{29} Al-‘Ankabut / العنكبوت | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | لقمان / Luqman {31} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Ar-Rum الروم (Bangsa Romawi) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 30 Tafsir ayat Ke 2.
غُلِبَتِ الرُّومُ ﴿٢﴾
gulibatir-rụm
QS. Ar-Rum [30] : 2
Bangsa Romawi telah dikalahkan,
Persia mengalahkan romawi di bagian negeri Syam yang paling dekat kepada Persia,
Ayat-ayat ini diturunkan ketika Sabur (Raja Persia) berhasil mengalahkan tentara Romawi dan berhasil merebut negeri-negeri Syam serta bagian lainnya yang termasuk ke dalam wilayah kerajaan Romawi dari tanah Jazirah Arabia, juga sebagian besar wilayah kerajaan Romawi, sehingga Kaisar Romawi Heraklius terpaksa mundur dan mengungsi ke kota Konstantinopel. Ia dikepung oleh Raja Sabur dan bala tentaranya di kota Konstantinopel dalam waktu yang cukup lama, tetapi pada akhirnya kawasan kerajaan Romawi berhasil direbut kembali oleh Heraklius dari tangan orang-orang Persia, sebagaimana yang akan dijelaskan berikutnya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muawiyah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq, dari Sufyan As-Sauri, dari Habib ibnu Abu Umrah, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat. (Ar Ruum:1-3) Yakni dikalahkan dan dikalahkan. Ibnu Abbas menceritakan bahwa dahulu orang-orang musyrik merasa suka bila orang-orang Persia beroleh kemenangan atas orang-orang Romawi, karena orang-orang Persia adalah penyembah berhala sama dengan mereka. Sedangkan kaum muslim merasa suka bila orang-orang Romawi beroleh kemenangan atas orang-orang Persia, karena orang-orang Romawi adalah Ahli Kitab sama dengan mereka. Kemudian Abu Bakar menceritakan hal tersebut kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Ingatlah, sesungguhnya mereka (orang-orang Romawi) akan beroleh kemenangan. Lalu Abu Bakar menceritakan hal tersebut kepada orang-orang Musyrik. Maka mereka berkata, “Marilah kita menentukan batas waktunya antara kami dan kamu. Jika tebakan kami tepat, maka kami mendapat anu dan anu, dan jika tebakanmu tepat, kamu beroleh anu dan anu.” Maka masa yang ditentukan oleh Abu Bakar adalah lima tahun, dan ternyata pasukan Romawi tidak mengalami kemenangan. Lalu Abu Bakar menceritakan hal itu kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Mengapa tidak engkau jadikan masa itu di bawah sepuluh tahun (di atas lima tahun)?” Sa’id ibnu Jubair mengatakan bahwa masa itu di bawah sepuluh tahun, kemudian barulah orang-orang Romawi beroleh kemenangan. Sa’id ibnu Jubair mengatakan, bahwa itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat, dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang. (Ar Ruum:1-3) sampai dengan firman-Nya: Dan Dialah Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. (Ar Ruum:5)
Hadis lain, Sulaiman ibnu Marhan Al-A’masy telah meriwayatkan dari Muslim, dari Masruq yang telah menceritakan bahwa Abdullah pernah berkata, “Ada lima perkara yang telah berlalu, yaitu asap, azab, pembalasan, rembulan, dan Romawi.” Diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Waki’, telah menceritakan kepada kami Al-Muharibi, dari Daud ibnu Abu Hindun, dari Amir Asy-Sya’bi, dari Abdullah ibnu Mas’ud r.a. yang telah mengatakan bahwa dahulu bangsa Persia beroleh kemenangan atas bangsa Romawi, dan orang-orang musyrik merasa senang bila bangsa Persia menang atas bangsa Romawi. Sedangkan kaum muslim merasa senang bila bangsa Romawi beroleh kemenangan atas bangsa Persia, karena bangsa Romawi adalah Ahli Kitab yang kaum muslim lebih dekat kepada mereka dalam hal agama