{27} An-Naml / النمل | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | العنكبوت / Al-‘Ankabut {29} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Qashash القصص (Cerita) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 28 Tafsir ayat Ke 83.
تِلْكَ الدَّارُ الْآخِرَةُ نَجْعَلُهَا لِلَّذِينَ لَا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الْأَرْضِ وَلَا فَسَادًا ۚ وَالْعَاقِبَةُ لِلْمُتَّقِينَ ﴿٨٣﴾
tilkad-dārul-ākhiratu naj’aluhā lillażīna lā yurīdụna ‘uluwwan fil-arḍi wa lā fasādā, wal-‘āqibatu lil-muttaqīn
QS. Al-Qashash [28] : 83
Negeri akhirat itu Kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dan tidak berbuat kerusakan di bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu bagi orang-orang yang bertakwa.
Kenikmatan hidup di akhirat Kami siapkan untuk orang-orang yang tidak ingin takabur di depan kebenaran di muka bumi dan tidak pula kerusakan padanya. Akibat yang terpuji yaitu surga bagi siapa yang menjaga dirinya dari azab Allah dan melaksanakan ketaatan-ketaatan dan menjauhi hal-hal yang diharamkan.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebutkan bahwa negeri akhirat berikut kenikmatannya yang kekal, tidak berubah dan tidak lenyap, hanyalah diperuntukan bagi hamba-hamba-Nya yang beriman lagi rendah diri, yaitu mereka yang tidak bersikap angkuh di muka bumi terhadap makhluk Allah yang lain, tidak besar diri, tidak berlaku sewenang-wenang terhadap mereka, dan tidak menimbulkan kerusakan di kalangan mereka. Sebagaimana yang dikatakan oleh Ikrimah, bahwa makna al-uluwwu ialah menyombongkan diri. Menurut Sa’id ibnu Jubair, al-uluwwu artinya sewenang-wenang. Sufyan ibnu Sa’id As-Sauri telah meriwayatkan dari Mansur, dari Muslim Al-Batin, bahwa makna yang dimaksud ialah menyombongkan diri tanpa alasan yang dibenarkan dan membuat kerusakan serta mengambil harta tanpa alasan yang dibenarkan (dari tangan orang lain).
Ibnu Juraij mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri di (muka) bumi. (Al Qashash:83) Yaitu bersikap angkuh dan bertindak sewenang-wenang. dan tidak (pula) berbuat kerusakan. (Al Qashash:83) Yang dimaksud dengan kerusakan ialah mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki’, telah menceritakan kepada kami ayahku, dari Asy’as As-Samman, dari Abu Salam Al-A’raj, dari Ali yang mengatakan, bahwa sesungguhnya seorang lelaki yang merasa tali sandalnya lebih baik daripada tali sandal temannya (dengan sikap menyombongkan diri), ia termasuk ke dalam apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dari berbuat kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa. (Al Qashash:83)
Akan tetapi, pengertian ini ditakwilkan dengan maksud bahwa jika orang yang bersangkutan bersikap angkuh dan sombong terhadap temannya itu, sebab sikap ini adalah sikap yang tercela, sebagaimana yang dijelaskan di dalam kitab sahih melalui sabda Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang mengatakan:
Sesungguhnya Allah telah mewahyukan kepadaku bahwasanya berendah dirilah kamu, sehingga tiada seorang pun yang berbangga diri terhadap orang lain, dan tiada pula seseorang yang bersikap melampaui batas terhadap orang lain.
Tetapi jika orang yang bersangkutan menyatakan hal tersebut hanyalah semata-mata untuk menghias diri, maka hukumnya tidak mengapa, sebagaimana yang disebutkan di dalam hadis lain yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki berkata kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku suka bila kain selendangku baik dan terompahku baik, apakah cara berpakaian seperti itu termasuk sikap sombong?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab:
Tidak, sesungguhnya Allah itu indah, Dia menyukai keindahan.
