{28} Al-Qashash / القصص | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الروم / Ar-Rum {30} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-‘Ankabut العنكبوت (Laba-Laba) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 29 Tafsir ayat Ke 50.
وَقَالُوا لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آيَاتٌ مِنْ رَبِّهِ ۖ قُلْ إِنَّمَا الْآيَاتُ عِنْدَ اللَّهِ وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ ﴿٥٠﴾
wa qālụ lau lā unzila ‘alaihi āyātum mir rabbih, qul innamal-āyātu ‘indallāh, wa innamā ana nażīrum mubīn
QS. Al-‘Ankabut [29] : 50
Dan mereka (orang-orang kafir Mekah) berkata, ”Mengapa tidak diturunkan mukjizat-mukjizat dari Tuhannya?” Katakanlah (Muhammad), ”Mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah. Aku hanya seorang pemberi peringatan yang jelas.”
Orang-orang musyrikin berkata: Mengapa tidak diturunkan kepada Muhammad bukti-bukti dan hujjah-hujjah dari Rabb-nya yang bisa kami saksikan, seperti unta betina Shalih dan tongkat Musa! Katakanlah kepada mereka: Sesungguhnya perkara mukjizat-mukjizat itu di tangan Allah, bila Dia berkehendak maka Dia akan menurunkannya, bila Dia berkehendak maka Dia tidak menurunkannya. Sesungguhnya aku bagi kalian hanyalah penyampai peringatan. Aku memperingatkan kalian terhadap kerasnya hukuman dan siksa Allah, menjelaskan jalan yang haq dengan yang batil.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, menceritakan perihal orang-orang musyrik yang membangkang dan permintaan mereka yang menuntut adanya mukjizat-mukjizat untuk membuktikan bahwa Muhammad adalah utusan Allah, sebagaimana yang telah diberikan kepada Nabi Saleh dengan untanya. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Katakanlah (hai Muhammad), “Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah.” (Al-‘Ankabut: 50)
Yakni sesungguhnya urusan itu terserah kepada Allah, karena sesungguhnya menurut pengetahuan Allah seandainya kalian mendapat hidayah dengan adanya mukjizat-mukjizat itu tentulah Dia akan memperkenankan permintaan kalian itu, sebab untuk mengabulkan permintaan kalian itu amatlah mudah dan gampang sekali bagi-Nya. Tetapi Dia mengetahui bahwa kalian tidak akan beriman, dan sesungguhnya kalian memintanya hanya mencari-cari alasan untuk menolak dan ingin menguji. Karena itu, Allah tidak mengabulkan permintaan kalian, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan sekali-kali tidak ada yang menghalangi Kami untuk mengirimkan (kepadamu) tanda-tanda (kekuasaan Kami), melainkan karena tanda-tanda itu telah didustakan oleh orang-orang dahulu. Dan telah Kami berikan kepada Samud unta betina itu (sebagai mukjizat) yang dapat dilihat, tetapi mereka menganiaya unta betina itu. (Al Israa’:59)
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
“Sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata.” (Al-‘Ankabut: 50)
Yakni sesungguhnya aku diutus kepada kalian hanya sebagai pemberi peringatan kepada kalian dengan jelas, maka sudah merupakan keharusan bagiku menyampaikan risalah dari Allah kepada kalian.
Barang siapa yang diberi petunjuk oleh Allah, maka dialah yang mendapat petunjuk, dan barang siapa yang disesatkan-Nya, maka kamu tak akan mendapatkan seorang pemimpin pun yang dapat memberi petunjuk. (Al Kahfi:17)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufik) siapa yang dikehendaki-Nya. (Al Baqarah:272)
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menyebutkan tentang kebodohan mereka yang parah dan rendahnya taraf berpikir mereka, sebab mereka meminta agar didatangkan mukjizat-mukjizat yang menunjukkan kebenaran Muhammad’ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Padahal Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah mendatangkan kepada mereka Al-Qur’anul Karim yang tidak datang kepadanya kebatilan, baik dari depan maupun dari belakangnya, Al-Qur’an adalah mukjizat yang paling besar di antara semua mukjizat. Karena semua ahli bahasa dan ahli sastrawan tidak mampu menyainginya, bahkan untuk menyaingi sepuluh surat yang semisal dengan surat-surat Al-Qur’an pun mereka tidak mampu. Bahkan untuk menyaingi satu surat dari Al-Qur’an pun mereka tidak mampu pula. Untuk itulah maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menegaskan melalui firman-Nya:
Dan apakah tidak cukup bagi mereka bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Al-Kitab (Al-Qur’an), sedangkan dia dibacakan kepada mereka? (Al-‘Ankabut: 51)
Maksudnya, apakah tidak cukup bahwa Kami telah menurunkan kepadamu Al-Qur’an yang mulia, di dalamnya terdapat berita orang-orang sebelum mereka dan berita apa yang akan terjadi sesudah mereka serta hukum yang memutuskan di antara mereka, sedangkan engkau adalah seorang lelaki yang ummi, tidak bisa baca dan tulis, dan engkau belum pernah bergaul dengan seorang pun dari kalangan Ahli Kitab. Padahal engkau dapat mendatangkan berita-berita yang terdapat di dalam kitab-kitab terdahulu dengan pemberitaan yang jelas dan benar, sedangkan mereka sendiri berselisih tentangnya. Engkau juga dapat mendatangkan perkara yang hak, jelas, dan gamblang, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
Dan apakah tidak cukup menjadi bukti bagi mereka bahwa para ulama Bani Israil mengetahuinya? (Asy Syu’ara:197)
Dan mereka berkata, “Mengapa ia tidak membawa bukti kepada kami dari Tuhannya?” Dan apakah belum datang kepada mereka bukti yang nyata dari apa yang tersebut di dalam kitab-kitab yang dahulu? (Taha: 133)
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, telah menceritakan kepada kami Lais, telah menceritakan kepadaku Sa’id ibnu Abu Sa’id, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Tiada seorang nabi pun dari kalangan para nabi melainkan dianugerahi mukjizat yang mirip dengan apa yang dipercayai oleh manusia (di masanya). Dan sesungguhnya mukjizat yang diberikan kepadaku adalah berupa wahyu yang diturunkan Allah kepadaku, maka aku berharap semoga akulah yang paling banyak pengikutnya di antara mereka kelak pada hari kiamat.
