{29} Al-‘Ankabut / العنكبوت | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | لقمان / Luqman {31} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Ar-Rum الروم (Bangsa Romawi) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 30 Tafsir ayat Ke 27.
وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ أَهْوَنُ عَلَيْهِ ۚ وَلَهُ الْمَثَلُ الْأَعْلَىٰ فِي السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ ۚ وَهُوَ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ ﴿٢٧﴾
wa huwallażī yabda`ul-khalqa ṡumma yu’īduhụ wa huwa ahwanu ‘alaīh, wa lahul-maṡalul-a’lā fis-samāwāti wal-arḍ, wa huwal-‘azīzul-ḥakīm
QS. Ar-Rum [30] : 27
Dan Dialah yang memulai penciptaan, kemudian mengulanginya kembali, dan itu lebih mudah bagi-Nya. Dia memiliki sifat yang Mahatinggi di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Hanya Allah semata yang mulai menciptakan makhluk dari ketiadaan kemudian mengembalikannya hidup setelah kematian. Mengembalikan makhluk dalam keadaan hidup setelah mati adalah lebih mudah bagi Allah daripada menciptakannya pertama kali, keduanya sama-sama mudah bagi Allah. Hanya milik-Nya sifat-sifat ketinggian dalam segala apa yang disifatkan kepada-Nya, tiada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat. Dia Mahaperkasa yang tidak terkalahkan, Maha Bijaksana dalam perkataan dan perbuatan-Nya, serta pengaturan segala urusan makhluk-Nya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan Dialah yang menciptakan (manusia) dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkannya kembali, dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar Ruum:27)
Ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna ah-wani ialah lebih mudah.
Mujahid mengatakan bahwa mengembalikan hidup seperti semula itu lebih mudah daripada menciptakannya pada yang pertama kali. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ikrimah dan lain-lainnya.
Imam Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abul Yaman, telah menceritakan kepada kami Syu’aib, telah menceritakan kepada kami Abuz Zanad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Anak Adam telah mendustakan-Ku, padahal tidak layak baginya berbuat demikian. Anak Adam telah mencaci-Ku, padahal tidak layak baginya berbuat demikian. Adapun kedustaannya kepada-Ku ialah melalui ucapannya yang mengatakan, Allah tidak akan mengembalikan aku menjadi hidup sebagaimana Dia menciptakan aku pada yang pertama kali,’ padahal penciptaan yang pertama tidaklah lebih mudah bagi-Ku daripada mengembalikannya seperti semula. Adapun mengenai caci makinya terhadap-Ku ialah melalui ucapannya yang mengatakan. ‘Allah telah mengambil anak,’ padahal Aku Tuhan Yang Maha Esa, bergantung segala sesuatu kepada-Ku, Yang tidak beranak dan tidak diperanakkan, dan tiada sesuatu pun yang setara dengan-Nya.”
Imam Bukhari mengetengahkan hadis ini secara tunggal, sebagaimana dia meriwayatkannya secara tunggal melalui hadis Abdur Razzaq, dari Ma’mar, dari Hammam, dari Abu Hurairah dengan lafaz yang semisal.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya secara munfarid (tunggal) dengan sanad yang sama melalui Hasan ibnu Musa, dari Ibnu Lahi’ah, dari Abu Yunus Salim ibnu Jabir, dari Abu Hurairah, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dengan lafaz yang sama atau semisal
Ulama lainnya mengatakan bahwa menciptakan makhluk pada yang pertama kali dan mengembalikannya menjadi hidup —bila dikaitkan dengan kekuasaan Allah— sama mudahnya.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa semuanya itu mudah bagi Allah. Hal yang sama telah dikatakan oleh Ar-Rabi’ ibnu Khaisam. Ibnu Jarir cenderung memilih pendapat ini, lalu ia mengemukakan banyak syahid dan memperkuat alasannya.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa damir yang terdapat di dalam firman-Nya: dan menghidupkan kembali itu adalah lebih mudah bagi-Nya. (Ar Ruum:27) merujuk kepada makhluk, yakni lebih memudahkan makhluk untuk dapat hidup kembali.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan bagi-Nyalah sifat Yang Mahatinggi di langit dan di bumi. (Ar Ruum:27)
Menurut Ali ibnu AbuTalhah, dari Ibnu Abbas, makna ayat ini sama dengan firman-Nya:
tidak ada sesuatu pun yang semisal dengan Dia. (Asy Syuura:11)
Qatadah mengatakan bahwa semisal dengan makna ayat ini ucapan “tidak ada Tuhan selain Dia dan tidak ada Rabb selain Dia.”
Dia Mahaperkasa, tidak terkalahkan dan tidak tertandingi, bahkan Dia mengalahkan segala sesuatu dan menundukkannya dengan kekuasaan dan pengaruh-Nya Yang Mahabijaksana dalam semua ucapan dan perbuatanNya dipandang dari segi mana pun.
Malik dalam tafsirannya sehubungan dengan makna ayat ini melalui riwayat Muhammad ibnul Munkadir yang bersumber darinya menyebutkan bahwa firman-Nya: Dan bagi-Nyalah sifat Yang Mahatinggi. (Ar Ruum:27) semakna dengan kalimat “Tidak ada Tuhan selain Allah.”
