{27} An-Naml / النمل | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | العنكبوت / Al-‘Ankabut {29} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Qashash القصص (Cerita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 28 Tafsir ayat Ke 76.
۞ إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَىٰ فَبَغَىٰ عَلَيْهِمْ ۖ وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ أُولِي الْقُوَّةِ إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ ﴿٧٦﴾
inna qārụna kāna ming qaumi mụsā fa bagā ‘alaihim wa ātaināhu minal-kunụzi mā inna mafātiḥahụ latanū`u bil-‘uṣbati ulil-quwwati iż qāla lahụ qaumuhụ lā tafraḥ innallāha lā yuḥibbul-fariḥīn
QS. Al-Qashash [28] : 76
Sesungguhnya Karun termasuk kaum Musa, tetapi dia berlaku zalim terhadap mereka, dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. (Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah engkau terlalu bangga. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri.”
Sesungguhnya Qarun berasal dari kaum Mmusa, dia melebihi batas dalam kesombongan dan keangkuhan atas mereka. Kami memberikan kepada Qarun kekayaan dalam jumlah yang besar, sampai orang-orang yang kuat dalam jumlah besar merasa berat untuk memikul kunci-kuncinya. Manakala kaumnya berkata kepadanya: Jangan bersikap angkuh dengan apa yang telah diberikan kepadamu, Karena sesungguhnya Allah tidak menyukai dari di antara makhluk-Nya orang-orang yang angkuh yang tidak bersyukur kepada Allah atas apa yang Dia berikan kepada mereka.
Al-A’masy telah meriwayatkan dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa. (Al Qashash:76) Qarun adalah anak paman Musa, yakni saudara sepupunya.
Hal yang sama dikatakan oleh Ibrahim An-Nakha’i, Abdullah ibnul Haris ibnu Naufal, Sammak ibnu Harb, Qatadah, Malik ibnu Dinar, Ibnu Juraij, dan lain-lainnya, bahwa Qarun adalah saudara sepupu Musa a.s.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa dia adalah Qarun ibnu Yas-hub ibnu Qahis, sedangkan Musa adalah Ibnu Imran ibnu Qahis.
Muhammad ibnu Ishaq ibnu Yasar menduga bahwa Qarun adalah pamannya Musa ibnu Imran a.s.
Ibnu Juraij mengatakan bahwa menurut kebanyakan ahlul ‘ilmi, Qarun adalah saudara sepupu Musa a.s.
Qatadah ibnu Di’amah mengatakan, “Kami mengatakan bahwa dia adalah anak paman Musa a.s. Qarun dijuluki Al-Munawwir karena suaranya yang bagus saat membaca kitab Taurat, tetapi dia adalah musuh Allah lagi munafik, sebagaimana sikap munafiknya Samiri. Keserakahan dirinyalah yang menjerumuskannya ke dalam kebinasaan karena hartanya yang terlalu banyak.”
Menurut Syahr ibnu Hausyab, Qarun menjulurkan kainnya sepanjang satu jengkal karena kesombongan dan keangkuhan terhadap kaumnya sendiri.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat. (Al Qashash:76)
Maksudnya, terasa berat oleh mereka memikulnya karena banyaknya kunci (yang menunjukkan banyaknya harta).
Al-A’masy telah meriwayatkan dari Khaisamah, bahwa kunci-kunci perbendaharaan harta Qarun terbuat dari kulit, setiap kunci besarnya sama dengan jari telunjuk. Setiap kunci untuk satu gudang tersendiri secara terpisah. Apabila Qarun berkendaraan, maka semua kunci perbendaharaannya diangkut dengan enam puluh ekor begal yang kuat, menurut pendapat yang lain diangkut dengan sarana lain, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
(Ingatlah) ketika kaumnya berkata kepadanya, “Janganlah kamu terlalu bangga, sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (Al Qashash:76)
Yakni kaumnya memberinya nasihat dengan hal-hal yang lebih bermanfaat bagi kaumnya. Mereka mengatakan kepadanya dengan ungkapan memberi nasihat dan petunjuk, “Janganlah kamu terlalu bangga dengan apa yang telah kamu peroleh.” Dengan kata lain, janganlah kamu membangga-banggakan hartamu.
“sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” (Al Qashash:76)
Ibnu Abbas mengatakan, makna yang dimaksud ialah membangga-banggakan diri. Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud ialah bersikap jahat dan sewenang-wenang, sebagaimana sikap orang-orang yang tidak bersyukur kepada Allah atas apa yang telah Dia berikan kepadanya.
