{30} Ar-Rum / الروم | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | السجدة / As-Sajdah {32} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Luqman لقمان (Keluarga Luqman) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 31 Tafsir ayat Ke 19.
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ ۚ إِنَّ أَنْكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ ﴿١٩﴾
waqṣid fī masy-yika wagḍuḍ min ṣautik, inna angkaral-aṣwāti laṣautul-ḥamīr
QS. Luqman [31] : 19
Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
Berjalanlah dengan rendah hati, rendahkanlah suaramu dan jangan meninggikannnya, sesungguhnya suara yang paling buruk dan paling dibenci adalah suara keledai yang terkenal dengan kedunguan dan suaranya yang melengking jelek.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan sederhanalah kamu dalam berjalan. (Luqman:19)
Maksudnya, berjalanlah kamu dengan langkah yang biasa dan wajar, tidak terlalu lambat dan tidak terlalu cepat, melainkan pertengahan di antara keduanya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan lunakkanlah suaramu. (Luqman:19)
Janganlah kamu berlebihan dalam bicaramu, jangan pula kamu keraskan suaramu terhadap hal yang tidak ada faedahnya. Karena itulah disebut dalam firman berikutnya:
Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. (Luqman:19)
Mujahid dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang mengatakan, sesungguhnya suara yang paling buruk ialah suara keledai, yakni suara yang keras berlebihan itu diserupakan dengan suara keledai dalam hal keras dan nada tingginya, selain itu suara tersebut tidak disukai oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Adanya penyerupaan dengan suara keledai ini menunjukkan bahwa hal tersebut diharamkan dan sangat dicela, karena Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Tiada pada kita suatu perumpamaan buruk terhadap orang yang mengambil kembali hibahnya (melainkan) seperti anjing yang muntah, lalu ia memakan lagi muntahannya.
Imam Nasai dalam tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Qutaibah ibnu Sa’id, telah menceritakan kepada kami Al-Lais, dari Ja’far ibnu Rabi’ah, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Apabila kalian mendengar suara kokokan ayam jago, maka mohonlah kepada Allah sebagian dari karunia-Nya. Dan apabila kalian mendengar suara lengkingan keledai, maka mohonlah perlindungan kepada Allah dari gangguan setan, karena sesungguhnya keledai itu sedang melihat setan.
Jamaah yang lainnya —kecuali Ibnu Majah— telah mengetengahkan hadis ini melalui berbagai jalur dari Ja’far ibnu Rabi’ah dengan sanad yang sama. Dan di dalam sebagian teksnya disebutkan kalimat ‘di malam hari’. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
Itulah wasiat-wasiat yang sangat bermanfaat yang dikisahkan oleh Al-Qur’anul Karim mengenai Luqmanul Hakim. Telah diriwayatkan pula dari Luqman hikmah-hikmah dan nasihat-nasihat lainnya yang cukup banyak. Berikut ini akan dikemukakan sebagian darinya sebagai contoh dan pelajaran.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Sufyan, telah menceritakan kepadaku Nahsyal ibnu Majma’ud Dabbi, dari Quza’ah, dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bercerita tentang Luqman kepada para sahabatnya. Beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sesungguhnya Luqmanul Hakim pernah mengatakan bahwa sesungguhnya Allah itu apabila dititipi sesuatu pasti Dia pelihara.
Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’id Al-Asyaj, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Yunus, dari Al-Auza’i, dari Musa ibnu Sulaiman, dari Al-Qasim ibnu Mukhaimirah, bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Luqmanul Hakim berkata kepada putranya saat ia menasihatinya, “Hai Anakku, janganlah kamu meminta-minta karena sesungguhnya perbuatan ini menjadikan ketakutan di malam hari dan kehinaan di siang hari.
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Usman ibnu Damrah, telah menceritakan kepada kami As-Sari ibnu Yahya yang mengatakan bahwa Luqman pernah mengatakan kepada anaknya, “Hai Anakku, sesungguhnya hikmah itu dapat menghantarkan orang-orang miskin kepada kedudukan para raja.”
Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdah ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman Al-Mas’udi, dari Aun ibnu Abdullah yang mengatakan bahwa Luqman berkata kepada anaknya, “Hai Anakku, apabila kamu mendatangi tempat berkumpulnya suatu kaum, maka lemparkanlah kepada mereka anak panah Islam—yakni ucapan salam—, kemudian duduklah di tempat mereka. Janganlah kamu berbicara sebelum kamu lihat mereka telah berbicara semuanya. Dan apabila mereka membicarakan tentang zikrullah, maka tangguhkanlah anak panahmu bersama mereka (yakni jangan kamu pergi meninggalkan mereka). Dan jika ternyata mereka membicarakan hal selain zikrullah, maka beranjaklah kamu dari mereka dan bergabunglah dengan kaum yang lain.”
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Amr ibnu Usman ibnu Sa’id ibnu Kasir ibnu Dinar, telah menceritakan kepada kami Damrah, dari Hafs ibnu Umar yang menceritakan bahwa Luqman meletakkan sekantong biji sawi di sisinya, lalu ia menasihati anaknya dengan suatu nasihat seraya mengeluarkan biji sawinya sebiji demi sebiji hingga habislah semua biji sawi kantungnya dikeluarkan. Lalu Luqman berkata, “Hai Anakku, sesungguhnya aku telah menasihatimu dengan suatu nasihat yang seandainya ditujukan kepada sebuah bukit niscaya bukit itu akan terbelah.” Maka saat itu juga terbelahlah anak Luqman.
Abul Qasim At-Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdul Baqi Al-Masisi, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Abdur Rahman Al-Khuza’i, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abdur Rahman At-Taraifi, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Sufyan Al-Maqdisi, dari Khalifah ibnu Salam, dari Ata ibnu Abu Rabah, dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Pakailah oleh kalian orang-orang yang berkulit hitam, karena sesungguhnya ada tiga orang dari kalangan mereka yang menjadi penghulu ahli surga, yaitu Luqmanul Hakim, An-Najasyi, dan Bilal juru azan.
Imam Tabrani mengatakan, yang dimaksud dengan orang yang berkulit hitam dalam hadis ini ialah orang-orang Abesenia.
#Sebuah Pasal tentang Rendah Diri dan Tidak Ingin Terkenal
Pembahasan ini berkaitan dengan wasiat Luqmanul Hakim kepada putranya. Al-Hafiz Abu Bakar Ibnu Abud Dunia telah menghimpun sebuah kitab tersendiri yang membahas mengenainya. Berikut ini akan diketengahkan sebagian dari kandungan intinya.
Ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnul Munzir, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Musa Al-Madani, dari Usamah ibnu Zaid ibnu Hafs ibnu Abdullah ibnu Anas, dari kakeknya (yaitu Anas ibnu Malik), yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Banyak dijumpai orang yang rambutnya berdebu, berpakaian tambal sulam yang terusir dari pintu rumah orang-orang. Apabila ia memohon kepada Allah, niscaya Allah mengabulkannya.
Kemudian Ibnu Abud Dunia meriwayatkannya melalui Ja’far ibnu Sulaiman, dari Sabit dan Ali ibnu Zaid, dari Anas, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu disebutkan hadis yang semisal, dan di akhirnya ada tambahan, yaitu:
di antara mereka adalah Al-Barra ibnu Malik.
Dia telah meriwayatkan pula melalui Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Beruntunglah orang-orang yang bertakwa lagi kaya, yaitu mereka yang apabila hadir tidak dikenal dan bila tidak hadir tidak ada yang mencarinya. Mereka bagaikan pelita-pelita (yang bersinar cemerlang) lagi terbebas dari semua fitnah yang kotor lagi kacau.
