{27} An-Naml / النمل | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | العنكبوت / Al-‘Ankabut {29} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Qashash القصص (Cerita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 28 Tafsir ayat Ke 78.
قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِنْدِي ۚ أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا ۚ وَلَا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ ﴿٧٨﴾
qāla innamā ụtītuhụ ‘alā ‘ilmin ‘indī, a wa lam ya’lam annallāha qad ahlaka ming qablihī minal-qurụni man huwa asyaddu min-hu quwwataw wa akṡaru jam’ā, wa lā yus`alu ‘an żunụbihimul-mujrimụn
QS. Al-Qashash [28] : 78
Dia (Karun) berkata, “Sesungguhnya aku diberi (harta itu), semata-mata karena ilmu yang ada padaku.” Tidakkah dia tahu, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? Dan orang-orang yang berdosa itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka.
Qarun berkata kepada kaumnya yang menasihatinya: Saya memiliki kekayaan ini berdasarkan ilmu dan kemampuan yang saya miliki. Apakah Qarun tidak mengetahui bahwa Allah telah membinasakan umat-umat sebelumnya padahal mereka jauh lebih kuat darinya dan jauh lebih besar kekayaannya? Para pelaku dosa tidak ditanya tentang dosa-dosa mereka Karena Allah sendiri sudah mengetahuinya. Akan tetapi mereka hanya ditanya dalam konteks penetapan kesalahan, dan Allah menghukum mereka atas apa yang Dia ketahui dari mereka.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menceritakan tentang jawaban Qarun kepada kaumnya ketika mereka menasihati dan memberinya petunjuk jalan kebaikan.
Qarun berkata, “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” (Al Qashash:78)
Yakni aku tidak memerlukan nasihatmu, karena sesungguhnya Allah memberiku kekayaan ini sebab Dia mengetahui bahwa aku berhak mendapatkannya dan sebab kecintaan-Nya kepadaku. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa sesungguhnya Allah memberiku semuanya ini hanyalah karena pengetahuan Allah yang mengetahui bahwa diriku berhak memperolehnya. Pengertiannya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Maka apabila manusia ditimpa bahaya ia menyeru Kami, kemudian apabila Kami berikan kepadanya nikmat dari Kami ia berkata, “Sesungguhnya aku diberi nikmat itu hanyalah karena kepintaranku.” (Az Zumar:49)
Yakni atas sepengetahuan dari Allah yang ada padaku. Dan sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan jika Kami merasakan kepadanya sesuatu rahmat dari Kami sesudah dia ditimpa kesusahan, pastilah dia berkata, “Ini adalah hakku.” (Fussilat: 50)
Artinya, ini adalah sesuatu yang berhak aku terima. Tetapi telah diriwayatkan dari sebagian ahli tafsir, bahwa makna yang dimaksud dari firman-Nya: Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku. (Al Qashash:78)
Qarun mempunyai profesi sebagai seorang ahli kimia. Pendapat ini lemah. Sesungguhnya ilmu kimia itu sendiri merupakan ilmu reaksi, bukan ilmu yang menyangkut mengubah sesuatu menjadi benda lain, karena sesungguhnya yang dapat melakukan hal itu hanyalah Allah semata Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman:
Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalat pun. Walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. (Al Hajj:73)
Di dalam kitab sahih disebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman, “Dan siapakah yang lebih aniaya selain dari orang yang menciptakan ciptaan seperti ciptaan-Ku, maka silakanlah mereka menciptakan biji jagung dan silakan mereka menciptakan biji gandum.”
Hadis ini berkaitan dengan ancaman yang ditujukan terhadap orang-orang yang membuat sesuatu yang mirip dengan ciptaan Allah hanya dalam bentuk lahiriah atau gambarnya saja. Maka terlebih lagi ancaman yang ditujukan terhadap orang yang mengakui bahwa dirinya mampu mengubah suatu benda menjadi benda yang lain, hal ini jelas batil dan mustahil. Sesungguhnya batas kemampuan mereka hanyalah meniru bentuk lahiriahnya saja atau imitasinya, tetapi hakikatnya palsu dan tidak benar serta merupakan kamuflase belaka. Belum pernah terbuktikan ada suatu kebenaran yang dilakukan oleh seseorang melalui cara yang biasa dilakukan oleh para pendusta lagi fasik dan bodoh itu suatu kenyataan yang dapat mengubah suatu benda ke benda yang lain.
