{26} Asy-Syu’ara / الشعراء | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | القصص / Al-Qashash {28} |
Tafsir Al-Qur’an Surat An-Naml النمل (Semut) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 27 Tafsir ayat Ke 62.
أَمَّنْ يُجِيبُ الْمُضْطَرَّ إِذَا دَعَاهُ وَيَكْشِفُ السُّوءَ وَيَجْعَلُكُمْ خُلَفَاءَ الْأَرْضِ ۗ أَإِلَـٰهٌ مَعَ اللَّهِ ۚ قَلِيلًا مَا تَذَكَّرُونَ ﴿٦٢﴾
am may yujībul-muḍṭarra iżā da’āhu wa yaksyifus-sū`a wa yaj’alukum khulafā`al-arḍ, a ilāhum ma’allāh, qalīlam mā tażakkarụn
QS. An-Naml [27] : 62
Bukankah Dia (Allah) yang memperkenankan (doa) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepada-Nya, dan menghilangkan kesusahan dan menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah (pemimpin) di bumi? Apakah di samping Allah ada tuhan (yang lain)? Sedikit sekali (nikmat Allah) yang kamu ingat.
Apakah penyembahan kepada apa yang kalian persekutukan dengan Allah lebih baik, ataukah Allah yang menjawab doa orang yang dalam kesulitan bila dia berdoa kepadanya, mengangkat kesulitan yang menimpanya dan menjadikan kalian penerus dari orang-orang sebelum kalian di muka bumi? Adakah sesembahan lain selain Allah yang bisa melimpahkan nikmat-nikmat tersebut kepada kalian? Hanya sedikit kalian mengambil pelajaran dan mengingat. Oleh karena itu kalian mempersekutukan Allah dengan selain-Nya dalam beribadah kepada-Nya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengingatkan bahwa hanya Dialah yang diseru di saat manusia tertimpa musibah, dan Dialah yang dimohon pertolongan-Nya di saat malapetaka turun menimpa, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan apabila kamu ditimpa bahaya di lautan, niscaya hilanglah siapa yang kamu seru kecuali Dia. (Al-Isra’: 67)
dan bila kamu ditimpa oleh kemudaratan, maka hanya kepada-Nya-lah kamu meminta pertolongan. (An Nahl:53)
Artinya tiada seorang pun yang dimintai pertolongan oleh orang yang tertimpa bahaya selain Dia. Tiada pula yang dapat melenyapkan bahaya dari orang yang tertimpa bahaya kecuali hanya Dia semata.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Wuhaib, telah menceritakan kepada kami Khalid Al-Hazza, dari Abu Tamimah Al-Hujaimi, dari seorang lelaki dan kalangan Bani Balhajim yang telah menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Wahai Rasulullah, kepada siapakah engkau mendoa?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Aku berdoa kepada Allah semata Yang jika kamu tertimpa bahaya lalu kamu berdoa kepada-Nya, niscaya Dia akan melenyapkannya darimu, dan Dialah Yang jika kamu tersesat di padang sahara, lalu kamu berdoa (meminta pertolongan kepada-Nya), niscaya Dia menunjukkan kepadamu jalan pulang, dan Dialah Yang jika kamu tertimpa paceklik, lalu kamu berdoa (memohon pertolongan kepada-Nya), niscaya Dia akan menjadikan daerahmu subur. Lalu ia berkata, “Kalau begitu, berilah saya petunjuk.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Jangan sekali-kali kamu mencaci seseorang, dan jangan sekali-kali pula kamu kikir berbuat kebaikan, sekalipun berupa senyuman yang kamu layangkan kepada saudaramu saat bersua dengannya, dan sekalipun berupa setimba air yang kamu tuangkan dari embermu kepada orang yang meminta air. Dan pakailah kain sebatas pertengahan betismu, jika kamu tidak mau, maka boleh sampai ke mata kaki. Dan janganlah kamu menjulurkan kainmu sampai ke tanah, karena perbuatan ini termasuk kesombongan, dan sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang yang bersifat sombong.