Abu Bakar ibnu Sahl At-Tamimi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Abu Maryam, telah menceritakan kepada kami Nafi’ ibnu Yazid, dari Iyasy Ibnu Abbas, dari Isa ibnu Abdur Rahman, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, dari Umar r.a. yang menceritakan bahwa saat memasuki masjid ia bersua dengan Mu’az ibnu Jabal r.a. yang sedang menangis di sisi kuburan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka Umar bertanya, “Apakah yang menyebabkan kamu menangis, hai Mu’az?” Mu’az menjawab, bahwa ia teringat akan hadis Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang ia dengar langsung darinya, yaitu: Sesungguhnya sedikit ria (pamer) merupakan perbuatan musyrik, dan sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertakwa, tidak dikenal lagi kaya, yaitu mereka yang apabila tidak hadir tiada orang yang mencarinya, dan apabila hadir tidak dikenal. Hati mereka bagaikan pelita pemberi petunjuk, mereka selamat dari semua fitnah yang kotor lagi gelap.
Telah menceritakan kepada kami Al-Walid ibnu Syuja’, telah menceritakan kepada kami Ganam ibnu Ali, dari Humaid ibnu Ata Al-A’raj, dari Abdullah ibnul Haris, dari Abdullah ibnu Mas’ud r.a., dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Banyak dijumpai orang yang berpakaian tambal sulam tidak diindahkan. Seandainya dia berdoa kepada Allah, niscaya Allah mengabulkannya. Seandainya dia berdoa, “Ya Allah, sesungguhnya saya memohon kepada-Mu surga, “niscaya Allah akan memberinya surga, tetapi Allah tidak memberinya bagian dari duniawi barang sedikit pun.
Abu Bakar ibnu Sahl At-Tamimi mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, dari Al-A’masy,dari Salim ibnu Abul Ja’d yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Sesungguhnya di antara umatku terdapat seseorang yang seandainya dia mendatangi pintu rumah seseorang dari kalian untuk meminta dinar atau dirham atau uang recehan, pastilah dia tidak diberi. Dan seandainya dia meminta surga kepada Allah, tentulah Allah akan memberinya surga. Dan seandainya dia meminta bagian duniawi kepada-Nya, Allah tidak akan memberinya, dan tiadalah Allah menolaknya meminta dunia, melainkan karena duniawi itu tiada arti baginya. Dia berpakaian tambal sulam lagi tidak diindahkan (tidak dikenal), seandainya dia bersumpah atas nama Allah, tentulah dia menunaikannya.
Ditinjau dari segi sanadnya hadis ini berpredikat mursal.
Dia mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Auf yang mengatakan bahwa Abu Hurairah r.a. pernah mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Sesungguhnya di antara raja-raja surga terdapat (dari kalangan) orang (yang sewaktu di dunia) rambutnya awut-awutan lagi berdebu, berpakaian tambal sulam, lagi tidak dikenal. Yaitu mereka yang apabila meminta izin untuk menemui amir pasti tidak diberi izin masuk, dan apabila melamar wanita pasti tidak diterima, dan apabila berbicara ucapannya tidak didengar, kebutuhan seseorang dari mereka bertumpang tindih tersimpan dalam hatinya. Seandainya cahaya dia kelak di hari kiamat dibagikan kepada semua manusia, niscaya dapat memuat mereka.
#Bab Hadis-Hadis yang Membahas tentang Syuhrah (ketenaran)
Abu Bakar ibnu Sahl At-Tamimi telah meriwayatkan pula melalui hadis Ubaidillah Ibnu Zahr, dari Ali ibnu Zaid, dari Al-Qasim, dari Abu Umamah secara marfu’: Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Di antara kekasih-kekasih-Ku yang paling disukai di sisi-Ku ialah orang mukmin yang rendah diri, banyak mengerjakan salat, beribadah kepada Tuhannya dengan baik dan taat kepada-Nya secara sembunyi-sembunyi, dan tidak dikenal di kalangan manusia, bukan termasuk orang yang menjadi perhatian orang banyak,” jika dia sabar dalam melakukan hal tersebut. Kemudian Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berisyarat dengan tangannya dan bersabda: Maut datang cepat menjemputnya, ahli warisnya sedikit dan sedikit pula orang yang menangisi kepergiannya.
Diriwayatkan dari Abdullah ibnu Amr yang mengatakan bahwa hamba yang paling disukai oleh Allah ialah orang-orang yang terasing. Ketika ditanyakan, “Siapakah yang dimaksud dengan orang-orang yang terasing itu?” Abdullah ibnu Amr menjawab, “Orang-orang yang lari menyelamatkan agamanya, kelak mereka dihimpunkan di hari kiamat bersama Isa putra Maryam.”
