{27} An-Naml / النمل | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | العنكبوت / Al-‘Ankabut {29} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Qashash القصص (Cerita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 28 Tafsir ayat Ke 15.
وَدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَىٰ حِينِ غَفْلَةٍ مِنْ أَهْلِهَا فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلَانِ هَـٰذَا مِنْ شِيعَتِهِ وَهَـٰذَا مِنْ عَدُوِّهِ ۖ فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِنْ شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ فَوَكَزَهُ مُوسَىٰ فَقَضَىٰ عَلَيْهِ ۖ قَالَ هَـٰذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ ۖ إِنَّهُ عَدُوٌّ مُضِلٌّ مُبِينٌ ﴿١٥﴾
wa dakhalal-madīnata ‘alā ḥīni gaflatim min ahlihā fa wajada fīhā rajulaini yaqtatilāni hāżā min syī’atihī wa hāżā min ‘aduwwih, fastagāṡahullażī min syī’atihī ‘alallażī min ‘aduwwihī fa wakazahụ mụsā fa qaḍā ‘alaihi qāla hāżā min ‘amalisy-syaiṭān, innahụ ‘aduwwum muḍillum mubīn
QS. Al-Qashash [28] : 15
Dan dia (Musa) masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah, maka dia mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki sedang berkelahi; yang seorang dari golongannya (Bani Israil) dan yang seorang (lagi) dari pihak musuhnya (kaum Fir‘aun). Orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk (mengalahkan) orang yang dari pihak musuhnya, lalu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Dia (Musa) berkata, “Ini adalah perbuatan setan. Sungguh, dia (setan itu) adalah musuh yang jelas menyesatkan.”
Musa masuk kota secara sembunyi-sembunyi saat penduduknya lengah. Dia melihat dua orang sedang bertikai, salah satunya dari kaum Musa Bani Israil, sedangkan yang lainnya dari kaum Fir’aun. Orang yang berasal dari kaum Musa meminta bantuan kepada Musa atas orang yang berasal dari kaum Fir’aun. Maka Musa memukulnya dengan seluruh telapak tangannya lalu dia mati. Musa berkata saat membunuhnya: Ini adalah godaan setan, dia menggugah kemarahanku sampai aku memukul orang ini hingga dia mati. Sesungguhnya setan adalah musuh bagi manusia, menyesatkan dari jalan yang lurus, permusuhannya kentara. Perbuatan yang dilakukan oleh Musa ini terjadi sebelum dia menjadi Nabi.
Setelah menceritakan tentang masa bayi Musa, lalu Allah menceritakan masa dewasanya, bahwa setelah Musa berusia dewasa, Dia menganugerahkan kepadanya hikmah dan ilmu. Menurut Mujahid ditafsirkan dengan kenabian.
Dan demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. (Al Qashash:14)
Selanjutnya Allah menceritakan penyebab atau latar belakang yang menghantarkan Musa sampai kepada tingkatan kenabian dan diajak berbicara langsung oleh-Nya sesuai dengan apa yang telah ditakdirkan untuknya, yaitu keterlibatannya dalam kasus pembunuhan terhadap seorang Egypt. Peristiwa inilah yang melatarbelakangi keluarnya dia dari negeri Mesir menuju ke negeri Madyan. Untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah. (Al Qashash:15)
Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Ata Al-Khurrasani, dari Ibnu Abbas, bahwa hal tersebut terjadi antara waktu magrib dan isya. Ibnul Munkadir meriwayatkan dari Ata ibnu Yasar, dari Ibnu abbas bahwa hal itu terjadi di tengah hari. Hal yang sama telah dikatakan oleh Sa’id ibnu Jubair Ikrimah, As-Saddi, dan Qatadah.
maka didapatinya di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi. (Al Qashash:15)
Yakni keduanya terlibat dalam perkelahian saling memukul dan saling memaki.
yang seorang dari golongannya. (Al Qashash:15)
Yaitu dari kalangan kaum Bani Israil.
dan seorang (lagi) dari musuhnya. (Al Qashash:15)
Yakni dari kaum Egypt. Demikianlah menurut pendapat Ibnu Abbas, Qatadah, As-Saddi, dan Muhammad ibnu Ishaq. Lalu orang Bani Israil meminta tolong kepada Musa a.s., dan Musa menjumpai kesempatan yang baik untuk menolong bangsanya karena saat itu orang-orang sedang lengah. Lalu ia mendekati orang Egypt itu,
lalu Musa meninjunya dan matilah musuhnya itu. (Al Qashash:15)
Menurut Mujahid, makna wakazahu ialah memukulnya dengan kepalan tinjunya. Qatadah mengatakan bahwa Musa memukul orang Egypt itu dengan tongkat yang dipegangnya sehingga matilah dia, yakni pukulannya itu menyebabkan kematian orang Mesir tersebut.
(15-17) وَدَخَلَ الْمَدِينَةَ عَلَى حِينِ غَفْلَةٍ مِنْ أَهْلِهَا “Dan Musa masuk ke kota (Memphis) ketika penduduknya sedang lengah,” bisa jadi pada saat tidur siang atau waktu-waktu lainnya yang saat itu mereka beristi-rahat tidak berkeliaran, فَوَجَدَ فِيهَا رَجُلَيْنِ يَقْتَتِلانِ “maka dia mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki yang berkelahi.” Maksudnya, berteng-kar dan saling memukul. هَذَا مِنْ شِيعَتِهِ “Yang seorang dari golongan-nya,” maksudnya berasal dari Bani Israil, وَهَذَا مِنْ عَدُوِّهِ “dan seorang (lagi) dari musuhnya,” bangsa Qibthi. فَاسْتَغَاثَهُ الَّذِي مِنْ شِيعَتِهِ عَلَى الَّذِي مِنْ عَدُوِّهِ “Maka orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya,” sebab dia telah ter-kenal dan diketahui oleh banyak orang bahwa dia (Musa) berasal dari Bani Israil. Dan permintaan pertolongannya kepada Musa adalah suatu bukti yang menunjukkan bahwa Musa ‘alaihissalam sudah mencapai usia yang cukup ditakuti dan dijadikan andalan dari istana kerajaan dan kesultanan.
