{27} An-Naml / النمل | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | العنكبوت / Al-‘Ankabut {29} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Qashash القصص (Cerita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 28 Tafsir ayat Ke 25.
فَجَاءَتْهُ إِحْدَاهُمَا تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ قَالَتْ إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا ۚ فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ قَالَ لَا تَخَفْ ۖ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ ﴿٢٥﴾
fa jā`at-hu iḥdāhumā tamsyī ‘alastiḥyā`ing qālat inna abī yad’ụka liyajziyaka ajra mā saqaita lanā, fa lammā jā`ahụ wa qaṣṣa ‘alaihil-qaṣaṣa qāla lā takhaf, najauta minal-qaumiẓ-ẓālimīn
QS. Al-Qashash [28] : 25
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua perempuan itu berjalan dengan malu-malu, dia berkata, “Sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.” Ketika (Musa) mendatangi ayahnya dan dia menceritakan kepadanya kisah (mengenai dirinya), dia berkata, “Janganlah engkau takut! Engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.”
Lalu salah seorang wanita yang ternaknya diberi minum oleh Musa datang kepada Musa dengan berjalan penuh malu, dia berkata: Sesungguhnya bapakku mengundangmu untuk memberimu upah atas apa yang kamu lakukan kepada kami. Maka Musa berjalan mengikutinya kepada bapaknya. Manakala Musa bertemu bapaknya, dia menceritakan kisahnya dengan Fir’aun dan kaumnya. Maka bapak kedua wanita tersebut berkata kepada Musa: Jangan takut, kamu telah selamat dari kaum yang zalim, dan mereka adalah Fir’aun dan bala tentaranya, karena mereka tidak memiliki kekuasaan di negeri kami.
Setelah kedua wanita itu pulang dengan cepat membawa ternak kambingnya, maka ayah mereka merasa heran karena keduanya kembali begitu cepat, lain dari biasanya. Lalu ayah mereka menanyakan apa yang dialami oleh keduanya, maka keduanya menceritakan apa yang telah dilakukan oleh Musa a.s. terhadap keduanya. Kemudian ayah mereka mengutus salah seorang dari keduanya untuk memanggil Musa menghadap kepadanya. Hal ini dikisahkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui firman-Nya:
Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan kemalu-maluan. (Al Qashash:25)
Yakni seperti jalannya perawan, sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh Amirul Mukminin Umar r.a. yang telah mengatakan bahwa wanita itu datang dengan menutupi wajahnya memakai lengan bajunya (sebagaimana layaknya seorang perawan).
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Na’im, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Abu Ishaq, dari Amr ibnu Maimun yang mengatakan, “Umar ibnul Khattab r.a. pernah mengatakan bahwa wanita itu datang berjalan kaki dengan kemalu-maluan seraya menutupkan kain bajunya ke wajahnya dengan sikap yang sopan dan tutur kata yang halus.” Sanad riwayat ini sahih.
Al-Jauhari mengatakan bahwa السَّلْفَعُ dikaitkan dengan lelaki artinya pemberani, dan dikaitkan dengan wanita artinya pemberani lagi ambisius, sedangkan dikaitkan dengan unta betina artinya yang kuat.
Ia berkata, “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.” (Al Qashash:25)
Undangan tersebut diungkapkannya dengan sopan dan tutur kata yang beretika. Ia tidak mengundangnya secara langsung agar tidak menimbulkan kecurigaan atau tanda tanya, bahkan ia mengatakan: “Sesungguhnya bapakku memanggil kamu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum ternak kami.” (Al-Qashash-25) Yakni untuk memberimu imbalan atas jasamu memberi minum ternak kami.
Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya dan menceritakan kepadanya kisah (tentang dirinya). (Al Qashash:25)
Musa mengisahkan kepadanya cerita tentang dirinya dan latar belakang yang menyebabkannya keluar meninggalkan negerinya.