Imam Ahmad meriwayatkannya pula melalui jalur lain dengan menyebutkan nama sahabat yang menghubungkannya langsung kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Untuk itu Imam Ahmad mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Ubaid, telah menceritakan kepada kami Ubaidah Al-Hujaimi, dari ayahnya, dari Abu Tamimah Al-Hujaimi, dari Jabir ibnu Salim Al-Hujaimi yang menceritakan bahwa ia datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dengan menyandang selimut menutupi tubuhnya, sedangkan ujung kain selimut itu menyentuh kedua telapak kakinya, lalu ia bertanya, “Siapakah di antara kamu yang bernama Muhammad?” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berisyarat menunjuk ke arah dirinya, dan ia bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya berasal dari daerah pedalaman, dan di kalangan kami banyak orang yang berwatak kasar, maka berilah saya pelajaran.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Jangat, sekali-kali kamu meremehkan kebaikan barang sedikit pun, sekalipun berupa senyuman yang kamu layangkan kepada saudaramu saat bersua dengannya, dan sekalipun berupa air yang kamu tuangkan dari timbamu ke dalam wadah orang yang meminta minum. Dan jika ada seseorang mencacimu dengan kekurangan yang diketahuinya ada pada dirimu, maka janganlah kamu balas mencacinya dengan kekurangan yang kamu ketahui ada pada dirinya. Maka sesungguhnya kamu akan beroleh pahala, sedangkan dia akan beroleh dosa. Dan janganlah kamu menjulurkan kainmu ke tanah, karena sesungguhnya perbuatan itu termasuk kesombongan, dan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang yang bersifat sombong. Dan jangan sekali-kali kamu mencaci seseorang. Ia mengatakan sejak saat itu ia tidak berani lagi mencaci seorang pun, bahkan kambing dan untanya pun tidak berani ia caci.
Imam Abu Daud dan Imam Nasai meriwayatkan hadis ini melalui berbagai jalur, dan di antaranya ada jalur yang kuat ada pada keduanya.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Hisyam, telah menceritakan kepada kami Abdah ibnu Nuh, dari Umar ibnul Hajj’aj dari Ubaidillah ibnu Abu Saleh yang mengatakan bahwa Tawus datang kepadanya untuk menjenguk dirinya. Lalu ia berkata kepada Tawus, “Hai Abu Abdur Rahman, doakanlah kepada Allah untukku.” Tawus menjawab, “Berdoalah untuk dirimu sendiri, karena sesungguhnya Dia memperkenankan doa orang yang sedang tertimpa musibah.”
Wahb ibnu Munabbih mengatakan bahwa di dalam kitab-kitab terdahulu ia menjumpai firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang menyebutkan, “Demi Keagungan-Ku, sesungguhnya barang siapa yang berlindung kepadaKu, maka seandainya seluruh langit dan para penghuninya —juga seluruh bumi beserta penghuninya— berbuat makar (tipu daya) terhadap dirinya sesungguhnya Aku akan membuatkan baginya jalan selamat dari makar itu. Barang siapa yang tidak berlindung (meminta pertolongan) kepadaKu, sesungguhnya Aku akan mengguncangkan tanah yang ada di bawah telapak kakinya lalu Aku lemparkan dia ke udara dan menyerahkan dia kepada dirinya.”