daripada bangsa Persia yang Wasani. Ketika ayat berikut diturunkan, yaitu firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi di negeri yang terdekat dan mereka sesudah dikalahkan itu akan menang dalam beberapa tahun lagi. (Ar Ruum:1-4) Mereka (kaum musyrik) mengatakan, “Hai Abu Bakar, sesungguhnya temanmu telah mengatakan bahwa bangsa Romawi akan beroleh kemenangan atas bangsa Persia dalam masa beberapa tahun mendatang.” Abu Bakar menjawab, “Benar.” Mereka berkata, “Maukah kamu bertaruh dengan kami?” Maka mereka sepakat dengan Abu Bakar menjadikan taruhannya empat ekor unta dengan jarak masa tujuh tahun. Ternyata setelah berlalu masa tujuh tahun tidak terjadi sesuatu apa pun, maka orang-orang musyrik pun bergembira dengan hal tersebut, sehingga kaum muslim merasa berat atas kekalahannya. Kemudian hal tersebut diceritakan kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: “Apakah pengertian beberapa tahun di kalangan kalian?” Mereka menjawab, “Di bawah sepuluh tahun.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Pergilah dan tantanglah mereka untuk bertaruh lagi dan tambahlah masanya dua tahun lagi.” Abdullah ibnu Mas’ud melanjutkan kisahnya, bahwa belum lagi masa dua tahun habis, datanglah kafilah yang membawa berita tentang kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia. Maka kaum mukmin bergembira dengan berita tersebut, dan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menurunkan firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. (Ar Ruum:1-2) sampai dengan firman-Nya: (sebagai) janji yang sebenar-benarnya dari Allah. Allah tidak akan menyalahi janji-Nya. (Ar Ruum:6)
Berikutnya kita akan membahas tentang ayat-ayat yang mulia ini.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. (Ar Ruum:1-2)
Dalam pembahasan terdahulu telah dijelaskan huruf-huruf hijaiyah yang mengawali kebanyakan surat-surat Al-Qur’an di dalam tafsir surat Al-Baqarah.
Bangsa Romawi berasal dari keturunan Al-Isa ibnu Ishaq ibnu Ibrahim a.s., mereka adalah anak-anak paman Bani Israil, dan dikenal dengan nama “orang-orang yang berkulit kuning (putih).” Mereka pada mulanya berpegang kepada agama orang-orang Yunani. Bangsa Yunani berasal dari keturunan Yafis ibnu Nuh, anak-anak paman nenek moyang bangsa Turki. Mereka menyembah bintang-bintang yang beredar yang jumlahnya ada tujuh buah, dikenal pula dengan sebutan “al-mutahayyirah.” Salat mereka menghadap ke arah utara, merekalah orang-orang yang membangun kota Dimasyq dan membangun kuil-kuilnya, yang di dalamnya terdapat mihrab-mihrab yang menghadap ke arah utara. Orang-orang Romawi pada mulanya memeluk agama mereka sampai dengan masa diutus-Nya Al-Masih, yakni tiga ratus tahun kemudian.
Raja dari kalangan mereka yang berhasil menguasai seluruh kawasan negeri Syam bersama Jazirah Arabia disebut dengan julukan kaisar. Raja pertama yang memeluk agama Nasrani dari kalangan raja-raja Romawi adalah Konstantin ibnu Qastus. Ibunya bernama Maryam Al-Hailaniyah Al-Gandaqiyah dari tanah Haran. Pada mulanya dialah yang lebih dahulu masuk agama Nasrani, lalu mengajak anaknya untuk memeluk agama Nasrani. Semula Kaisar Romawi adalah seorang ahli filsafat, akhirnya ia mengikuti ajakan ibunya.
Menurut suatu pendapat, ia mau masuk Nasrani hanya semata-mata karena alasan diplomatis, dan akhirnya orang-orang Nasrani tunduk patuh kepadanya serta sepakat mendukungnya. Di masa pemerintahannya mereka berdebat dengan Abdullah ibnu Arius, lalu mereka berselisih pendapat dengan perselisihan yang banyak. Pendapat mereka bermacam-macam, dan berpecah belahlah mereka menjadi banyak golongan dan aliran.