Syu’aib berkata, “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.” (Al Qashash:25)
Maksudnya, tenangkanlah dirimu dan bergembiralah, sesungguhnya engkau telah keluar dari wilayah kekuasaan mereka, maka tiada kekuasaan bagi mereka di negeri kami. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu. (Al Qashash:25)
Ulama tafsir berbeda pendapat mengenai siapa yang dimaksud dengan bapak wanita itu. Banyak pendapat di kalangan mereka, antara lain ada yang mengatakan bahwa lelaki itu adalah Syu’aib a.s. yang diutus oleh Allah kepada penduduk negeri Madyan. Pendapat inilah yang terkenal di kalangan kebanyakan ulama, dan dikatakan oleh Al-Hasan Al-Basri serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz Al-Azdi, telah menceritakan kepada kami Malik ibnu Anas, telah sampai suatu berita kepadanya yang mengatakan bahwa lelaki yang didatangi oleh Musa —lalu Musa menceritakan kisah perihal dirinya— itu adalah Syu’aib. Syu’aib menjawab: Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zalim itu. (Al Qashash:25)
Imam Tabrani telah meriwayatkan melalui Salamah ibnu Sa’d Al-Gazi bahwa ia menjadi delegasi kaumnya menghadap kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepadanya:
Selamat datang, kaum Syu’aib dan kaum dua saudara perempuan Musa, engkau telah mendapat petunjuk.
Ulama lainnya mengatakan bahwa lelaki itu adalah keponakan Nabi Syu’aib.
Menurut pendapat yang lainnya lagi, lelaki itu adalah orang mukmin dari kalangan kaumnya Nabi Syu’aib.
Ulama lainnya lagi mengatakan bahwa Syu’aib a.s. hidup jauh sebelum masa Nabi Musa a.s. dalam jangka masa yang cukup lama, karena disebutkan oleh firman-Nya bahwa Syu’aib berkata kepada kaumnya:
sedangkan kaum Lut tidak (pula) jauh dari kamu. (Huud:89)
Dan binasanya kaum Lut terjadi di masa Nabi Ibrahim a.s. berdasarkan keterangan dari nas Al-Qur’an. Telah diketahui pula bahwa jarak antara masa Nabi Ibrahim dan Nabi Musa cukup jauh, lebih dari empat abad, sebagaimana yang telah disebutkan oleh banyak ulama. Dan mengenai pendapat yang mengatakan bahwa Nabi Syu’aib hidup dalam masa yang lama, tiada lain —hanya Allah Yang Maha Mengetahui— hanyalah untuk menghindari kemusykilan ini. Kemudian hal yang menguatkan bahwa lelaki itu bukanlah Syu’aib ialah seandainya dia adalah Syu’aib sudah dapat dipastikan Al-Qur’an akan menyebutkan namanya dengan jelas dalam kisah ini, dan ternyata kenyataannya tidak.
Sedangkan mengenai apa yang disebutkan dalam salah satu hadis yang menjelaskan bahwa nama lelaki itu adalah Syu’aib dalam kisah Musa, sanadnya tidak sahih seperti apa yang akan kami jelaskan, insya Allah. Kemudian menurut keterangan yang didapat di dalam kitab-kitab kaum Bani Israil, nama lelaki tersebut adalah Sairun, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Abu Ubaidah ibnu Abdullah ibnu Mas’ud mengatakan bahwa Sairun adalah keponakan Nabi Syu’aib a.s.
Telah diriwayatkan dari Abu Hamzah, dari Ibnu Abbas, bahwa orang yang menyewa Nabi Musa a.s. untuk bekerja padanya bernama Yasra, penguasa negeri Madyan. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir. Kemudian Ibnu Jarir mengatakan bahwa masalah ini tidak dapat dipastikan kecuali berdasarkan hadis yang dapat dijadikan pegangan sebagai hujah dalam masalah ini.
