{27} An-Naml / النمل | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | العنكبوت / Al-‘Ankabut {29} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Qashash القصص (Cerita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 28 Tafsir ayat Ke 4.
إِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِي الْأَرْضِ وَجَعَلَ أَهْلَهَا شِيَعًا يَسْتَضْعِفُ طَائِفَةً مِنْهُمْ يُذَبِّحُ أَبْنَاءَهُمْ وَيَسْتَحْيِي نِسَاءَهُمْ ۚ إِنَّهُ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِينَ ﴿٤﴾
inna fir’auna ‘alā fil-arḍi wa ja’ala ahlahā syiya’ay yastaḍ’ifu ṭā`ifatam min-hum yużabbiḥu abnā`ahum wa yastaḥyī nisā`ahum, innahụ kāna minal-mufsidīn
QS. Al-Qashash [28] : 4
Sungguh, Fir‘aun telah berbuat sewenang-wenang di bumi dan menjadikan penduduknya berpecah belah, dia menindas segolongan dari mereka (Bani Israil), dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak perempuan mereka. Sungguh, dia (Fir‘aun) termasuk orang yang berbuat kerusakan.
Sesungguhnya Fir’aun bertindak sombong dan angkuh di muka bumi, menjadikan penduduknya beberapa kelompok yang terpecah-pecah, agar bisa menguasai setiap kelompok dari mereka, dan mereka adalah Bani Israil. Dia menyembelih anak-anak laki-laki dari mereka dan membiarkan anak-anak perempuan dari mereka untuk dijadikan pelayan dan bahan perendahan. Sesungguhnya dia termasuk orang-orang yang membuat kerusakan di bumi.
Selanjutnya disebutkan oleh firman-Nya:
Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi. (Al Qashash:4)
Maksudnya, bersikap sombong, sewenang-wenang, dan melampaui batas.
dan menjadikan penduduknya berpecah belah. (Al Qashash:4)
Yakni terbagi menjadi beberapa golongan, yang masing-masing golongan dia (Fir’aun) kuasai menurut apa yang dikehendakinya untuk memperkuat negeri yang diperintahnya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dengan menindas segolongan dari mereka. (Al Qashash:4)
Yaitu menindas kaum Bani Israil, yang pada masa itu merupakan orang-orang yang terpilih di masanya. Mereka dikuasai oleh Raja Fir’aun yang sewenang wenang lagi pengingkar kebenaran. Dia mempekerjakan mereka untuk pekerjaan yang kasar (rendah), memperbudak mereka sepanjang siang dan malam untuk bekerja padanya, juga pekerjaan rakyatnya. Selain dari itu Fir’aun membunuh anak-anak lelaki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka, sebagai penghinaan terhadap mereka, sekaligus untuk menangkal rasa takutnya terhadap mereka. Karena dikhawatirkan akan muncul seorang pemuda dari kalangan mereka yang akan menjadi penyebab kehancuran dirinya dan lenyapnya kerajaannya di tangan pemuda tersebut, seperti yang diramalkan oleh orang-orang yang dekat dengannya dari kalangan pembantu kerajaannya.
Orang-orang Qibti (Egypt) menerima berita tersebut dari kaum Bani Israil melalui apa yang mereka baca dan pelajari dari perkataan Nabi Ibrahim a.s. Yaitu di saat Nabi Ibrahim datang ke negeri Mesir, lalu terjadilah permasalahan antara dia dan rajanya yang angkara murka, karena Raja Mesir itu menangkap Siti Sarah (istri Ibrahim) untuk dijadikan sebagai gundiknya. Akan tetapi, Allah memelihara Sarah dari gangguan si raja yang lalim itu berkat kekuasaan dan pengaruh-Nya.
Kemudian Nabi Ibrahim a.s. menyampaikan berita gembira, bahwa kelak akan dilahirkan dari keturunannya seorang pemuda yang menjadi penyebab kehancuran negeri Mesir di tangannya. Lalu orang-orang Qibti menceritakan hal tersebut kepada raja mereka, Fir’aun. Maka Fir’aun menangkal hal tersebut dengan cara memberikan instruksi kepada semua bawahannya agar membunuh setiap bayi lelaki yang lahir di kalangan kaum Bani Israil.