Al-Hafiz ibnu Asakir dalam biografi seorang lelaki yang menjadi guru Abu Bakar Muhammad ibnu Daud Ad-Dainuri yang dikenal dengan nama Ad-Duqqi seorang sufi. Muhammad ibnu Daud menceritakan bahwa lelaki itu pernah menyewa hewan begalnya untuk suatu perjalanan dari Dimasyq ke Zabdani. Dan di suatu hari ada seorang lelaki ikut menumpang. Mereka berdua melewati jalan biasa, dan ketika sampai di tengah perjalanan, ada jalan yang sudah tidak terpakai lagi. Lalu lelaki yang menumpang berkata kepadanya, “Ambillah jalan ini, karena sesungguhnya ini adalah jalan pintas.” Ia berkata, “Apakah tidak ada pilihan lain bagiku?” Lelaki itu berkata, “Tidak, bahkan jalan inilah yang terdekat ke tujuan kita.” Akhirnya kami terpaksa menempuhnya dan sampailah kami di suatu tempat yang terjal, padanya terdapat jurang yang dalam, sedangkan di dalam jurang itu banyak mayat. Kemudian lelaki itu berkata kepadaku (si perawi), “Tolong tahanlah laju begal ini, karena aku akan turun.” Lelaki itu turun dan menyingsingkan lengan bajunya, lalu mencabut pisaunya dengan tujuan akan membunuhku, maka aku lari dari hadapannya, tetapi ia mengejarku. Lalu saya meminta belas kasihan kepadanya dengan menyebut nama Allah, dan saya katakan kepadanya, “Ambillah begal ini berikut semua muatan yang ada padanya (biarkanlah aku selamat, jangan kau bunuh).” Lelaki itu menjawab, “Sesungguhnya aku hanya menginginkan nyawamu.” Aku pertakuti dia dengan siksaan Allah (jika membunuhku), tetapi ia bersikeras ingin membunuhku dan tidak mau menerima nasihatku, akhirnya aku menyerahkan diri padanya seraya berkata, “Aku mau menyerah asal kamu berikan sedikit waktu bagiku untuk salat dua rakaat.” Ia menjawab, “Segeralah kamu lakukan.” Aku berdiri dan melakukan salat, tetapi Al-Qur’an yang telah kuhafal tidak ada yang kuingat lagi, tiada satu huruf pun darinya yang terlintas dalam pikiranku (karena dalam keadaan takut) sehingga aku hanya berdiri kebingungan, sedangkan orang yang akan membunuhku mengatakan “Cepat sedikit.” Dan Allah menggerakkan lisanku untuk mengucapkan firman-Nya: Atau siapakah yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan. (An Naml:62). Tiba-tiba aku melihat seorang pengendara kuda datang dari mulut lembah kami berada, sedangkan di tangannya terpegang sebuah tombak, lalu ia lemparkan tombak itu ke arah lelaki yang akan membunuhku, dan tombak tersebut tepat mengenai jantung lelaki itu. Akhirnya dia terjungkal mati seketika itu juga. Lalu aku bergantung pada penunggang kuda itu seraya bertanya, “Demi Allah, siapakah engkau ini?” Penunggang kuda menjawab, “Aku adalah utusan Tuhan yang memperkenankan doa orang yang dalam kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya”. Lalu aku mengambil hewan begalku berikut semua muatannya dan pulang dengan selamat.
Di dalam biografi Fatimah binti Hasan alias Umrau Ahmad Al-Ajaliyyah disebutkan, ia telah menceritakan bahwa pada suatu hari orang-orang kafir berhasil memukul mundur pasukan kaum muslim dalam suatu peperangan. Maka berhentilah seekor kuda yang baik bersama pengendaranya, pengendaranya adalah salah seorang hartawan dan termasuk orang yang baik-baik. Si empunya kuda mengatakan, “Celakalah kamu. Mengapa kamu, sesungguhnya aku persiapkan kamu hanyalah untuk menghadapi hari seperti ini?” Ternyata si kuda dapat menjawab, “Bagaimana aku tidak mogok, sedangkan kamu sendiri menyerahkan makananku kepada para perawat kuda, lalu mereka berbuat aniaya terhadapku, mereka tidak memberiku makan kecuali hanya sedikit.” Si empunya kuda berkata seraya