{28} Al-Qashash / القصص | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الروم / Ar-Rum {30} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-‘Ankabut العنكبوت (Laba-Laba) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 29 Tafsir ayat Ke 47.
وَكَذَٰلِكَ أَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ ۚ فَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ يُؤْمِنُونَ بِهِ ۖ وَمِنْ هَـٰؤُلَاءِ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ ۚ وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلَّا الْكَافِرُونَ ﴿٤٧﴾
wa każālika anzalnā ilaikal-kitāb, fallażīna ātaināhumul-kitāba yu`minụna bih, wa min hā`ulā`i may yu`minu bih, wa mā yaj-ḥadu bi`āyātinā illal-kāfirụn
QS. Al-‘Ankabut [29] : 47
Dan demikianlah Kami turunkan Kitab (Al-Qur’an) kepadamu. Adapun orang-orang yang telah Kami berikan Kitab (Taurat dan Injil) mereka beriman kepadanya (Al-Qur’an), dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. Dan hanya orang-orang kafir yang mengingkari ayat-ayat Kami.
Sebagaimana Kami telah menurunkan (wahai Rasul) kitab-kitab kepada para Rasul sebelummu, Kami juga menurunkan Kitab ini yang membenarkan kitab-kitab sebelumnya. Dan orang-orang yang Kami beri Kitab dari Bani Israil, lalu mereka mengetahuinya dengan benar, mereka beriman kepada Al Qur’an. Dan di antara orang-orang Arab, baik dari Quraisy atau lainnya ada yang beriman kepadanya. Tiada yang mengingkari Al Qur’an atau meragukan petunjuk-petunjuk dan bukti-buktinya yang jelas melainkan orang-orang kafir di mana adat mereka adalah pengingkaran dan penentangan.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Sebagaimana Kami turunkan kitab-kitab kepada rasul-rasul sebelum kamu, hai Muhammad, begitu pula Kami turunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an)” Pendapat yang dikatakan oleh Ibnu Jarir ini baik dan munasabah serta kaitannya pun cukup baik.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
maka orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka Al-Kitab (Taurat) mereka beriman kepadanya (Al-Qur’an). (Al-‘Ankabut: 47)
Yakni orang-orang yang mengambilnya, lalu membacanya dengan bacaan yang sebenarnya. Mereka terdiri dari para cendekiawan dan ulama Ahli Kitab, seperti Abdullah ibnu Salam dan Salman Al-Farisi serta lain-lainnya yang semisal.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan di antara mereka (orang-orang kafir Mekah) ada yang beriman kepadanya. (Al-‘Ankabut: 47)
Yaitu orang-orang Quraisy dan orang-orang Arab lainnya.
Dan tidak adalah yang mengingkari ayat-ayat Kami selain orang-orang kafir. (Al-‘Ankabut: 47)
Maksudnya, tidak ada yang mendustakan ayat-ayat Kami dan mengingkari haknya selain dari orang yang menutupi perkara yang hak dengan perkara yang batil, dan menutupi sinar mentari dengan berbagai penutup yang menghalanginya.
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebutkan dalam firman berikutnya:
Dan kamu tidak pernah membaca sebelumnya (Al-Qur’an) sesuatu kitab pun dan kamu tidak (pernah) menulis suatu kitab dengan tangan kananmu. (Al-‘Ankabut: 48)
Sesungguhnya kamu telah tinggal di kalangan kaummu, hai Muhammad, sebelum kamu kedatangan Al-Qur’an ini selama usiamu, sedangkan kamu tidak dapat membaca tulisan dan tidak pula dapat menulis. Bahkan semua orang dari kalangan kaummu dan lain-lainnya mengetahui bahwa kamu adalah seorang lelaki ummi yang tidak dapat membaca dan menulis. Hal yang sama telah disebutkan sifatnya di dalam kitab-kitab terdahulu, sebagaimana yang diceritakan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui firman-Nya:
(Yaitu) orang-orang yang mengikut Rasul, Nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang makruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang munkar. (Al A’raf:157), hingga akhir ayat.
Memang demikianlah keadaan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, selamanya beliau tidak dapat membaca dan menulis barang sedikit pun, bahkan beliau hanya mempunyai juru tulis-juru tulis yang mencatatkan untuknya wahyu yang diturunkan, juga surat-surat yang ditujukan ke berbagai kawasan negeri.
Adapun mengenai pendapat salah seorang dari kalangan ulama fiqih mutaakhkhirin —seperti Al-Qadi Abul Walid Al-Baji dan para pengikutnya— menduga bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah menulis di hari perjanjian Hudaibiyyah kalimat berikut, “Ini adalah ketetapan yang diputuskan oleh Muhammad ibnu Abdullah,” sesungguhnya hal yang mendorong timbulnya pendapat tersebut adalah sebuah hadis yang diriwayatkan di dalam kitab Sahih Bukhari. Disebutkan bahwa lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ mengambil surat perjanjian Hudaibiyyah itu dan menulisnya.
Hadis ini mengandung takwil memerintahkan untuk menulis, lalu dituliskan untuknya kata-kata seperti itu, sebagaimana yang disebutkan di dalam riwayat lain. Karena itulah orang yang sependapat dengan Al-Baji mendapat reaksi keras dari kalangan ulama ahli fiqih, baik yang ada di belahan timur maupun barat. Mereka berlepas diri dari orang-orang yang mengatakan pendapat tersebut, juga mereka mengecamnya melalui untaian kata-kata yang selalu mereka ucapkan dalam perayaan-perayaan mereka.
