{29} Al-‘Ankabut / العنكبوت | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | لقمان / Luqman {31} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Ar-Rum الروم (Bangsa Romawi) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 30 Tafsir ayat Ke 32.
مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ وَكَانُوا شِيَعًا ۖ كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ فَرِحُونَ ﴿٣٢﴾
minallażīna farraqụ dīnahum wa kānụ syiya’ā, kullu ḥizbim bimā ladaihim fariḥụn
QS. Ar-Rum [30] : 32
yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka.
Janganlah kamu termasuk orang-orang yang mempersekutukan Allah, pengusung hawa nafsu dan bid’ah dalam agama yang mengganti agama dan merubahnya, mengambil sebagian dan meninggalkan sebagian yang lain, hanya untuk mengikuti hawa nafsu mereka. Sehingga mereka terbelah menjadi aliran-aliran dan kelompok-kelompok, mereka menginduk kepada tokoh-tokoh mereka, aliran-aliran dan pendapat-pendapat mereka, sebagian membantu sebagian yang lain di atas kebatilan. Masing-masing aliran berbahagia dan berbangga dengan apa yang dimilikinya, menetapkan atas diri mereka bahwa mereka di atas kebenaran, sedangkan yang selain mereka di atas kebatilan.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka. (Ar Ruum:32)
Janganlah kalian menjadi seperti orang-orang musyrik yang telah memecah belah agama mereka, yakni mengganti dan mengubahnya, serta beriman kepada sebagiannya dan ingkar kepada sebagian yang lainnya.
Sebagian ulama membacanya “فَارَقُوا دِينَهُمْ” yang artinya menjadi seperti berikut, bahwa mereka meninggalkan agamanya di belakang punggung mereka. Mereka adalah seperti orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Majusi, para penyembah berhala serta para pemeluk agama yang batil lainnya, selain agama Islam. Seperti yang disebutkan oleh firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang memecah belah agamanya dan mereka (terpecah) menjadi beberapa golongan, tidak ada sedikit pun tanggung jawabmu terhadap mereka. Sesungguhnya urusan mereka hanyalah (terserah) kepada Allah. (Al An’am:159), hingga akhir ayat.
Agama-agama lain sebelum agama kita berselisih pendapat di antara sesamanya menjadi beberapa golongan yang masing-masing berpegang kepada pendapat-pendapat dan prinsip-prinsip yang batil. Setiap golongan mengira bahwa dirinyalah yang benar. Umat kita berselisih pendapat pula di antara sesama mereka menjadi beberapa golongan. Semuanya sesat kecuali satu golongan, mereka adalah ahli sunnah wal jama’ah yang berpegang teguh kepada Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya, serta berpegang kepada apa yang biasa diamalkan di abad pertama Islam, yaitu di masa para sahabat, para tabi’in, dan para Imam kaum muslim, sejak zaman dahulu hingga masa sekarang.
Imam Hakim telah meriwayatkan di dalam kitab Mustadrak-nya, bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah ditanya tentang golongan yang selamat di antara golongan-golongan itu. Maka beliau bersabda:
Yaitu orang-orang yang berpegang kepada apa yang biasa diamalkan olehku sekarang dan juga (yang biasa diamalkan) oleh para sahabatku.
Kemudian Allah menjelaskan kondisi orang-orang musyrikin dengan nada mencela dan memburuk-burukkannya, seraya berfirman, مِنَ الَّذِينَ فَرَّقُوا دِينَهُمْ “Yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka,” padahal agama itu hanya satu, yaitu ketulusan ibadah hanya kepada Allah saja; sedangkan mereka, kaum musyrikin memecah belahnya. Di antara mereka ada yang menyembah patung dan berhala, dan ada pula yang menyembah matahari dan bulan, dan ada juga di antara mereka yang menyembah para wali dan orang-orang shalih, dan di antara mereka adalah orang-orang Yahudi, dan ada pula orang-orang Nasrani. Maka dari itu Allah berfirman, وَكَانُوا شِيَعًا “Dan mereka menjadi beberapa golongan,” maksudnya, setiap kelompok dari kelompok-kelompok kesyirikan itu tersesat dan fanatik untuk membela kebatilan yang mereka anut, menentang dan memerangi selain mereka, كُلُّ حِزْبٍ بِمَا لَدَيْهِمْ”Tiap-tiap golongan, dengan apa yang ada pada mereka,” berupa ilmu yang menyalahi ilmu para rasul, فَرِحُونَ “mereka bangga,” dengannya, mereka mengklaim bahwa apa yang mereka anut itulah yang haq (benar), dan bahwa orang-orang selain mereka berada di atas kebatilan.