berjanji, “Sesudah hari ini aku berjanji dengan nama Allah, bahwa aku tidak akan memberimu makan kecuali di dalam ruang makanku (yakni bersamanya).” Maka dengan serta merta kuda itu kabur dengan cepat membawa lari empunya yang mengendarainya, sehingga ia selamat. Sejak saat itu si empunya tidak lagi memberinya makan kecuali di dalam ruang makannya (yakni bersama-sama dengan dia). Kejadian yang dialaminya itu tenar di kalangan banyak orang sehingga banyak orang yang datang berkunjung kepadanya untuk mendengar langsung kisah tersebut, sehingga kisahnya sampai ke telinga Raja Romawi. Maka ia berkata, “Suatu negeri yang terdapat lelaki seperti dia tidak akan mengalami kekalahan.” Maka Raja Romawi membuat suatu tipu muslihat untuk membawa lelaki itu ke negerinya. Untuk itu ia mengirimkan seorang lelaki yang telah murtad dari Islamnya dan telah bergabung bersamanya. Ketika lelaki murtad itu sampai di tempat lelaki tersebut, ia menampakkan bahwa dirinya telah bertekad untuk masuk Islam kembali dan tidak akan kafir lagi. Ia berpura-pura benar dalam Islamnya sehingga beroleh kepercayaan dari lelaki yang diawasinya itu. Pada suatu hari keduanya berjalan-jalan di tepi pantai, sedangkan lelaki murtad itu telah berjanji dengan seseorang dari pihak Raja Romawi untuk membantunya guna menangkap lelaki tersebut. Setelah keduanya berhasil mengikatnya dan membuatnya tak berdaya, lelaki yang ditangkapnya itu menengadahkan pandangannya ke langit seraya berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya keduanya telah menipu saya, maka tolonglah saya dari keduanya menurut apa yang Engkau kehendaki.” Maka pada saat itu juga muncullah dua ekor binatang buas, lalu kedua binatang buas itu menerkam kedua orang tersebut dan membawa pergi keduanya, sedangkan lelaki itu pulang ke rumahnya dengan selamat.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi. (An Naml:62)
Yaitu untuk mengganti generasi yang telah berlalu sebelum mereka, dan menjadi generasi pengganti mereka, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan menggantimu dengan siapa yang dikehendaki-Nya setelah kamu (musnah), sebagaimana Dia menjadikan kamu dari keturunan orang-orang lain. (Al An’am:133)
Dan Dialah yang menjadikan kamu penguasa-penguasa di bumi dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebagian (yang lain) beberapa derajat. (Al An’am:165)
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi”. (Al Baqarah:30)
Yakni suatu kaum yang sebagian dari mereka mengganti sebagian yang lain yang telah tiada, seperti yang telah dijelaskan di atas. Hal yang sama telah diungkapkan pula dalam surat ini melalui firman-Nya:
dan yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi. (An Naml:62)
Yaitu suatu umat sesudah umat yang lain dan suatu generasi sesudah generasi yang lain, dan suatu kaum sesudah kaum yang lain. Seandainya Allah menghendaki, bisa saja Dia menjadikan mereka semua dalam waktu yang sama, dan tidak menjadikan sebagian dari mereka sebagai keturunan dari sebagian yang lain. Bahkan seandainya Dia menghendaki, tentulah Dia menciptakan mereka semuanya sekaligus sebagaimana Dia menciptakan Adam dari tanah. Dan seandainya Allah menghendaki, Dia dapat menjadikan sebagian dari mereka keturunan sebagian yang lain, tetapi tidak mematikan seorang pun dari mereka agar kematian mereka bersamaan sekaligus, dan tentulah bumi ini akan penuh sesak dengan mereka, sebagaimana penghidupan dan mata pencaharian mereka akan menjadi sempit pula, sebagian dari mereka membahayakan sebagian yang lainnya.