Sesungguhnya yang dimaksud oleh Al-Baji menurut yang tersirat dari pendapatnya menyatakan bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menulis kalimat itu sebagai suatu mukjizat, bukan berarti bahwa beliau dapat menulis. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan di dalam hadis yang menceritakan tentang Dajjal, yaitu:
Tercatat di antara kedua matanya lafaz kafir —yang menurut riwayat lain disebutkan kaf fa ra— lafaz tersebut terbaca oleh setiap orang mukmin.
Sedangkan mengenai hadis yang diriwayatkan oleh sebagian perawi yang menyebutkan bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sebelum meninggal dunia mengetahui baca tulis. Maka riwayat ini daif tidak ada asalnya.
Maksudnya, وَكَذَلِكَ أَنزلْنَا إِلَيْكَ “dan demikian pulalah Kami turunkan kepadamu,” wahai Muhammad, الْكِتَاب “al-Kitab” yang mulia, yang menjelaskan setiap berita yang agung, yang menyeru kepada setiap akhlak mulia dan perkara yang sempurna, yang membenarkan kitab-kitab suci terdahulu, yang diberitakan oleh para nabi terdahulu, فَالَّذِينَ آتَيْنَاهُمُ الْكِتَابَ “lalu orang-orang yang telah Kami berikan kepada mereka al-Kitab,” mereka mengenalnya dengan sebenar-benarnya, dan mereka belum dirasuki oleh rasa dengki dan hawa nafsu, يُؤْمِنُونَ بِهِ “maka mereka beriman kepadanya,” karena mereka meyakini kebenarannya berdasarkan kesesuaian pengetahuan yang mereka miliki, dan berdasarkan berita-berita gembira yang ada pada mereka serta karena mereka diistimewakan dengan kemampuan untuk membedakan antara yang baik dan yang buruk, antara yang benar dan yang dusta.
وَمِنْ هَؤُلاءِ “Dan di antara mereka (orang-orang kafir Makkah)” yang ada مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ “ada yang beriman kepadanya” dengan iman yang dilandasi pengetahuan yang mendalam, bukan karena suka atau takut.
وَمَا يَجْحَدُ بِآيَاتِنَا إِلا الْكَافِرُونَ “Dan tidaklah yang mengingkari ayat-ayat Kami melainkan orang-orang yang kafir,” yaitu mereka yang karakternya adalah mengingkari kebenaran dan menentangnya. Ini adalah pembatasan terhadap orang-orang yang kafir kepadanya. Yaitu bahwa tidak seorang pun (dari mereka) yang tujuannya adalah mencari kebenaran. Kalau tidak demikian, maka setiap orang yang mempunyai tujuan yang benar pasti beriman kepadanya. Hal itu disebabkan karena di dalamnya terdapat bukti-bukti yang nyata bagi setiap orang yang masih mempunyai akal sehat atau mendengar dengan baik sedangkan ia menyaksikan.
Di antara bukti yang membuktikan kebenarannya adalah bahwa al-Qur`an ini dibawa oleh seorang nabi yang dipercaya, nabi yang dikenal kejujuran dan keamanahannya, tempat masuk dan tempat keluarnya serta seluruh kondisinya oleh kaumnya; dan dia tidak pernah menulis satu baris pun dengan tangannya, bahkan dia sama sekali tidak bisa membaca satu baris pun yang tertulis. Jadi, kondisi beliau membawa al-Qur`an dalam kondisi seperti itu merupakan bukti yang pasti dan paling jelas, yang sama sekali tidak dapat diragukan bahwa al-Qur`an ini datang dari sisi Allah Yang Mahaperkasa lagi Maha Terpuji.
Dan sebagaimana kami telah menurunkan kitab-kitab kepada para rasul sebelum engkau, demikianlah kami juga turunkan kitab Al-Qur’an kepadamu. Oleh karena itu, orang-orang yang telah kami berikan kitab, yakni taurat dan injil, dan tidak menutupi kebenaran isinya, terutama informasi tentang nabi Muhammad, tentu mereka beriman kepadanya, yakni Al-Qur’an. Dan di antara mereka, yakni orang-orang kafir mekah, ada juga orang yang beriman kepadanya, Al-Qur’an. Dan hanya orang-orang kafir yang mengingkari ayat-ayat kami dan terus-menerus dalam kekafirannya. 48. Dan seharusnya mereka meyakini kebenaran Al-Qur’an sebagai kitab suci yang Allah turunkan kepada engkau, wahai nabi Muhammad, sebab mereka tahu benar bahwa engkau tidak pernah membaca sesuatu kitab pun sebelum Al-Qur’an dan engkau juga tidak pernah menulis suatu kitab pun dengan tangan kananmu karena engkau adalah seorang ummi, tidak pandai membaca maupun menulis. Sekiranya engkau pernah membaca dan menulis, niscaya ragu orang-orang yang mengingkarinya, yakni Al-Qur’an. Mereka akan menemukan alasan bagi keraguan mereka kepada Al-Qur’an andaikata engkau pernah membaca dan/atau menulis.
Al-‘Ankabut Ayat 47 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-‘Ankabut Ayat 47, Makna Al-‘Ankabut Ayat 47, Terjemahan Tafsir Al-‘Ankabut Ayat 47, Al-‘Ankabut Ayat 47 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-‘Ankabut Ayat 47
Tafsir Surat Al-‘Ankabut Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)