فَوَكَزَهُ مُوسَى “Lalu Musa meninjunya.” Maksudnya, dia meninju orang yang berasal dari musuhnya untuk memenuhi permintaan tolong orang yang berdarah Bani Israil itu, فَقَضَى عَلَيْهِ “dan matilah musuhnya itu.” Musa telah menewaskannya dengan tinjuan itu karena kerasnya dan kekuatan Musa. Lalu Musa ‘alaihissalam menyesali perbuatannya itu, dan قَالَ هَذَا مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ “berkata, ‘Ini adalah per-buatan setan’,” yakni: Rayuan dan bisikannya. إِنَّهُ عَدُوٌّ مُضِلٌّ مُبِينٌ “Se-sungguhnya setan itu musuh yang menyesatkan lagi nyata,” maka dari itu aku melakukan apa yang telah terlanjur aku lakukan disebab-kan permusuhannya yang sangat nyata dan upaya kerasnya untuk menyesatkan. Lalu dia meminta ampun seraya قَالَ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي فَاغْفِرْ لِي فَغَفَرَ لَهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ “berkata, ‘Ya Rabbku, sesungguhnya aku telah menganiaya diriku sendiri, karena itu ampunilah aku.’ Maka Allah mengampuninya. Sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” terutama kepada orang-orang yang tunduk kembali kepadaNya, yaitu orang-orang yang segera kembali dan bertaubat, seperti yang telah dilakukan oleh Musa ‘alaihissalam.
Maka Musa قَالَ “berkata, ‘Ya Rabbku, demi nikmat yang telah Engkau anugerahkan kepadaku’,” yaitu berupa taubat, am-punan dan berbagai nikmat yang sangat banyak, فَلَنْ أَكُونَ ظَهِيرًا “aku sekali-kali tiada akan menjadi penolong,” maksudnya, pembela dan pembantu لِلْمُجْرِمِينَ “bagi orang-orang yang berdosa.” Maksudnya, aku tidak akan menolong seorang pun untuk kemaksiatan. Ini adalah janji dari Musa j, disebabkan karena karunia Allah atas dirinya, yaitu tidak akan menolong seorang yang berbuat dosa sebagaimana telah dia lakukan dalam pembunuhan terhadap orang yang berda-rah Qibthi tersebut. Ini mengartikan bahwa berbagai kenikmatan itu menuntut dari seorang hamba untuk melakukan kebaikan dan meninggalkan keburukan.
Dan setelah Musa dewasa dan setelah sekian lama tinggal di istana, pada suatu hari dia masuk ke salah satu kota di wilayah kekuasaan Fir?aun yaitu Memphis atau Ain Syams, ketika penduduknya sedang lengah, yakni saat penduduknya sedang istirahat sehingga jalan-jalan menjadi sepi. Lalu dia mendapati di dalam kota itu dua orang laki-laki sedang berkelahi; yang seorang dari golongannya yaitu seorang lbrani dari Bani lsrail, dan yang seorang lagi dari pihak musuhnya, yaitu bangsa Mesir kaum Fir?aun. Orang yang dari golongannya meminta pertolongan kepadanya, untuk mengalahkan orang yang dari pihak musuhnya. Memperkenankan permintaan itu Ialu Musa meninjunya, dan matilah musuhnya itu. Setelah menyadari kematian orang yang ditinjunya Dia yakni Musa, dengan sangat menyesal berkata, ‘Yang kulakuka Ini adalah perbuatan setan yang selalu rnendorong kepada kejahatan dan kesalahan. Sungguh, dia, yakni setan itu, adalah musuh abadi manusia yang jelas menyesatkan siapa pun yang lengah.” Musa menyesal atas kematian orang itu karena pukulannya, sebab dia bukanlah bermaksud untuk membunuhnya, tetapi hanya semata-mata membela kaumnya. lni terjadi sebelum Musa diangkat sebagai Nabi.16. Setelah Musa menyadari kesalahannya dan menyesali perbuatannya, kini dia memohon ampunan dengan berdoa, “Ya Tuhanku, sesungguhnya aku telah menzalimi diriku sendiri karena melakukan sesuatu yang mengakibatkan kematian seseorang, walau sebenarnya aku tidak sengaja melakukannya, dan aku sadar telah dipedaya oleh setan, maka ampunilah aku atas kesalahanku itu.” Maka Dia yakni Allah mengampuni kesalahannya. Sungguh, itu disebabkan karena Allah bukan selain-Nya, Dialah Yang Maha Pengampun bagi siapa pun yang memohon ampunan-Nya, Maha Penyayang terhadap semua mahluk-Nya, terutama orang-orang beriman.
Al-Qashash Ayat 15 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Qashash Ayat 15, Makna Al-Qashash Ayat 15, Terjemahan Tafsir Al-Qashash Ayat 15, Al-Qashash Ayat 15 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Qashash Ayat 15
Tafsir Surat Al-Qashash Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)
Jazakumullahu Khayran