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkan hadis ini melalui jalur Al-Lais.
Tafsir Ayat:
Maksudnya, orang-orang zhalim (yang mendustakan Rasulullah dan syariat yang beliau bawa) menentang dan meng-usulkan kepadanya agar diturunkan mukjizat-mukjizat yang dapat mereka lihat, sebagaimana perkataan mereka,
وَقَالُوا لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى تَفْجُرَ لَنَا مِنَ الأرْضِ يَنْبُوعًا
“Dan mereka berkata, ‘Kami sekali-kali tidak percaya kepadamu hingga kamu memancarkan mata air dari bumi untuk kami’.” (QS. Al-Isra`: 90).
Sesungguhnya penentuan “turunnya mukjizat” itu bukan hak mereka dan juga bukan hak Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Sebab yang demikian itu berarti tindakan turut mengatur bersama Allah. Dan kalau demikian halnya dan harus demikian, padahal tidak seorang pun yang memiliki hak urusan, maka Allah berfirman, قُلْ إِنَّمَا الآيَاتُ عِنْدَ اللَّهِ “Katakanlah, ‘Sesungguhnya mukjizat-mukjizat itu terserah kepada Allah’.” Jika Dia berkehendak, maka Dia menurunkannya, atau menahannya.
وَإِنَّمَا أَنَا نَذِيرٌ مُبِينٌ “Dan sesungguhnya aku hanya seorang pemberi peringatan yang nyata.” Aku tidak mempunyai kedudukan lebih dari kedudukan ini. Kalau yang dimaksud adalah menjelaskan yang benar dari yang batil (palsu), lalu apabila tujuan sudah dicapai dengan cara apa pun, maka usulan “agar diturunkannya mukjizat-mukjizat tertentu” atas hal di atas adalah suatu kezhaliman, kediktatoran dan kesombongan terhadap Allah dan terhadap kebenaran. Bahkan kalau seandainya ditakdirkan (oleh Allah) mukjizat-mukjizat itu diturunkan sedangkan di dalam hati mereka terdapat tekad bahwa mereka tidak akan beriman kepada kebenaran kecuali de-ngan mukjizat-mukjizat itu, maka hal itu bukanlah iman, itu tidak lain hanyalah sesuatu yang sejalan dengan hawa nafsu mereka, mereka mengimaninya bukan karena sesuatu itu adalah kebenaran, akan tetapi karena mukjizat-mukjizat tersebut. Maka, faidah apa yang bisa diperoleh dengan diturunkannya mukjizat tersebut dengan asumsi mukjizat itu ditakdirkan turun?
Andaikata kaum kafir mekah dan orang yahudi mau membuka hati pasti mereka akan mengakui Al-Qur’an bukan hasil karya nabi Muhammad, melainkan mukjizat yang agung. Namun, mereka justru meminta mukjizat inderawi seperti yang didatangkan Allah kepada para nabi terdahulu. Dan mereka berkata kepada nabi Muhammad untuk menjatuhkan mentalnya, ‘mengapa tidak diturunkan mukjizat-Mukjizat dari tuhannya yang bisa dilihat oleh mata seperti mukjizat-Mukjizat para nabi sebelumnya” katakanlah, ‘mukjizat-Mukjizat itu bukan urusanku. Semuanya terserah kepada Allah, apakah dia membekali para rasul-Nya dengan mukijzat inderawi atau bukan. Aku hanya seorang pemberi peringatan yang jelas, yang diperkuat dengan argumentasi dan bukti-bukti yang kuat. ’51. Sebagian kaum muslim yang belum kuat imannya terpengaruh oleh ucapan kaum yahudi bahwa mukjizat para nabi terdahulu lebih agung dan lebih bisa dibuktikan kehebatannya dibanding mukjizat nabi Muhammad. Karena itu, Allah meminta beliau untuk menanggapi, ‘apakah tidak cukup bagi mereka bahwa kami telah menurunkan kepadamu kitab Al-Qur’an yang dibacakan kepada mereka sebagai mukjizat yang abadi, berbeda dari mukjizat para nabi terdahulu yang habis masanya bersamaan dengan wafat mereka’ sungguh, dalam Al-Qur’an itu terdapat rahmat yang besar bagi mereka dan generasi setelahnya, dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman. Dengan Al-Qur’an itu mereka selalu dibimbing agar senantiasa berada di jalan yang benar.
Al-‘Ankabut Ayat 50 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-‘Ankabut Ayat 50, Makna Al-‘Ankabut Ayat 50, Terjemahan Tafsir Al-‘Ankabut Ayat 50, Al-‘Ankabut Ayat 50 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-‘Ankabut Ayat 50
Tafsir Surat Al-‘Ankabut Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)