{27} An-Naml / النمل | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | العنكبوت / Al-‘Ankabut {29} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Qashash القصص (Cerita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 28 Tafsir ayat Ke 38.
وَقَالَ فِرْعَوْنُ يَا أَيُّهَا الْمَلَأُ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَـٰهٍ غَيْرِي فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَىٰ إِلَـٰهِ مُوسَىٰ وَإِنِّي لَأَظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ ﴿٣٨﴾
wa qāla fir’aunu yā ayyuhal-mala`u mā ‘alimtu lakum min ilāhin gairī, fa auqid lī yā hāmānu ‘alaṭ-ṭīni faj’al lī ṣarḥal la’allī aṭṭali’u ilā ilāhi mụsā wa innī la`aẓunnuhụ minal-kāżibīn
QS. Al-Qashash [28] : 38
Dan Fir‘aun berkata, “Wahai para pembesar kaumku! Aku tidak mengetahui ada Tuhan bagimu selain aku. Maka bakarlah tanah liat untukku wahai Haman (untuk membuat batu bata), kemudian buatkanlah bangunan yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat Tuhannya Musa, dan aku yakin bahwa dia termasuk pendusta.”
Fir’aun berkata kepada para pemuka kaumnya: Wahai para pembesar, aku tidak mengetahui ada tuhan lain bagi kalian selain diriku yang berhak untuk disembah. Maka wahai Haman, panaskanlah untukku tanah basah di atas api sehingga ia mengeras, lalu bangunlah untukku sebuah bangunan yang menjulang tinggi, semoga saya bisa melihat tuhan Musa yang dia sembah dan Dia mengajak kita untuk menyembah-Nya. Sesungguhnya aku benar-benar menyangka Musa termasuk orang-orang yang berdusta dalam apa yang dikatakannya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan kekafiran Fir’aun, kesewenang-wenangannya, dan apa yang dibuat-buatnya yang mengaku-aku bahwa dirinya adalah tuhan. Semoga laknat Allah tetap atas dirinya, seperti yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Maka Fir’aun mempengaruhi kaumnya (dengan perkataan itu), lalu mereka patuh kepadanya. (Az Zukhruf:54), hingga akhir ayat.
Demikian itu karena Fir’aun menyeru mereka untuk mengakui bahwa dirinya adalah tuhan, lalu mereka menaatinya karena kebodohan mereka dan hati mereka yang kosong.
Fir’aun mengatakan kepada mereka:
Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. (Al Qashash:38)
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan perihal sepak terjang Fir’aun melalui firman-Nya:
Maka dia mengumpulkan (pembesar-pembesar kaumnya), lalu berseru memanggil kaumnya.’ (Seraya) berkata, “Akulah tuhanmu yang paling tinggi.” Maka Allah mengazabnya dengan azab di akhirat dan azab di dunia. Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang yang takut (kepada Tuhannya). (An-Nazi’at: 23-26)
Yakni dia mengumpulkan kaumnya dan berseru kepada mereka dengan suara yang keras seraya menjelaskan hal tersebut kepada mereka, lalu mereka menaati dan mendengarkannya. Karena itulah Allah mengazab dia dan menjadikan dia sebagai pelajaran bagi yang lainnya di dunia dan akhirat. Hingga Fir’aun sendiri berani mengemukakan hal tersebut kepada Musa melalui perkataannya yang disitir oleh firman-Nya:
Sungguh jika kamu menyembah Tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan. (Asy Syu’ara:29)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Maka bakarlah, hai Haman, untukku tanah liat. Kemudian buatkanlah untukku bangunan yang tinggi supaya aku dapat naik melihat Tuhan Musa. (Al Qashash:38)
Fir’aun memerintahkan kepada Haman —patihnya— yang mengatur rakyatnya dan yang menjalankan roda pemerintahannya, agar membakar tanah liat (yakni batu bata) untuk membuat menara yang tinggi, sebagaimana yang diterangkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan berkatalah Fir’aun, “Hai Haman, buatkanlah bagiku sebuah bangunan yang tinggi supaya aku sampai ke pintu-pintu, (yaitu) pintu-pintu langit, supaya aku dapat melihat Tuhan Musa dan sesungguhnya aku memandangnya seorang pendusta.” Demikianlah dijadikan Fir’aun memandang baik perbuatan yang buruk itu, dan dia dihalangi dari jalan (yang benar), dan tipu daya Fir’aun itu tidak lain hanyalah membawa kerugian. (Al-Mu-min: 36-37)
Demikian itu karena Fir’aun memang membangun menara yang tinggi itu yang di masanya belum pernah ada bangunan setinggi itu. Hal tersebut tiada lain karena ia ingin membuktikan di mata rakyatnya akan kedustaan Musa dalam anggapannya yang mengatakan bahwa ada Tuhan lain selain Fir’aun. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya:
dan sesungguhnya aku benar-benar yakin bahwa dia termasuk orang-orang pendusta. (Al Qashash:38)
dalam ucapannya yang mengatakan bahwa ada Tuhan lain selain diriku, bukan karena dia dusta bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah mengutusnya, sebab pada prinsipnya Fir’aun tidak mengakui adanya Tuhan Yang Maha Pencipta. Karena dia pernah mengatakan, seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
Siapakah Tuhan semesta alam itu? (Asy Syu’ara:23)
Sungguh jika kamu menyembah tuhan selain aku, benar-benar aku akan menjadikan kamu salah seorang yang dipenjarakan. (Asy Syu’ara:29)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Hai pembesar-pembesarku, aku tidak mengetahui tuhan bagimu selain aku. (Al Qashash:38)
Demikianlah menurut pendapat Ibnu Jarir.