Adapun mengenai peristiwa yang bertentangan dengan hukum alam yang dilakukan oleh para wali (kekasih Allah), misalnya mengubah sesuatu benda menjadi emas atau perak, atau hal lainnya. Maka hal seperti ini tiada seorang muslim pun yang mengingkari kebenarannya, karena proses kejadiannya berdasarkan kehendak Allah dan dengan seizin-Nya, serta pada hakikatnya Allah-lah yang melakukannya. Dan hal seperti ini sama sekali bukan termasuk ke dalam ilmu sulap atau ilmu kimia atau ilmu sihir. Sebagaimana yang telah diriwayatkan dari Haiwah ibnu Syuraih Al-Masri, seorang waliyyullah. Pada suatu hari ia kedatangan seorang pengemis yang meminta-minta kepadanya, sedangkan dia tidak memiliki sesuatu pun yang akan diberikannya kepada si peminta-minta itu. Maka ia memungut batu kerikil dari tanah dan mengocoknya dengan telapak tangannya, lalu ia lemparkan ke tangan si pengemis itu, tiba-tiba batu kerikil tersebut telah berubah menjadi emas. Hadis-hadis dan asar-asar yang menceritakan hal tersebut banyak sekali dan memerlukan cerita yang sangat panjang.
Menurut sebagian ulama, Qarun adalah seseorang yang mengetahui Ismul A’zam, lalu ia berdoa kepada Allah dengan menyebut Ismul A’zam tersebut. Akhirnya ia menjadi orang yang banyak hartanya.
Tetapi pendapat yang benar adalah pendapat yang pertama. Karena itulah Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyanggah pengakuannya yang mengatakan bahwa Allah memperhatikan dirinya, karena itu Allah memberinya banyak harta.
Dan apakah ia tidak mengetahui bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya dan lebih banyak mengumpulkan harta? (Al Qashash:78)
Yakni dahulu ada orang yang lebih banyak memiliki harta darinya, tetapi bukan karena Kami mencintainya. Sesungguhnya sekalipun demikian, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah menghancurkan mereka disebabkan mereka kafir dan tidak bersyukur kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu, tentang dosa-dosa mereka. (Al Qashash:78)
Yaitu karena banyaknya dosa mereka.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: karena ilmu yang ada padaku. (Al Qashash:78) Maksudnya, karena kebaikan yang ada padaku.
Menurut As-Saddi, karena aku berhak mendapatkannya.
Sehubungan dengan tafsir ayat ini Imam Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengemukakannya dengan takwil yang baik, ia mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Qarun berkata, “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” (Al Qashash:78) Bahwa seandainya bukan karena rida Allah kepada diriku dan pengetahuannya tentang keutamaanku, tentulah Dia tidak akan memberiku semua harta ini. Lalu Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam membacakan firman-Nya: Dan apakah ia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta? (Al Qashash:78), hingga akhir ayat.
Memang demikianlah yang biasa dikatakan oleh orang yang dangkal pengetahuannya. Bila ia mendapat keluasan rezeki dari Allah, ia akan mengatakan bahwa seandainya dirinya tidak berhak mendapat hal itu, tentulah ia tidak akan diberi.
(78) Maka قَالَ “berkatalah” Qarun untuk menolak nasihat mereka dan kafir terhadap karunia Tuhannya, إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَى عِلْمٍ عِنْدِي “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku.” Maksudnya, sesungguhnya aku memperoleh harta kekayaan ini karena usahaku dan pengetahuanku tentang berbagai bentuk model usaha dan kepandaianku. Atau: berdasarkan pengetahuan Allah tentang keadaanku. Dia telah mengetahui bahwa aku memang berhak untuk itu. Lalu kenapa kalian menasihatiku atas pemberian yang Allah berikan kepadaku?