Tafsir Ayat:
وَهُوَ الَّذِي يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ وَهُوَ “Dan Dialah yang menciptakan manusia dari permulaan, kemudian mengembalikan (menghidupkan)nya kembali, dan ia.” Maksudnya, dan Dia menghidupkannya kembali sesudah kematian mereka أَهْوَنُ عَلَيْهِ “adalah lebih mudah bagiNya,” daripada memulai penciptaan mereka. Ini bila dilihat dari kacamata akal dan pikiran. Maka apabila Dia kuasa memulai penciptaan yang kalian akui itu, maka kekuasaanNya untuk meng-ulangi (menghidupkan kembali) yang lebih mudah itu adalah tentu lebih mudah dan lebih mudah lagi!
Setelah Allah menjelaskan tanda-tandaNya yang sangat luar biasa yang bisa diambil pelajarannya oleh orang-orang yang mengambil pelajaran, diingat oleh orang-orang Mukmin dan diambil analisa oleh orang-orang yang mendapat petunjuk, maka Allah menjelaskan perkara yang sangat besar dan tuntutan yang sangat agung, seraya berfirman, وَلَهُ الْمَثَلُ الأعْلَى فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ “Dan bagiNyalah sifat yang Mahatinggi di langit dan bumi,” maksudnya, al-Matsal al-A’la adalah segala sifat kesempurnaan, dan kesempurnaan (secara maksimal) dari sifat tersebut, kecintaan dan inabah yang penuh lagi sempurna di dalam hati hamba-hambaNya yang tulus, dzikir yang mulia dan ibadah dari mereka. Jadi, al-matsal al-a`lâ adalah sifatNya yang tertinggi dan apa yang menjadi konsekuensinya. Maka dari itu para ahli ilmu menggunakan Qiyasul-aulâ (analogi lebih berhak) dalam hak Allah Sang Pencipta, maka mereka mengatakan, “Semua sifat kesempurnaan yang ada pada makhluk, maka Penciptanya lebih berhak memiliki sifat tersebut dengan catatan: Tidak ada seorang pun yang menyekutuiNya. Dan setiap sifat kelemahan (kekurangan) yang ada pada makhluk, maka Allah suci darinya.” Karena kesucian Sang Khaliq dari sifat lemah tersebut adalah lebih utama dan lebih pantas. وَهُوَ الْعَزِيزُ الحكيم “Dan Dialah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” Maksudnya, kepunyaanNyalah keperkasaan yang sempurna, kebijaksanaan yang Mahaluas. Dengan keperkasaanNya Dia menciptakan semua makhluk ini dan Dia menampakkan apa saja yang diperintahkanNya, dan dengan hikmahNya Dia menciptakan dengan rapi, teliti dan sempurna apa yang diciptakanNya, dan benar-benar sangat baik apa yang disyariatkanNya.
Hari kebangkitan bukanlah sesuatu yang mustahil bagi Allah, sebab dialah yang memulai penciptaan manusia dari tidak ada kemudian mengulanginya dengan membangkitkan kembali menjadi makhluk yang baru, dan yang demikian itu menurut akalmu, wahai orang-orang kafir, mestinya lebih mudah bagi-Nya. Hanya bagi-Nya sifat yang mahatinggi di langit dan di bumi sebagai tuhan yang maha esa, tidak ada yang serupa dengan-Nya, dan penyandang segala kesempurnaan. Dan dia yang mahaperkasa tanpa tandingan, mahabijaksana dalam penciptaan dan pengurusan-Nya. 28. Usai menjelaskan keesaan dan kekuasaan-Nya melalui bukti-bukti nyata yang bisa dilihat oleh mata manusia, kemudian pada ayat ini Allah menguatkan bukti-bukti itu dengan menampilkan contoh konkret yang menyentuh logika manusia. Dia membuat perumpamaan bagimu dari dirimu sendiri agar kamu hanya mengabdi kepada-Nya dan tidak menyekutukan-Nya. Apakah kamu rela jika ada di antara hamba sahaya yang kamu miliki menjadi sekutu bagimu dalam memiliki rezeki yang telah kami berikan kepadamu, sehingga kamu menjadi setara dengan mereka dalam hal kepemilikan ini, padahal sejatinya posisi hamba sahaya itu bagimu sama dengan harta lain yang kamu miliki, lalu kamu takut kepada mereka sebagaimana kamu takut kepada sesamamu’ tentu tidak. Adalah tidak tepat menyamakan dua hal yang sejatinya sangat berbeda, yaitu antara budak dengan orang merdeka, apalagi antara Allah dengan hamba-Nya. Demikianlah kami jelaskan ayat-ayat itu bagi kaum yang mengerti, yaitu mereka yang mau menggunakan akalnya untuk berpikir.
Ar-Rum Ayat 27 Arab-Latin, Terjemah Arti Ar-Rum Ayat 27, Makna Ar-Rum Ayat 27, Terjemahan Tafsir Ar-Rum Ayat 27, Ar-Rum Ayat 27 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Ar-Rum Ayat 27
Tafsir Surat Ar-Rum Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)