Dalam uraian di atas terdapat peringatan untuk kaum Muslimin agar tidak tercerai berai dan terpecah-belah menjadi bergolong-golongan seperti mereka; setiap golongan fanatik dengan kebenaran dan kebatilan yang mereka miliki. Kalau demikian maka mereka (kaum Muslimin) menjadi serupa dengan kaum musyrikin dalam berpecah belah. Sesungguhnya agama itu satu, rasul pun satu, sembahan (ilah) juga satu, dan kebanyakan permasalahan agama telah menjadi ijma’ di antara para ahli ijtihad dan para pemuka agama, sedangkan ukhuwwah imaniyah telah diikat kuat oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ dengan sekuat-kuat ikatan, lalu bagaimana bisa semua itu dibatalkan, kemudian dibangun perpecahan dan pertikaian di antara kaum Muslimin dikarenakan beberapa permasalahan yang rumit atau masalah furu’ khilafiyah yang karenanya sebagian mem-vonis sesat sebagian yang lain, dan sebagian membedakan diri dengannya dari kelompok lain? Tidakkah semua ini merupakan adu domba terbesar setan dan angan-angannya yang paling besar yang dengannya ia memperdaya kaum Muslimin? Tidakkah mengupayakan persatuan kalimat (kesatuan) mereka dan memberantas pertikaian yang ada pada mereka, (pertikaian) yang dibangun di atas prinsip yang palsu itu merupakan jihad yang paling utama fi sabilillah dan merupakan amal yang paling afdhal yang dapat mendekatkan diri kepada Allah?
Setelah Allah memerintahkan berinabah kepadaNya, sedangkan yang diperintahkan darinya adalah inabah yang bersifat sukarela, yaitu yang terjadi dalam kondisi sulit dan mudah, kondisi lapang dan sempit, maka Dia menjelaskan inabah yang bersifat terpaksa, yaitu yang tidak akan ada bersama manusia kecuali pada saat kesempitan dan kesulitan. Lalu, apabila kesempitan itu sudah tidak ada padanya, maka dia membuang inabah itu ke belakang punggungnya. Dan hal seperti ini tidak berguna. Allah berfirman,
وَإِذَا مَسَّ النَّاسَ ضُرٌّ دَعَوْا رَبَّهُمْ مُنِيبِينَ إِلَيْهِ ثُمَّ إِذَا أَذَاقَهُمْ مِنْهُ رَحْمَةً إِذَا فَرِيقٌ مِنْهُمْ بِرَبِّهِمْ يُشْرِكُونَ * لِيَكْفُرُوا بِمَا آتَيْنَاهُمْ فَتَمَتَّعُوا فَسَوْفَ تَعْلَمُونَ * أَمْ أَنْزَلْنَا عَلَيْهِمْ سُلْطَانًا فَهُوَ يَتَكَلَّمُ بِمَا كَانُوا بِهِ يُشْرِكُونَ
“Dan apabila manusia disentuh oleh suatu bahaya, mereka menyeru Rabbnya dengan kembali bertaubat kepadaNya, kemudian apabila Dia merasakan kepada mereka barang sedikit rahmat dari-Nya, tiba-tiba sebagian dari mereka mempersekutukan Rabbnya, sehingga mereka mengingkari rahmat yang telah Kami berikan kepada mereka. Maka bersenang-senanglah kamu sekalian, kelak kamu akan mengetahui. Atau pernahkah Kami menurunkan kepada mereka keterangan, lalu keterangan itu menunjukkan (kebenaran) apa yang selalu mereka persekutukan dengan Rabb?” (QS. Ar-Rum: 33-35).
Janganlah kamu termasuk kaum musyrik, yaitu orang-orang yang memecah belah agama mereka dengan cara meninggalkan agama tauhid dan menganut berbagai kepercayaan menurut hawa nafsu mereka, dan mereka menjadi beberapa golongan dengan agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Setiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka, meskipun itu menyimpang dari agama yang benar. 33. Usai menguraikan dalil-dalil tauhid, pada rangkaian ayat berikut ini Allah beralih menerangkan sifat buruk orang-orang musyrik dan kafir. Dan apabila manusia, yakni orang musyrik atau kafir, ditimpa oleh suatu bahaya atau musibah, mereka menyeru tuhannya dengan berdoa dan kembali bertobat kepada-Nya, kemudian apabila dia memberikan sedikit rahmat-Nya kepada mereka dengan membebaskan mereka dari bahaya atau musibah, tiba-tiba sebagian mereka mempersekutukan Allah kembali, sedangkan yang lain benar-benar bertobat.
Ar-Rum Ayat 32 Arab-Latin, Terjemah Arti Ar-Rum Ayat 32, Makna Ar-Rum Ayat 32, Terjemahan Tafsir Ar-Rum Ayat 32, Ar-Rum Ayat 32 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Ar-Rum Ayat 32
Tafsir Surat Ar-Rum Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)