebaikannya, meliputi orang yang bersyukur dan yang mengingkari. Hanya saja mensyukuri nikmat-nikmatNya akan menambah nikmat itu sendiri, sedangkan mengingkarinya menyebabkan kemusnahannya.
Nabi sulaiman rupanya menginginkan lebih cepat dari itu, lalu tampillah seorang yang mempunyai ilmu dari kitab, yaitu kitab-kitab sebelum nabi sulaiman seperti kitab taurat dan zabur, menawarkan dirinya dan berkata, wahai sulaiman! aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip, setelah memandangi sesuatu benda yang jauh dengan mata yang terbelalak. Maka ketika dia, sulaiman, melihat singgasana itu terletak di hadapannya, dia pun berkata dengan hati penuh syukur, ‘ini termasuk karunia tuhanku untuk mengujiku, apakah aku bersyukur atau mengingkari nikmat-Nya. Barangsiapa bersyukur, dengan hatinya melalui pengakuan yang tulus, atau lisan-Nya melalui ungkapan tahmid, tasbih atau lainnya atau melalui anggota tubuh yang lainnya dengan menggunakan kenikmatan itu untuk mencari rida Allah, maka sesungguhnya dia bersyukur untuk kebaikan dirinya sendiri, karena Allah akan menambahkan banyak lagi kenikmatan kepadanya dan barangsiapa ingkar terhadap nikmat-Nya seperti menganggap nikmat yang diperolehnya karena jerih payahnya saja atau menggunakannya untuk kemaksiatan, maka sesungguhnya tuhanku mahakaya, tidak membutuhkan iapa pun, bahkan sebaliknya semua makhluk membutuhkan-Nya, serta mahamulia tidak pernah melakukan sesuatu yang tak terpuji. “41. Nabi sulaiman ingin mengetahui sampai sejauh mana ratu balqis teliti terhadap singgasananya, ia ingin memperlihatkan kepadanya akan kemahakuasaan Allah, zat yang disembah oleh nabi sulaiman, di samping untuk memperlihatkan mukjizat yang Allah berikan kepada nabi sulaiman. Dia, sulaiman, berkata, ‘ubahlah untuknya singgasananya; dengan menjadikan singgasananya tidak persis seperti aslinya. Kita akan melihat apakah dia, balqis, mengenal singgasananya yang telah berubah itu atau tidak mengenalnya lagi. ‘.
An-Naml Ayat 40 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Naml Ayat 40, Makna An-Naml Ayat 40, Terjemahan Tafsir An-Naml Ayat 40, An-Naml Ayat 40 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Naml Ayat 40
Tafsir Surat An-Naml Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)