Hanya ada sebagian dari mereka yang terdiri dari 318 orang uskup bersatu dan sepakat di antara sesama mereka. Selanjutnya mereka membuat-buat akidah untuk diserahkan kepada Kaisar Konstantin. Hal ini mereka sebut dengan istilah “Amanat yang besar,” padahal sesungguhnya hal tersebut tiada lain merupakan pengkhianatan yang rendah.
Mereka membuat undang-undang buat Konstantin berupa hukum-hukum yang menyangkut masalah halal dan haram serta hal-hal lainnya yang diperlukan oleh golongan mereka. Akhirnya mereka mengubah agama Al-Masih Isa a.s. dan melakukan penambahan serta pengurangan padanya. Mereka salat menghadap ke arah timur dan mengganti hari Sabtu dengan hari Ahad. Mereka menyembah salib, menghalalkan babi, dan membuat-buat hari perayaan yang mereka ada-adakan —seperti hari raya salib, hari raya kudus, dan lain sebagainya—yang merupakan buat-buatan mereka sendiri.
Kemudian mereka mengangkat buat Konstantin seorang paulus yang merupakan pemimpin agama mereka, lalu patrik, lalu kardinal, lalu uskup dan pendeta. Mereka membuat-buat ruhbaniyah (kerahiban).
Sedangkan kaisar sendiri membangun untuk mereka gereja-gereja dan tempat-tempat peribadatan, lalu membangun sebuah kota yang namanya dinisbatkan kepada namanya sendiri, yaitu Konstantinopel. Menurut suatu pendapat, di masa pemerintahannya dia membangun sepuluh ribu gereja dan membangun Baitul Lahm dengan memiliki tiga mihrab, sedangkan ibunya membangun Al-Qumamah.
Mereka yang telah disebutkan di atas menamakan dirinya dengan sebutan Mulkiyah, yakni orang-orang yang sealiran dengan agama raja.
Setelah itu muncul sekte baru yang disebut dengan Ya’qubiyah, yaitu pengikut Ya’qub seorang uskup, kemudian muncul pula sekte Nustur pengikut Nustur. Mereka menjadi beberapa sekte dan golongan yang banyak jumlahnya, sebagaimana yang disebutkan oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ:
Sesungguhnya mereka berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan.
Kesimpulannya ialah mereka tetap berpegang pada agama Nasrani. Setiap kali Kaisar meninggal dunia, kedudukannya diganti oleh penggantinya hingga kaisar yang terakhir bernama Heraklius. Dia adalah seorang cendekiawan, raja yang berwibawa, paling luas wawasannya, serta paling jitu pendapatnya. Di bawah kepemimpinannya kekaisaran Romawi mencapai masa keemasannya sehingga sebanding dengan kerajaan Persia. .
Kisra (Raja Persia) menguasai banyak negeri yang luas, seperti Irak, Khurrasan, Ray, dan negeri-negeri lainnya yang bukan bangsa Arab penduduknya. Nama Raja Persia saat itu adalah Sabur yang dijuluki dengan nama Zul Aktaf. Kerajaan Persia jauh lebih besar daripada kerajaan Romawi, tampuk kepemimpinan orang-orang ‘Ajam dan bangsa Persia berada di tangan kekuasaannya, mereka adalah penyembah api.
Dalam riwayat yang bersumber dari Ikrimah telah disebutkan bahwa Kisra mengirimkan para pembantunya dan pasukannya untuk memerangi Kaisar Romawi. Tetapi menurut pendapat yang terkenal, Kisra sendirilah yang memerangi Kaisar Romawi dan negerinya sehingga berhasil mengalahkan kaisar dan memukul mundur pasukannya, dan kaisar terpaksa berlindung di dalam benteng ibu kota negerinya, yaitu Konstantinopel.
Kisra mengepung kota Konstantinopel dalam waktu yang cukup lama sehingga membosankannya. Orang-orang Nasrani sangat mengagungkan kota Konstantinopel, sedangkan Kisra tidak mampu menaklukkan kota tersebut karena bentengnya yang sangat kuat dan letaknya sangat strategis.
Demikian itu karena bagian muka benteng Konstantinopel menghadap ke daratan, sedangkan bagian belakangnya menghadap ke laut. Semua perbekalan dan bahan makanan datang ke Konstantinopel dari arah laut.