(25) Dan Musa terus dalam kondisi seperti itu, memohon kepada Allah sambil berbolak-balik, sedangkan kedua perempuan tadi pulang menuju ayahnya dan memberitakan apa yang telah terjadi. Kemudian sang ayah menyuruh salah satu dari dua gadis itu untuk mendatangi Musa, lalu dia pun mendatanginya تَمْشِي عَلَى اسْتِحْيَاءٍ “berjalan dengan malu-malu.” Ini menunjukkan keluhuran jiwanya dan akhlaknya yang mulia, sebab rasa malu itu termasuk akhlak yang terpuji, terutama bagi kaum wanita. Hal ini juga mem-buktikan bahwa apa yang dilakukan oleh Musa j, yaitu membe-rikan minum ternak kedua gadis itu bukan berkedudukan sebagai kuli atau pembantu yang biasanya tidak dimalui, malah sebaliknya, Musa berbesar jiwa, si perempuan itu, karena keluhuran akhlak Musa dan kemuliaan budi pekertinya, melihat sesuatu yang mem-buatnya sangat merasa malu kepada Musa, قَالَتْ “dia berkata” kepada Musa, إِنَّ أَبِي يَدْعُوكَ لِيَجْزِيَكَ أَجْرَ مَا سَقَيْتَ لَنَا “Sesungguhnya ba-pakku memanggil kamu agar dia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu memberi minum (ternak) kami.” Maksudnya, bukan untuk mengung-kit-ungkit kebaikanmu, melainkan engkaulah yang terlebih dahulu melakukan kebaikan kepada kami. Sesungguhnya maksud ayahku hanya memberimu imbalan atas kebaikanmu. Musa kemudian memenuhi panggilan itu. فَلَمَّا جَاءَهُ وَقَصَّ عَلَيْهِ الْقَصَصَ “Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu’aib) dan menceritakan kepadanya cerita (me-ngenai dirinya),” dari permulaan sebab yang telah mengharuskannya melarikan diri hingga sampai kepadanya, Syu’aib ﮋ قَالَ “berkata” dengan maksud menenangkan rasa takutnya dan mengobati hati-nya, لا تَخَفْ نَجَوْتَ مِنَ الْقَوْمِ الظَّالِمِينَ “Janganlah kamu takut. Kamu telah selamat dari orang-orang yang zhalim itu.” Maksudnya, biarkan rasa takut dan rasa cemasmu pergi, karena sesungguhnya Allah telah menyelamatkanmu dari mereka, karena engkau telah sampai di tempat ini, tempat yang mereka tidak mempunyai kekuasaan atasnya.
Kedua perempuan yang dibantu oleh musa menceritakan kebaikan musa kepada ayah mereka. Sang ayah memerintahkan salah seorang dari putrinya untuk mengundang musa ke rumah. Kemudian datanglah kepada musa salah seorang dari kedua perempuan yang baru saja ia bantu itu. Ia datang dalam keadan berjalan dengan malu-malu karena ditugaskan bertemu muka seorang diri dengan pemuda tampan dan berwibawa yang telah membantunya untuk mengundangnya ke rumah. Menyampaikan pesan sang ayah, dia berkata, “sesungguhnya ayahku mengundangmu untuk memberi balasan sebagai imbalan atas kebaikanmu memberi minum ternak kami. Dengan segera musa yang sedang memerlukan bantuan menceritakan kepadanya kisah mengenai dirinya dan fir’aun serta masyarakat mesir, dia yakni bapak perempuan itu berkata, “janganlah engkau takut kekuasaan fir’aun tidak sampai ke wilayah ini, dan tuhan tidak akan mencelakakan orang-orang yang selalu berbuat baik dan dekat dengan-Nya. Tenanglah, engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu. “26. Anak perempuan orang tua itu kagum kepada musa, melihat kekuatan fisiknya dan kewibawaannya ketika mengambil air minum ternak, serta kesantunannya ketika berjalan menuju rumah. Dan selanjutnya salah seorang dari kedua perempuan itu yang datang mengundang musa berkata, “wahai ayahku! jadikanlah dia sebagai pekerja pada kita antara lain menggembalakan ternak kita, karena sesungguhnya dia adalah orang yang kuat dan terpercaya, dan sesungguhnya orang yang paling baik yang engkau ambil sebagai pekerja pada kita untuk pekerjaan apa pun ialah orang yang kuat fisik dan mentalnya dan dapat dipercaya. “.
Al-Qashash Ayat 25 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Qashash Ayat 25, Makna Al-Qashash Ayat 25, Terjemahan Tafsir Al-Qashash Ayat 25, Al-Qashash Ayat 25 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Qashash Ayat 25
Tafsir Surat Al-Qashash Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)