(76) Allah جَلَّ جَلالُهُ mengabarkan tentang kondisi Qarun, apa yang telah dia perbuat, apa yang ditimpakan terhadapnya, dia telah diberi nasihat dan ditegur. Allah berfirman, إِنَّ قَارُونَ كَانَ مِنْ قَوْمِ مُوسَ “Sesungguhnya Qarun adalah termasuk kaum Musa,” maksudnya, dari bangsa Isra`il, yaitu orang-orang yang mampu mengungguli ma-nusia lainnya dan melebihi mereka di zamannya. Allah telah meng-anugerahkan kepada mereka segala sesuatu yang telah dianugerah-kanNya. Pada awalnya keadaan mereka selaras dengan (keadaan) istiqamah. Akan tetapi Qarun telah berbuat semena-mena terhadap kaumnya, dia menjadi congkak karena harta benda yang berlimpah yang membuat congkak orang yang diberi anugerah dengannya, وَآتَيْنَاهُ مِنَ الْكُنُوزِ “dan Kami telah menganugerahkan kepadanya perbenda-haraan harta.” Maksudnya, perbendaharaan harta kekayaan yang sangat besar, مَا إِنَّ مَفَاتِحَهُ لَتَنُوءُ بِالْعُصْبَةِ [أُولِي الْقُوَّةِ “yang kunci-kuncinya sungguh berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat.” Ushbah ada-lah sepuluh hingga sembilan orang, hingga tujuh orang. Artinya: hingga kunci-kunci pembendaharan harta kekayaannya dirasa sangat berat untuk dipikul oleh sekelompok manusia. Itu kunci-kuncinya. Lalu bagaimana dengan perbendaharaan-perbendahara-annya (gudang-gudangnya). إِذْ قَالَ لَهُ قَوْمُهُ “Ingatlah ketika kaumnya berkata kepadanya” seraya menasihati dan mengingatkannya dari kecongkakannya, لا تَفْرَحْ إِنَّ اللَّهَ لا يُحِبُّ الْفَرِحِينَ “Janganlah kamu terlalu bangga; sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri.” Maksudnya, jangan kamu bangga dengan harta kekayaan yang sangat besar ini, lalu kamu membangga-banggakan-nya dan membuatmu lalai terhadap akhirat, karena sesungguhnya Allah tidak suka kepada orang-orang yang membanggakannya, yaitu orang-orang yang tenggelam dalam mencintainya.
Setelah pada ayat-ayat di awal surah berbicara tentang kekuatan dan kekuasaan fir`aun yang berakhir dengan kebinasaan karena kedurhakaan dan kezaliman, di sini Allah memaparkan kekuatan harta dan pengetahuan yang juga berakhir dengan kebinasaan saat disertai dengan kedurhakaan dan keangkuhan. Allah berfirman; sesungguhnya karun termasuk kaum musa yang hidup semasa dengannya dan konon adalah anak nabi musa. Tetapi meski berasal dari keluarga terhormat dia melampaui batas dengan berlaku zalim terhadap mereka dan sombong. Ia adalah seorang yang kami beri nikmat dengan memasukkannya ke dalam kelompok kaum nabi musa, dan kami telah menganugerahkan pula kepadanya perbendaharaan harta yang kunci-kunci gudang tempat penyimpanan hartanya itu sungguh sangat banyak sehingga terasa berat dipikul oleh sejumlah orang yang kuat-kuat. Itu baru kuncinya, ada pun harta kekayaannya, tidak mungkin dapat dipikul oleh orang yang sangat banyak sekali pun. Ingatlah ketika ia terpedaya oleh nikmat Allah yang dikaruniakan kepadanya dengan mengingkari dan tidak mensyukurinya, kaumnya menasihatinya dengan berkata kepadanya, ‘janganlah engkau terlalu bangga dengan harta kekayaan yang engkau miliki, kebanggaan yang menjadikanmu melupakan Allah yang menganugerahkan nikmat itu sehingga tidak bersyukur kepada-Nya. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang membanggakan diri. ‘ orang-orang kafir mekkah yang menentang nabi Muhammad. Telah tertipu oleh harta mereka, sebab kekayaan mereka digunakan untuk menindas kaum muslim. Padahal, harta benda mereka sangat sedikit jika dibandingkan dengan harta karun. Orang kaya yang angkuh dan zalim akan berakhir dengan kebinasaan. 77. Nasihat di atas tidak berarti seseorang hanya boleh beribadah murni (mah’ah) dan melarang memperhatikan dunia. Berusahalah sekuat tenaga dan pikiran untuk memperoleh harta, dan carilah pahala negeri akhirat dengan apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu di dunia, berupa kekayaan dan karunia lainnya, dengan menginfakkan dan menggunakannya di jalan Allah. Akan tetapi pada saat yang sama janganlah kamu lupakan bagianmu dari kenikmatan di dunia dengan tanpa berlebihan. Dan berbuatbaiklah kepada semua orang dengan bersedekah sebagaimana atau disebabkan karena Allah telah berbuat baik kepadamu dengan mengaruniakan nikmat-Nya, dan janganlah kamu berbuat kerusakan dalam bentuk apa pun di bagian mana pun di bumi ini, dengan melampaui batas-batas yang telah ditetapkan oleh Allah. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan dan akan memberikan balasan atas kejahatan tersebut.
Al-Qashash Ayat 76 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Qashash Ayat 76, Makna Al-Qashash Ayat 76, Terjemahan Tafsir Al-Qashash Ayat 76, Al-Qashash Ayat 76 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Qashash Ayat 76
Tafsir Surat Al-Qashash Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)