Setelah pengepungan itu berlangsung cukup lama, Kisra merencanakan tipu muslihat yang telah ia pikirkan dengan masak-masak sebelumnya. Untuk itu ia meminta kepada Kisra agar pergi dari negerinya dengan imbalan sejumlah harta yang disetujui oleh Kisra dengan syarat bahwa pihak kaisar diperbolehkan mengajukan persyaratan menurut apa yang disukainya. Permintaan kaisar disetujui oleh Kisra, lalu Kisra meminta harta yang banyak sekali jumlahnya kepada kaisar sehingga tiada seorang raja pun di dunia ini yang mampu memenuhinya. Harta tersebut berupa emas, perhiasan, pakaian, pelayan-pelayan wanita dan pria, serta berbagai macam permintaan lainnya. Semuanya itu disetujui oleh kaisar, dan kaisar memberikan jaminan dengan pura-pura bahwa semua yang diminta oleh Kisra itu dimilikinya. Sedangkan kenyataannya ketika Kisra mengajukan apa yang dia minta itu, dalam benak kaisar terbayangkan bahwa seandainya dia dan Kisra mengumpulkan semua harta kekayaannya, tentulah tidak akan mencapai sepersepuluh dari apa yang diminta oleh Kisra.
Kaisar meminta kepada Kisra untuk memberinya kesempatan keluar dari benteng menuju negeri Syam dan kawasan-kawasan kerajaan Romawi lainnya dengan alasan akan menghimpun dana tersebut dari harta simpanannya yang terdapat di daerah-daerah tersebut.
Kisra memberinya izin untuk keluar dari benteng. Ketika kaisar telah siap untuk keluar dari benteng Konstantinopel, terlebih dahulu ia mengumpulkan semua orang yang seagama dengannya, lalu berkata, “Sesungguhnya aku akan keluar untuk melakukan apa yang telah kurencanakan sebelumnya dengan membawa sejumlah pasukan yang telah terlatih. Jika aku dapat kembali kepada kalian sebelum masa satu tahun, berarti aku masih tetap menjadi raja kalian. Tetapi jika aku tidak kembali kepada kalian sesudahnya, maka kalian boleh memilih: Jika kalian suka, boleh tetap menjadikanku sebagai raja kalian, dan jika kalian lebih suka memilih selainku, aku persilakan.” Maka mereka menjawab bahwa mereka tetap berbaiat kepada Konstantin sebagai raja mereka seumur hidup, sekalipun ia pergi meninggalkan mereka selama sepuluh tahun.
Ketika Kaisar Konstantin keluar dari bentengnya, ia diiringi oleh sejumlah pasukannya. Sedangkan Kisra saat itu berkemah di Konstantinopel bersama pasukannya menunggu kedatangan kaisar kembali ke Konstantinopel.
Setelah mendapat kesempatan itu kaisar segera membawa pasukannya bergerak cepat menuju negeri Persia. Sesampainya di negeri Persia, ia dan pasukannya membuat kerusakan padanya dan membunuhi para penduduknya yang laki-laki dan bala tentara Persia yang tertinggal. Dia terus melakukan pembunuhan sepanjang jalan yang dilaluinya hingga sampailah di ibu kota kerajaan Persia. Lalu ia membunuh semua orang yang ada padanya, merampas semua penghasilan serta harta bendanya, dan menahan kaum wanitanya, bahkan juga permaisuri Kisra. Kemudian kaisar mencukur gundul anak Kisra dan menaikkannya di atas keledai, lalu mengirimkannya bersama sejumlah tawanan lainnya dalam keadaan sangat hina dan direndahkan ke Kisra dengan membawa pesan darinya, “Inilah yang kamu minta, silakan ambil.”
Ketika berita tersebut sampai kepada Kisra, tiada yang dapat menggambarkan kesedihannya selain hanya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, dan amarahnya makin bertambah meluap terhadap ibu kota kerajaan Romawi. Lalu ia melancarkan serangannya dengan semua kekuatan dan kemampuan yang dimilikinya, tetapi usahanya itu kandas dan sia-sia.
