{27} An-Naml / النمل | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | العنكبوت / Al-‘Ankabut {29} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Qashash القصص (Cerita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 28 Tafsir ayat Ke 29.
۞ فَلَمَّا قَضَىٰ مُوسَى الْأَجَلَ وَسَارَ بِأَهْلِهِ آنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ نَارًا قَالَ لِأَهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ ﴿٢٩﴾
fa lammā qaḍā mụsal-ajala wa sāra bi`ahlihī ānasa min jānibiṭ-ṭụri nārā, qāla li`ahlihimkuṡū innī ānastu nāral-la’allī ātīkum min-hā bikhabarin au jażwatim minan-nāri la’allakum taṣṭalụn
QS. Al-Qashash [28] : 29
Maka ketika Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan itu dan dia berangkat dengan keluarganya, dia melihat api di lereng gunung. Dia berkata kepada keluarganya, “Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu atau (membawa) sepercik api, agar kamu dapat menghangatkan badan.”
Manakala Nabiyullah Musa telah memenuhi janjinya menyertainya selama sepuluh tahun, yaitu masa yang paling sempurna dari keduanya, dia pun membawa keluarganya kembali ke Mesir. Di kaki gunung Thur dia melihat api. Musa berkata kepada keluarganya: Berhentilah dan tunggulah, aku melihat api, semoga aku bisa membawa berita darinya, atau membawa secuil api untuk kalian gunakan sebagai penghangat tubuh dari hawa yang dingin.
Dalam tafsir ayat sebelumnya telah disebutkan bahwa Musa a.s. telah menunaikan masa yang paling banyak, paling baik, paling sempurna, dan paling bersih dari kedua masa itu. Hal tersebut dapat disimpulkan pula dari kelompok ayat ini yang pada permulaannya disebutkan oleh firman-Nya:
Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan. (Al Qashash:29)
Yakni yang paling sempurna dari kedua masa itu.
Ibnu Juraij mengatakan dari Mujahid, bahwa Musa menyelesaikan masa sepuluh tahun dan juga sepuluh tahun berikutnya. Tetapi pendapat ini menurut hemat saya tiada yang mengatakannya selain pendapat ini, dan Ibnu Abu Hatim serta Ibnu Jarir telah meriwayatkannya pula, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan dia berangkat bersama keluarganya. (Al Qashash:29)
Mereka mengatakan bahwa Musa merasa rindu dengan tanah tempat kelahirannya dan juga sanak keluarganya, maka ia bertekad untuk mengunjungi mereka dengan sembunyi-sembunyi tanpa sepengetahuan Fir’aun dan kaumnya. Ia berangkat bersama istrinya dan ternak kambing yang hasil pemberian mertuanya, lalu menempuh jalan di malam yang gelap lagi hujan deras dan cuaca yang dingin. Maka ia turun istirahat di suatu tempat, dan setiap kali ia menyalakan pemantik apinya, ternyata tidak mau juga menyala. Hal ini membuatnya terheran-heran. Ketika ia dalam keadaan demikian,
dilihatnyalah api di lereng gunung. (Al Qashash:29)
Yaitu ia melihat nyala api yang terang dari kejauhan.
ia berkata kepada keluarganya, “Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api.” (Al Qashash:29)
Yakni aku akan berangkat menuju ke tempat api itu.
mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu. (Al Qashash:29)
Demikian itu karena pada saat itu Musa sesat jalan.
atau membawa sesuluh api. (Al Qashash:29)
Yakni sebagian dari nyala api itu,
agar kamu dapat menghangatkan badan.” (Al Qashash:29)
Maksudnya, untuk berdiang kamu agar jangan kedinginan oleh cuaca yang sangat dingin ini.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Maka tatkala Musa sampai ke (tempat) api itu, diserulah dia dari (arah) pinggir lembah sebelah kanannya. (Al Qashash:30)
Yaitu dari pinggir lembah yang ada di sebelah bukit itu yang berada di sebelah kanannya dari arah barat, seperti yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dalam ayat yang lain melalui firman-Nya:
Dan tidaklah kamu (Muhammad) berada di sisi yang sebelah barat ketika Kami menyampaikan perintah kepada Musa. (Al Qashash:44)
Hal ini menunjukkan kepada kita bahwa Nabi Musa menuju ke arah tempat api itu yang mengarah ke kiblat, sedangkan bukit yang ada di barat berada di sebelah kanannya. Ia menjumpai api itu menyala besar pada sebuah pohon hijau di lereng bukit yang bersebelahan dengan lembah itu. Musa berdiri tertegun keheranan menyaksikan pemandangan tersebut. Maka Tuhannya menyerunya:
dari (arah) pinggir lembah sebelah kanannya yang diberkati dari sebatang pohon kayu. (Al Qashash:30)
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki’, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, dari Al-A’masy, dari ‘Amr ibnu Murrah, dari Abu Ubaidah, dari Abdullah yang mengatakan bahwa ia pernah menyaksikan pohon yang Musa diseru darinya. Pohon itu adalah pohon samurah yang hijau berdaun lebat.
