{27} An-Naml / النمل | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | العنكبوت / Al-‘Ankabut {29} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Qashash القصص (Cerita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 28 Tafsir ayat Ke 8.
فَالْتَقَطَهُ آلُ فِرْعَوْنَ لِيَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا ۗ إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خَاطِئِينَ ﴿٨﴾
faltaqaṭahū ālu fir’auna liyakụna lahum ‘aduwwaw wa ḥazanā, inna fir’auna wa hāmāna wa junụdahumā kānụ khāṭi`īn
QS. Al-Qashash [28] : 8
Maka dia dipungut oleh keluarga Fir‘aun agar (kelak) dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. Sungguh, Fir‘aun dan Haman bersama bala tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.
Akibatnya adalah apa yang ditakdirkan oleh Allah, di mana Musa akhirnya menjadi musuh bagi mereka dengan menyelisihi agama mereka, memasukkan mereka dalam kesulitan dengan menenggelamkan mereka, melenyapkan kerajaan mereka melalui tangannya. Sesungguhnya Fir’aun, Haman dan bala tentaranya adalah orang-orang yang berbuat dosa lagi musyrik.
Setelah istri Fir’aun membuka peti itu, ternyata di dalamnya terdapat seorang bayi laki-laki yang sangat tampan, lucu serta bercahaya, dan Allah menjatuhkan rasa cinta ke dalam hati istri Fir’aun terhadap Musa saat memandangnya. Demikian itu merupakan kehendak Allah yang telah menakdirkan istri Fir’aun sebagai orang yang bahagia dan menakdirkan suaminya sebagai orang yang celaka. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
Maka dipungutlah ia oleh keluarga Fir’aun yang akibatnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. (Al Qashash:8), hingga akhir ayat.
Muhammad ibnu Ishaq dan lain-lainnya mengatakan bahwa huruf lam dalam ayat ini mengandung makna aqibah (akibat), bukan lam ta’lil (penyebab) karena mereka tidak berniat untuk mencari musuh dan kesedihan dengan memungut bayi itu. Tidak diragukan lagi bahwa makna lahiriah lafaz memang menunjukkan pengertian itu. Tetapi jika ditinjau dari segi konteksnya, sesungguhnya lam tersebut tetap bermakna ta’lil, dengan pengertian bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah menetapkan mereka memungutnya sebagai musuh dan kesedihan bagi mereka, sehingga pengertiannya lebih kuat dalam membatalkan sikap hati-hati mereka terhadapnya. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
Sesungguhnya Fir’aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah. (Al Qashash:8)
Telah diriwayatkan dari Amirul Mukminin Umar ibnu Abdul Aziz bahwa ia menulis sepucuk surat kepada suatu kaum dari kalangan golongan Qadariyah untuk menyanggah kedustaan mereka terhadap keputusan Allah dan takdir-Nya yang telah berada di dalam pengetahuan-Nya yang terdahulu pasti akan terlaksana, yaitu tentang masalah Musa menurut pengetahuan Allah yang terdahulu ditetapkan sebagai musuh dan kesedihan bagi Fir’aun. Allah telah berfirman: dan akan Kami perlihatkan kepada Fir’aun dan Haman beserta tentaranya apa yang selalu mereka khawatirkan dari mereka itu. (Al Qashash:6) Kalian telah mengatakan bahwa seandainya Allah menghendaki, bisa saja Fir’aun menjadi penolong dan pendukung Musa. Padahal Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman: yang akhirnya dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka. (Al Qashash:8)
(8) Sepertinya dia sudah merasa mengkhawatirkan putranya dan harus melakukan apa yang diperintahkan kepadanya, maka dia pun menghanyutkannya di sungai, dan Allah جَلَّ جَلالُهُ menggiringnya hingga Musa dipungut oleh فَالْتَقَطَهُ آلُ فِرْعَوْنَ “keluarga Fir’aun,” sehingga Musa menjadi barang temuan mereka, dan merekalah yang lang-sung menemukannya, يَكُونَ لَهُمْ عَدُوًّا وَحَزَنًا “agar dia menjadi musuh dan kesedihan bagi mereka.” Maksudnya, agar akibat dan akhir dari penemuan ini adalah dia menjadi musuh bagi mereka dan kese-dihan yang menyedihkan mereka, disebabkan sikap hati-hati itu tidak akan berguna bila berhadapan dengan takdir, dan bahwa orang yang mereka takuti dari kaum Bani Israil telah ditetapkan oleh Allah untuk menjadi pemimpin mereka, yang tumbuh besar dalam asuhan mereka dan di bawah pengawasan dan tanggungan mereka.