Setelah tidak mampu menjatuhkan benteng Konstantinopel, maka ia berangkat bersama pasukannya untuk mencegat kaisar dan pasukannya di celah Jaihun yang merupakan satu-satunya jalan bagi kaisar untuk mencapai Konstantinopel.
Kaisar mengetahui siasat itu, maka ia membuat tipu muslihat yang sangat hebat, belum pernah siasat itu dilakukan oleh seorang panglima perang pun. Untuk itu ia menempatkan pasukannya dan semua perbekalan yang berhasil mereka peroleh dari rampasan perang di mulut celah Jaihun. Kemudian ia memerintahkan kepada sebagian pasukannya untuk membawa makanan hewan kendaraan, kotoran serta isi perut hewan ternak. Kemudian ia membawa pasukannya itu melalui jalan atas yang mendaki hingga sampai di tempat yang dekat dengan celah Jaihun kurang lebih jarak perjalanan satu hari. Sesampainya di atas, ia memerintahkan kepada pasukannya untuk melemparkan semua beban yang mereka bawa ke dalam sungai (yang melalui celah Jaihun).
Ketika kotoran dan makanan ternak itu terbawa hanyut oleh arus Sungai Sam sampai di tempat Kisra, maka Kisra menduga bahwa pasukan yang dibawa kaisar melalui jalan atas. Maka dengan segera ia memerintahkan seluruh pasukannya bergerak mengejar mereka sehingga celah Jaihun kosong, tidak dijaga oleh pasukan Persia.
Kaisar kembali kepada induk pasukannya, lalu memerintahkan mereka untuk bergerak dan memasuki celah Jaihun dengan langkah yang cepat. Akhirnya selamatlah kaisar dari kejaran Kisra dan pasukannya, lalu sampai di benteng Konstantinopel dengan selamat.
Kemudian hari itu dijadikan oleh orang-orang Nasrani sebagai hari raya. Sedangkan Kisra dan pasukannya kebingungan, mereka tidak tahu apa yang harus mereka lakukan. Negeri-negeri kaisar tidak dapat mereka taklukkan, sementara negeri mereka sendiri telah dihancur-berantakkan oleh pasukan Romawi, semua kekayaan mereka telah diboyong ke kerajaan Romawi dan anak-anak mereka serta kaum wanita mereka telah dijadikan tawanan.
Demikianlah kisah kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia, dan peristiwa ini terjadi setelah berlalu masa sembilan tahun sejak kemenangan bangsa Persia atas bangsa Romawi.
Perang besar antara pasukan Romawi dan pasukan Persia —di mana pasukan Romawi mengalami kekalahan— terjadi di antara Azri’at dan Basra. Demikianlah menurut apa yang disebutkan oleh Ibnu Abbas dan Ikrimah serta selain keduanya. Tempat tersebut merupakan pinggiran negeri Syam yang berdekatan letaknya dengan negeri Hijaz.
Mujahid mengatakan bahwa peristiwa itu terjadi di Jazirah, yaitu bagian kerajaan Romawi yang letaknya paling berdekatan dengan perbatasan negeri Persia. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Kemenangan bangsa Romawi atas bangsa Persia terjadi setelah sembilan tahun dari kekalahannya. Hal ini diungkapkan oleh Al-Qur’an dengan kata-kata “beberapa tahun,” yang menurut bahasa Arab pengertiannya menunjukkan antara tiga sampai sembilan.
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Turmuzi dan Ibnu Jarir serta selain keduanya melalui riwayat Abdullah ibnu Abdur Rahman Al-Jumahi, dari Az-Zuhri, dari Ubaidillah ibnu Abdullah Muhammad ibnu Abbas disebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepada Abu Bakar sehubungan dengan makna firman-Nya: Alif Lam Mim. Telah dikalahkan bangsa Romawi. (Ar Ruum:1-2), hingga beberapa ayat berikutnya.
“Hai Abu Bakar, mengapa engkau tidak hati-hati dalam mengambil keputusan? Sesungguhnya pengertian beberapa tahun itu antara tiga sampai sembilan tahun.”
Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib bila ditinjau dari segi jalurnya. Ibnu Jarir telah meriwayatkan hal yang semisal melalui Abdullah ibnu Amr, kemudian ia mengatakan hal yang semisal dengan apa yang dikatakan oleh Imam Turmuzi. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
1-5. bangsa Persia dan bangsa romawi pada saat itu merupakan dua negara super power yang ada di muka bumi ini; dan selalu terjadi peperangan diantara dua bangsa ini sebagaimana biasa terjadi pada bangsa-bangsa yang selevel. Bangsa Persia adalah penyembah api, sedangkan bangsa romawi adalah ahli kitab yang berafilasi kepada Taurat dan injil, dan mereka lebih dekat kepada kaum muslimin daripada bangsa Persia. {orang-orang mukmin] sangat senang kalau bangsa romawi menang dan dapat mengalahkan bangsa Persia berada dalam kesyirikan, maka mereka senang kalau bangsa Persia menang atas bangsa romawi. Lalu ternyata bangsa Persia dapat menang atas bangsa romawi, dan mereka dapat mengalahkan bangsa romawi, namun tidak sampai menguasai kerajaan mereka, bahkan sedikitpun dari daerah kekuasaan romawi. Maka kaum musyrikin Arab pun sangat bergembira dengannya, sedangkan kaum Muslimin bersedih. Maka dari itu Allah mengabarkan kepada mereka dan menjanjikkan bahkan bangsa romawi akan mengalahkan bangsa Persia.
“dalam beberapa tahun lagi,” Sembilan atau delapan tahun lagi, atau semisal hal itu, tidak lebih dari sepuluh tahun lagi dan tidak pula kurang dari tiga tahun; dan sesungguhnya kemenangan bangsa Persia terhadap bangsa romawi, lalu kemenangan bangsa romawi terhadap bangsa Persia semuanya terjadi atas kehendak dan kekuasaanNya. Dari itu Allah berfirman, ”milik Allah-lah urusan sebelum dan sesudahnya,” jadi kemenangan dan pertolongan itu tidak hanya sekedar disebabkan terwujudnya sebab kausalitas (fasilitas dan perlengkapan), melainkan pasti diiringi oleh qadha dan qadar.
“dan di hari,” maksudnya, pada hari bangsa romawi dapat memenangkan bangsa Persia dan mengalahkan mereka, “bergembiralah orang-orang yang beriman, karena pertolongan Allah. Dia menolong siapa yang dikehendakiNya,” maksudnya, mereka bergembira dengan kemenangan bangsa romawi atas bangsa Persia, sekalipun semuanya adalah orang-orang kafir, akan tetapi sebagian keburukan (suatu kaum) itu lebih ringan daripada (keburukan dari kaum) yang lain. Dan pada saat itu pula kaum musyrikin berduka cita. “dan Dia-lah Yang Mahaperkasa,” yang memilki keperkasaan yang dengannya Dia menaklukkan seluruh makhluk; Dia memberikan kekuasaan dari siapa yang Dia kehendaki, Dia memuliakan siapa saja yang Dia kehendaki dan menghinakan siapa saja yang Dia kehendaki. “lagi Mahapenyayang,” terhadap hamba-hambaNYa yang beriman, yang mana Dia menyediakan segala sebab kausalitas yang dapat membuat mereka bahagia, dan menolong mereka yang sama sekali di luar perhitungan.
Ayat ini berisi prediksi Al-Qur’an terhadap kejadian yang akan datang. Bangsa romawi timur yang berpusat di konstantinopel pada awalnya telah dikalahkan oleh bangsa persia pemeluk majusi. 3. Kekalahan bangsa romawi itu terjadi di negeri yang terdekat ke negeri arab, yaitu suriah dan palestina sewaktu menjadi jajahan bangsa romawi timur, dan mereka, yakni bangsa romawi, setelah kekalahannya itu akan menang kembali atas bangsa persia yang beragama majusi (musyrik).
Ar-Rum Ayat 2 Arab-Latin, Terjemah Arti Ar-Rum Ayat 2, Makna Ar-Rum Ayat 2, Terjemahan Tafsir Ar-Rum Ayat 2, Ar-Rum Ayat 2 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Ar-Rum Ayat 2
Tafsir Surat Ar-Rum Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)