Sanad hadis di atas berpredikat muqarib.
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari salah seorang yang tidak diragukan, dari Wahb ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa pohon tersebut adalah pohon ‘aliq. Sebagian Ahli Kitab mengatakan bahwa pohon itu adalah pohon ‘ausaj. Qatadah mengatakan, pohon itu adalah pohon ‘ausaj, dan tongkat Musa a.s. terbuat dari kayu pohon ‘ausaj.
(29) فَلَمَّا قَضَى مُوسَى الأجَلَ “Maka tatkala Musa telah menyelesaikan waktu yang ditentukan.” Bisa jadi Musa telah menyelesaikan waktu yang wajib yang telah ditentukan atau sudah melebihinya, sebagai-mana bisa diduga pada Musa dan penunaiannya, kemudian dia merasa rindu untuk berjumpa dengan keluarga, ibunda, kerabat dekat dan tanah airnya. Dan diduga pula, karena sudah lamanya masa, bahwa mereka telah melupakan apa yang telah diperbuatnya. سَارَ بِأَهْلِهِ “Dan dia berangkat dengan keluarganya,” menuju Mesir, lalu آنَسَ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ نَارًا “dia melihat api di lereng gunung Thur.” Maka قَالَ لأهْلِهِ امْكُثُوا إِنِّي آنَسْتُ نَارًا لَعَلِّي آتِيكُمْ مِنْهَا بِخَبَرٍ “dia berkata kepada ke-luarganya, ‘Tunggulah (di sini), sesungguhnya aku melihat api, mudah-mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari (tempat) api itu’,” atau aku membawakan cahaya api obor kepadamu, أَوْ جَذْوَةٍ مِنَ النَّارِ لَعَلَّكُمْ تَصْطَلُونَ “atau (membawa) sesuluh api, agar kamu dapat menghangatkan badan.” Pada saat itu dia sudah kedinginan dan tersesat jalan.
Setelah nabi musa menyetujui untuk menikahi salah seorang perempuan yang ditemuinya di tempat sumber air dengan syarat-syarat yang diajukan ayah perempuan itu, hiduplah ia bersama keluarganya di madyan. Maka ketika musa telah menyelesaikan pekerjaan sesuai waktu yang ditentukan itu, yaitu sepuluh tahun lamanya, dan ketika dia berangkat kembali menuju tempat kelahirannya di negeri mesir bersama de-ngan keluarganya untuk menemui ibunya dan saudara perempuannya, di tengah perjalanan dia melihat dengan sangat jelas api di lereng gunung dari arah bukit sinai. Ketika itu dia berkata kepada keluarganya, ‘tunggulah di sini, jangan beranjak dari tempat ini, sesungguhnya aku melihat cahaya api di tengah kegelapan. Aku akan mendatangi api itu, mudah-Mudahan aku dapat membawa suatu berita kepadamu dari tempat api itu mengenai arah jalan yang akan kita tempuh, atau membawa sepercik api, agar kamu dapat menghangatkan badan. ’30. Setelah berpesan kepada keluarganya, berangkatlah nabi musa. Maka ketika dia sampai ke tempat yang dilihatnya sebagai sumber api itu, dia diseru dari arah pinggir sebelah kanan lembah, dari sebatang pohon yang tumbuh di sebidang tanah yang diberkahi. Panggilan itu adalah, ‘wahai musa! sungguh, aku yang engkau dengar memanggilmu ini adalah Allah, tidak ada yang patut disembah selain aku, tuhan pencipta, pemelihara dan pengawas seluruh alam!.
Al-Qashash Ayat 29 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Qashash Ayat 29, Makna Al-Qashash Ayat 29, Terjemahan Tafsir Al-Qashash Ayat 29, Al-Qashash Ayat 29 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Qashash Ayat 29
Tafsir Surat Al-Qashash Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)