Lalu Allah berfirman untuk menjelaskan bahwa pemberian-Nya bukan berarti bukti atas baiknya keadaan orang yang menda-patkan pemberian, أَوَلَمْ يَعْلَمْ أَنَّ اللَّهَ قَدْ أَهْلَكَ مِنْ قَبْلِهِ مِنَ الْقُرُونِ مَنْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُ قُوَّةً وَأَكْثَرُ جَمْعًا “Dan apakah dia tidak mengetahui, bahwasanya Allah sungguh telah membinasakan umat-umat sebelumnya yang lebih kuat daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta?” Maka apa yang (bisa menjadi) penghalang untuk membinasakan Qarun, sedangkan ketetapan dan sunnah Kami masih tetap berlaku, yaitu membinasakan orang yang semisal Qarun, bahkan lebih hebat daripada Qarun, apabila dia melakukan hal-hal yang mengakibatkan kebinasaan?
وَلا يُسْأَلُ عَنْ ذُنُوبِهِمُ الْمُجْرِمُونَ “Dan tidaklah perlu ditanya kepada orang-orang yang berdosa itu tentang dosa-dosa mereka,” akan tetapi Allah-lah yang akan menghukum mereka dan menyiksa mereka sesuai dengan perbuatan mereka yang Dia ketahui. Jadi, kalau mereka mengklaim bahwa mereka berkondisi baik dan mereka mengaku selamat, maka ucapan mereka itu bukan berarti diterima, dan itu juga bukan pencegah azab dari mereka sedikit pun, karena dosa-dosa mereka tidak tersembunyi. Maka pengingkaran mereka terhadap dosa-dosa adalah pengingkaran yang tidak pada tempat-nya.
Karun tidak menanggapi nasihat kaumnya, lupa diri dan tetap melupakan karunia Allah kepadanya. Dengan penuh kesombongan dia berkata, ‘sesungguhnya aku diberi harta yang banyak ini, semata-mata karena ilmu dan kemampuan yang ada padaku. Tidak ada jasa siapa pun atas perolehanku itu. Semua karena kepandaianku dalam mengumpulkan harta. ‘ demikian jawab karun. Tidakkah dia tahu dan sadar, bahwa Allah telah membinasakan umat-umat yang tidak jauh dari masa sebelumnya, yakni sebelum karun, yang lebih kuat fisik dan kemampuan serta pembantu-pembantu mereka daripadanya, dan lebih banyak mengumpulkan harta daripada karun’ sungguh kedurhakaan karun telah demikian jelas, dan oleh karenanya, orang-orang yang berdosa seperti karun itu tidak perlu ditanya tentang dosa-dosa mereka, karena Allah telah mengetahui hal itu. Mereka akan masuk neraka, dan hanya akan dita-Nya dengan pertanyaan yang menghinakan. 79. Nasihat yang disampaikan kepada karun tidak digubris olehnya. Bahkan, keangkuhannya semakin menjadi-jadi. Maka keluarlah dia kepada kaumnya, di depan khalayak ramai, dengan membangga-banggakan kemegahannya dan mempertontonkan kekayaan dan keku-atan yang dimilikinya, sehingga membuat silau orang yang lemah imannya. Melihat itu, orang-orang yang selalu menginginkan kehidupan dunia sebagai tumpuan dan tujuan hidupnya berkata, ‘mudah-Mudahan kita mempunyai harta kekayaan dan kedudukan seperti apa yang telah diberikan kepada karun, sesungguhnya dia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar di dunia. ‘ mereka tertipu olehnya dan ber-angan-angan untuk memiliki seperti yang dikaruniakan kepada karun, yaitu harta benda dan keberuntungan yang besar dalam kehidupan. Padahal semua itu akan binasa bila tidak beriman.
Al-Qashash Ayat 78 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Qashash Ayat 78, Makna Al-Qashash Ayat 78, Terjemahan Tafsir Al-Qashash Ayat 78, Al-Qashash Ayat 78 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Qashash Ayat 78
Tafsir Surat Al-Qashash Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)