(83) Ketika Allah جَلَّ جَلالُهُ mengisahkan tentang Qarun dan harta kekayaan dunia yang dianugerahkan kepadanya, serta akhir ke-sudahan yang menimpanya, dan bahwa orang-orang yang berilmu mengatakan, “Pahala Allah itu lebih baik bagi orang yang beriman dan beramal shalih, maka Allah جَلَّ جَلالُهُ mengajak untuk mencintai negeri akhirat dan Dia menginformasikan jalan yang bisa mengantarkan kepadanya, seraya berfirman, تِلْكَ الدَّارُ الآخِرَةُ “Negeri akhirat itu,” yang diberitakan oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ di dalam kitab-kitab suciNya dan dikabarkan oleh para RasulNya, yaitu negeri yang menghimpun seluruh kenikmatan, dan tersingkir darinya segala yang dapat mengotori dan menyempitkan, جْعَلُهَا “Kami jadikan” sebagai negeri dan tempat tinggal لِلَّذِينَ لا يُرِيدُونَ عُلُوًّا فِي الأرْضِ وَلا فَسَادًا “untuk orang-orang yang tidak ingin menyombongkan diri dan berbuat kerusakan di bumi.” Maksudnya, mereka sama sekali tidak mempunyai niat. Bagaimana mungkin akan berbuat kesombongan di muka bumi ini terhadap hamba-hamba Allah, takabur terhadap mereka dan terhadap kebenaran?
وَلا فَسَادًا “Dan tidak pula berbuat kerusakan,” ini mencakup seluruh kemaksiatan. Kalau mereka sudah tidak mempunyai niat (keinginan) untuk berbuat sombong di muka bumi ini dan tidak pula kerusakan, maka sudah pasti keinginan mereka terpusatkan kepada Allah, dan tujuan mereka adalah negeri akhirat, sikap mereka adalah merendahkan diri terhadap hamba-hamba Allah, tunduk kepada kebenaran dan beramal shalih. Mereka itulah orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang akan memperoleh keberuntungan. Oleh karena itu, Dia berfirman, وَالْعَاقِبَةُ “Dan ke-sudahan (yang baik) itu.” Maksudnya, suasana keberuntungan dan kesuksesan yang pasti dan terus adalah bagi orang yang bertakwa kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ . Sedangkan selain mereka, sekalipun mereka memperoleh sebagian dari keunggulan (duniawi) dan kelapangan, namun itu semua tidak akan lama waktunya dan akan musnah dalam waktu yang singkat.
Dapat diketahui dari uraian dalam ayat di atas bahwa orang-orang yang menginginkan kesombongan di muka bumi atau keru-sakan, mereka di akhirat tidak mempunyai bagian, dan mereka juga tidak mendapatkan bagian sedikit pun darinya.
Begitulah akhir kisah karun yang binasa karena keangkuhannya. Kebahagiaan yang hakiki, yaitu di akhirat kelak, tidak akan diperoleh oleh orang seperti karun. Kenikmatan negeri akhirat itu kami jadikan bagi orang-orang yang tidak menyombongkan diri dengan kekuasaan yang dimilikinya dan tidak berbuat kerusakan di bumi dengan melakukan kemaksiatan dan kejahatan. Dan kesudahan yang baik itu, yaitu surga, hanya bagi orang-orang yang bertakwa, yaitu orang-orang yang kalbunya penuh dengan keimanan karena rasa takut kepada Allah, sehingga mereka melakukan apa yang diridai Allah. 84. Barangsiapa datang pada hari kiamat dengan membawa amal kebaikan yang penuh ketulusan dan sesuai tuntunan yang diajarkan oleh Allah dan rasul-Nya, maka dia akan mendapat pahala berlipat ganda, mulai dari sepuluh hingga tujuh ratus kali, bahkan tidak terbatas, yang lebih baik daripada kebaikannya itu; dan barang siapa datang dengan membawa amal kejahatan dalam bentuk kekufuran dan kemaksiatan, maka orang-orang yang telah mengerjakan kejahatan itu hanya diberi balasan seimbang dengan apa yang dahulu selalu mereka kerjakan.
Al-Qashash Ayat 83 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Qashash Ayat 83, Makna Al-Qashash Ayat 83, Terjemahan Tafsir Al-Qashash Ayat 83, Al-Qashash Ayat 83 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Qashash Ayat 83
Tafsir Surat Al-Qashash Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)
Jazakumullahu Khayran