Akan tetapi, hikmah dan takdir Allah telah menetapkan penciptaan mereka dari satu diri, kemudian membuat mereka banyak dalam jumlah yang tak terhitung, lalu menyebarkan mereka di bumi ini dan menjadikan mereka generasi demi generasi dan umat demi umat, sehingga masa keberadaan mereka habis —begitu pula semua makhluk lainnya— sesuai dengan apa yang telah ditetapkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan sebagaimana yang telah dihitung dan dijumlahkan secermat-cermatnya oleh-Nya. Kemudian Allah menjadikan hari kiamat, lalu setiap orang yang beramal ditunaikan balasan amal perbuatannya, bila hari kiamat telah terjadi. Karena itulah disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam firman-Nya:
Amat sedikitlah kamu mengingatnya. (An Naml:62)
(62) Maksudnya, apa ada yang dapat memperkenankan doa orang yang sedang sangat kesulitan yang telah dibuat sedih oleh berbagai kesusahan, dan mengalami kesulitan untuk mendapatkan yang diinginkan, dan terdesak untuk membebaskan dirinya dari keadaannya itu selain Allah semata? Dan siapa yang menghilang-kan kesusahan. Maksudnya, bala`, keburukan dan bencana, selain Allah semata? Dan siapa yang menjadikan kamu (manusia) sebagai khalifah di bumi? Yang dapat memberikan semua itu kepada kalian, dan membekali kalian dengan rizki, melimpahkan nikmat-nikmatNya kepada kalian dan kalian menjadi khalifah (penerus) orang-orang sebelum kalian, sebagaimana Dia juga akan memati-kan kalian dan akan mendatangkan generasi yang lain sesudah kalian? Apakah di samping Allah ada sembahan (yang lain) yang dapat melakukan ini semua?
Sungguh, tidak ada seorang pun yang dapat melakukan se-dikit pun dari semua itu bersama Allah, hingga berdasarkan penga-kuan kalian sendiri, wahai kaum musyrikin. Karena itu, apabila mereka ditimpa kesulitan, mereka berdoa kepada Allah dengan tulus patuh kepadaNya, karena mereka tahu bahwa hanya Dia semata yang kuasa menolak dan menghilangkannya.
قَلِيْلًا مَّا تَذَكَّرُوْنَۗ “Amat sedikitlah kamu mengambil pelajaran.” Maksudnya, sedikit sekali kesadaran kalian dan renungan kalian terhadap perkara-perkara yang apabila kalian merenungkan dan mengingatnya maka kalian akan menyadari dan kembali kepada jalan yang benar. Akan tetapi kelalaian dan sikap berpaling telah meliputi kalian. Maka dari itu kalian tidak sadar dan tidak menda-pat petunjuk.
Tanyakan pula kepada mereka, ‘bukankah dia Allah yang memperkenankan doa orang yang terpaksa, yakni berada dalam kesulitan yang mencekam apabila dia berdoa kepada-Nya’ dan bukankah dia yang kuasa menghilangkan kesusahan yang menimpa siapa pun dan yang kuasa menjadikan kamu wahai manusia sebagai khalifah, penerus gene-rasi sebelum kamu di bumi’ apakah ada yang mampu melakukan hal serupa itu’ pasti tidak ada. Jika demikian, apakah di samping Allah ada tuhan yang lain’ sedikit sekali nikmat Allah yang kamu ingat. 63. Tanyakan pula kepada mereka, wahai rasul, ‘bukankah dia Allah yang memberi petunjuk kepada kamu dalam perjalanan di tengah kegelapan di daratan dan lautan melalui bintang-bintang, atau arah angin, atau tanda-tanda lainnya’ dan bukankah dia yang mendatangkan aneka angin sebagai kabar gembira sebelum kedatangan hujan sebagai rahmat-Nya yang akan menghidupkan tanah dan tumbuhan’ apakah di samping Allah ada tuhan lain yang membuat itu sehingga kamu menyembah dan memohon kepada selain-Nya’ mahatinggi dan mahasuci Allah terhadap apa yang mereka persekutukan.
An-Naml Ayat 62 Arab-Latin, Terjemah Arti An-Naml Ayat 62, Makna An-Naml Ayat 62, Terjemahan Tafsir An-Naml Ayat 62, An-Naml Ayat 62 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan An-Naml Ayat 62
Tafsir Surat An-Naml Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88 | 89 | 90 | 91 | 92 | 93
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)