Bila dicermati dan direnungkan, maka Anda akan menemu-kan di balik itu semua berbagai kemaslahatan bagi Bani Israil dan mencegah banyak permasalahan yang membahayakan mereka serta menolak banyak tindakan melampaui batas sebelum kerasulannya (Musa), di mana beliau menjadi termasuk golongan pembesar ke-rajaan; dan sudah menjadi tabiat bahwa dia melakukan pembelaan terhadap hak-hak bangsanya. Di samping itu, dia adalah seorang yang memiliki kemauan keras dan semangat yang berapi-api. Oleh karenanya, kondisi yang menimpa bangsa yang tertindas, -di mana kehinaan dan penghinaan telah sampai kepada titik klimaks seperti yang dikisahkan oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ sebagiannya-, telah sampai (pada batas yang) membuat sebagian individunya menentang bangsa yang kejam lagi semena-mena di muka bumi ini, sebagaimana akan di jelaskan nanti.
Ini adalah awal (pengantar) bagi sebuah kemenangan. Sebab, sesungguhnya Allah جَلَّ جَلالُهُ telah menetapkan bahwa di antara sunnah-sunnahNya yang berlaku adalah Dia menjadikan segala perma-salahan berjalan secara bertahap, sedikit demi sedikit, tidak datang sekaligus. إِنَّ فِرْعَوْنَ وَهَامَانَ وَجُنُودَهُمَا كَانُوا خَاطِئِينَ “Sesungguhnya Fir’aun dan Haman beserta tentaranya adalah orang-orang yang bersalah.” Mak-sudnya, lalu Kami ingin menghukum keduanya atas kesalahan mereka berdua, dan Kami membuat tipu daya terhadap mereka atas makar dan tipu daya yang mereka lakukan.
Berdasarkan wahyu yang berupa ilham tersebut maka ibu musa menghanyutkannya di sungai dan setelah mengapung beberapa saat dia dipungut oleh keluarga fir’aun agar pada akhirnya kelak dia yakni musa yang dipungut itu menjadi musuh karena menantang ajaran fir’aun, dan menjadi sumber dan penyebab kesedihan bagi mereka yakni fir’aun dan rezimnya, karena dialah akan menghancurkan mereka. Sungguh, fir’aun dan haman bersama bala tentaranya dan pendukung-pendukungnya adalah orang-orang bersalah dan berdosa karena berencana melakukan itu dengan sengaja dan disertai kebulatan tekad. 9. Setelah musa dipungut dan dilihat oleh keluarga istana, istri fir’aun berkata, ‘dia, yakni anak itu adalah penyejuk mata hati bagiku dan bagimu wahai suamiku, fir’aun. Karena itu janganlah kamu wahai fir’aun dan jangan juga siapa pun yang engkau perintahkan membunuhnya seperti yang terjadi pada anak-anak lelaki bani israil mendidiknya dengan baik atau kita ambil dia menjadi anak angkat jika ternyata ia tidak ditemukan oleh orang tuanya’. Demikian ucapan istri fir’aun ketika ia bersama suaminya dan siapa yang ada di sekelilingnya, sedang mereka tidak menyadari apa yang akan terjadi setelah fir’aun memeliharanya di istana.
Al-Qashash Ayat 8 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Qashash Ayat 8, Makna Al-Qashash Ayat 8, Terjemahan Tafsir Al-Qashash Ayat 8, Al-Qashash Ayat 8 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Qashash Ayat 8
Tafsir Surat Al-Qashash Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)