(38) وَقَالَ فِرْعَوْنُ “Dan Fir’aun berkata” dengan lancang kepada Allah untuk mengelabui kaumnya yang bodoh lagi kurang berakal, يَا أَيُّهَا الْمَلأ مَا عَلِمْتُ لَكُمْ مِنْ إِلَهٍ غَيْرِي “Hai pembesar kaumku, aku tidak mengetahui sembahan bagimu selain aku.” Maksudnya, akulah semata tuhan dan sembahan kalian. Dan sekiranya di sana ada sembahan selain aku, tentu aku mengetahuinya!
Lihatlah kesombongan besar Fir’aun. Ia tidak mengatakan, “Tidak ada bagi kalian sembahan selain aku!” Malah dengan som-bongnya dia mengatakan, “Aku tidak mengetahui sembahan bagi kalian selain aku!” Yang demikian ini dikarenakan Fir’aun dalam pandangan mereka adalah orang yang alim lagi mulia, yang mana apa pun yang diucapkannya, maka itulah yang haq; dan apa pun yang ia perintahkan, maka mereka menaatinya.
Setelah dia mengatakan perkataan yang mengandung arti bahwa di sana ada sembahan selain dia ini, dia ingin membuktikan penafian yang di dalamnya ada makna kemungkinan. Maka dari itu ia berkata kepada Haman, فَأَوْقِدْ لِي يَا هَامَانُ عَلَى الطِّينِ “Hai Haman, bakarlah untukku tanah liat,” supaya Haman membuatkan untuknya batu bata dari tanah liat, فَاجْعَلْ لِي صَرْحًا “kemudian buatlah untukku bangunan yang tinggi,” bangunan pencakar langit, لَعَلِّي أَطَّلِعُ إِلَى إِلَهِ مُوسَى وَإِنِّي لأظُنُّهُ مِنَ الْكَاذِبِينَ “supaya aku dapat naik melihat sembahan Musa, dan sesung-guhnya aku benar-benar yakin bahwa dia,” seorang pendusta, akan tetapi kami akan membuktikan keyakinan ini dan akan kami per-lihatkan kepada kalian kedustaan Musa.
Perhatikanlah kelancangan ini terhadap Allah جَلَّ جَلالُهُ , yang belum pernah dilakukan oleh seorang manusia pun (sebelumnya)! Ia mendustakan Musa dan mengklaim dirinya adalah Allah, dan dia menafikan kalau dirinya memiliki pengetahuan tentang sembahan yang haq, dan ia telah melakukan sarana-sarana untuk bisa melihat sembahannya Musa. Semua ini adalah propaganda belaka. Akan tetapi anehnya, para pembesar yang mengklaim bahwa mereka adalah orang-orang elit kerajaan yang mengatur seluruh perma-salahan kerajaan, bagaimana bisa akal mereka dipermainkan oleh si lelaki (durjana) ini dan direndahkan pikiran mereka! Ini semua terjadi karena kefasikan mereka yang telah menjadi karakter yang mengakar pada jiwa mereka dan karena kacau-balaunya agama mereka, yang kemudian diikuti oleh kerusakan akal pikiran mereka.
Kami memohon kepada Allah keteguhan hati dalam beriman, dan agar Engkau tidak menyimpangkan hati kami setelah Engkau memberinya petunjuk, dan Engkau anugerahkan kepada kami dari sisiMu rahmat (kasih sayang). Sesungguhnya Engkau-lah yang Maha Pemberi karunia.
Dan ketika tidak kuasa lagi untuk mendebat nabi musa, karena jelas dan kuatnya argumentasi yang disampaikan, dengan nada me-nyombongkan diri fir’aun berkata, ‘wahai para pembesar kaumku! aku tidak mengetahui ada tuhan bagimu selain aku yang patut disembah. Guna mengetahui kebenaran atau kebohongan musa yang menyatakan ada tuhan pemelihara alam raya, maka bakarlah tanah liat untukku wahai haman untuk membuat batu bata dan bahan bangunan lainnya, kemudian buatkanlah segera bangunan dan istana yang tinggi untukku agar aku dapat naik melihat tuhannya musa, dan aku yakin bahwa dia termasuk pendusta dalam dakwaannya. ‘ 39. Sungguh apa yang diucapkan dan direncanakan oleh fir’aun adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Ini disebabkan hatinya bejat dan dia fir’aun dan bala tentaranya berlaku sombong di bumi mesir tanpa alasan yang benar, dan mereka dengan sikapnya itu mengira bahwa mereka tidak akan dikembalikan di akhirat nanti kepada kami untuk mendapatkan penghitungan dan pembalasan.
Al-Qashash Ayat 38 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Qashash Ayat 38, Makna Al-Qashash Ayat 38, Terjemahan Tafsir Al-Qashash Ayat 38, Al-Qashash Ayat 38 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Qashash Ayat 38
Tafsir Surat Al-Qashash Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)