Akan tetapi, sikap hati-hati itu tiada manfaatnya untuk menghadapi takdir yang telah ditentukan, karena apabila takdir Allah telah datang, maka kedatangannya tidak dapat ditangguhkan lagi, dan bagi tiap-tiap sesuatu itu ada batasannya yang tertentu.
(4) Awal kisah ini adalah, اِنَّ فِرْعَوْنَ عَلَا فِى الْاَرْضِ “Sesungguhnya Fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi,” dalam kera-jaan, kekuasaan, bala tentara dan tiraninya, sehingga dia menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang, bukan termasuk orang yang mulia di bumi ini, وَجَعَلَ اَهْلَهَا شِيَعًا “dan menjadikan penduduknya berpecah belah,” maksudnya, menjadi kelompok-kelompok yang berpecah belah. Dia bertindak terhadap mereka semaunya, dia menerapkan apa saja dari kekuatan dan kekejamannya terhadap mereka menurut kemauannya, يَّسْتَضْعِفُ طَاۤىِٕفَةً مِّنْهُمْ “dengan menindas segolongan dari mereka,” golongan yang dimaksud adalah Bani Israil yang telah diutamakan oleh Allah atas sekalian manusia, yang se-harusnya Fir’aun memuliakan dan menghormati mereka. Namun, dia malah menindas mereka setelah dia melihat bahwa mereka sudah tidak memiliki daya (kekuatan) yang dapat melindungi mereka dari apa yang dikehendakinya terhadap mereka. Maka dia pun sama sekali tidak peduli terhadap mereka dan tidak pula mem-perhatikan keadaan (kedudukan) mereka, sampai pada kondisi yang sangat buruk, yaitu يُذَبِّحُ اَبْنَاۤءَهُمْ وَيَسْتَحْيٖ نِسَاۤءَهُمْ “menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup anak-anak perempuan mereka,” karena dia khawatir kalau jumlah mereka akan menjadi banyak, lalu mereka mendominasi negerinya kemudian mereka memiliki kekuatan. اِنَّهٗ كَانَ مِنَ الْمُفْسِدِيْنَ “Sesungguhnya Fir’aun termasuk orang-orang yang berbuat kerusakan,” yang sama sekali tidak mempunyai tujuan (visi) untuk perbaikan agama maupun kebaikan dunia. Ini salah satu bentuk tindakan merusak yang dilakukannya di bumi ini.
Kisahnya bermula dari kesewenang-wenangan fir’aun dan rezimnya. Sungguh, fir’aun telah berbuat sewenang-wenang di muka bumi kepada Allah dengan mengaku dirinya sebagai tuhan dan juga kepada manusia dengan menjadikan penduduk negeri, mesir yang mereka kuasai-Nya berpecah belah menjadi dua kelompok besar; pertama, masyarakat mesir; dan kedua, masyarakat bani israil. Bentuk kesewenang-wenang-an itu antara lain dia menindas segolongan dari mereka yakni kelompok bani israil, dengan cara dia menyembelih anak laki-laki mereka dan membiarkan hidup sambil mempermalukan anak perempuan mereka. Sungguh, dia yakni fir’aun adalah termasuk kelompok orang yang berbuat kerusakan. 5. Penindasan dan pembunuhan anak-anak lelaki yang dilakukan fir’aun itu adalah guna mempertahankan kekuasaan-Nya, dan kami di masa mendatang hendak memberi karunia kepada orang-orang yang tertindas di bumi mesir itu, yakni bani israil, dan hendak menjadikan mereka pemimpin yang diteladani dalam segala hal, dan menjadikan mereka orang-orang yang mewarisi kekuasaan dan harta benda di dunia yang serupa atau melebihi apa yang dimiliki oleh fir’aun.
Al-Qashash Ayat 4 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Qashash Ayat 4, Makna Al-Qashash Ayat 4, Terjemahan Tafsir Al-Qashash Ayat 4, Al-Qashash Ayat 4 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Qashash Ayat 4
Tafsir Surat Al-Qashash Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)