Al-Fudail ibnu Iyad mengatakan, “Telah sampai kepadaku suatu berita yang mengatakan bahwa kelak di hari kiamat Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman kepada hamba-Nya, ‘Bukankah Aku telah menyenangkanmu, bukankah Aku telah memberimu, bukankah Aku telah menutupimu, dan bukankah Aku telah menjadikan baik sehutanmu?’.” Kemudian Al-Fudail mengatakan, “Jika engkau mampu untuk tidak dikenal, lakukanlah. Tidaklah membahayakan dirimu bila dirimu tidak dipuji, dan tidaklah membahayakanmu bila kamu dicela di mata manusia, tetapi disukai di sisi Allah.”
Ibnu Muhairiz sering mengatakan dalam doanya, “Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu untuk tidak dikenal.”
Khalil ibnu Ahmad sering mengucapkan doa berikut, “Ya Allah, jadikanlah diriku di sisi-Mu termasuk orang yang paling tinggi di kalangan makhluk-Mu, dan jadikanlah aku menurut pandangan diriku termasuk orang yang paling rendah di kalangan makhluk-Mu, dan menurut pandangan orang lain termasuk orang yang paling pertengahan di kalangan makhluk-Mu.”
Abu Bakar ibnu Sahl At-Tamimi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Isa Al-Masri, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, dari Umar ibnul Haris dan Ibnu Lahi’ah, dari Yazid ibnu Abu Habib, dari Sinan ibnu Sa’d, dari Anas, dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Cukuplah keburukan bagi seseorang, terkecuali orang yang dipelihara oleh Allah, bila ia menjadi seorang yang menjadi pusat perhatian orang-orang lain dalam hal agama dan dunianya. Dan sesungguhnya Allah tidak akan memandang kepada rupa kalian, tetapi kepada hati dan amal perbuatan kalian.
Dia telah meriwayatkan hal yang semisal dari Ishaq ibnu Bahlul, dari Ibnu Abu Fudaik, dari Muhammad ibnu Abdul Wahid Al-Akhnasi, dari Abdul Wahid ibnu Abu Kasir, dari Jabir ibnu Abdullah secara marfu’ dengan lafaz yang semisal.
Ia meriwayatkan pula dari Al-Hasan hal yang semisal. Maka dikatakan kepada Al-Hasan, “Bukankah engkau termasuk orang yang menjadi pusat perhatian orang banyak?” Maka Al-Hasan menjawab, bahwa sesungguhnya yang dimaksud dengan ketenaran yang tercela dalam hadis ini ialah orang yang tenar dengan bid’ahnya dalam agamanya dan fasik dalam masalah dunianya.
Diriwayatkan melalui Ali r.a., bahwa ia telah mengatakan, “Janganlah kamu berusaha untuk menjadi orang yang tenar, dan janganlah kamu angkat dirimu untuk menjadi buah bibir dan terkenal. Tetapi diamlah dan jangan banyak bicara, niscaya kamu selamat, maka kamu akan membuat senang orang-orang yang bertakwa dan menjengkelkan orang-orang yang durhaka.”
Ibrahim ibnu Adam telah mengatakan bahwa bukanlah termasuk orang yang percaya kepada Allah seseorang yang menyukai ketenaran.
Ayyub mengatakan, tidaklah seorang hamba percaya kepada Allah, melainkan bila ia merasa senang jika ia dijadikan orang yang tidak mengetahui kedudukan dirinya.
Muhammad ibnul Ala telah mengatakan bahwa barang siapa yang cinta kepada Allah, maka Allah menjadikannya orang yang suka bila tidak dikenal oleh orang banyak.
Sammak ibnu Salamah telah mengatakan, janganlah engkau menjadi orang yang mempunyai banyak teman dekat.
Aban ibnu Usman telah mengatakan bahwa jika kamu menginginkan agar selamat dalam memegang agamamu, maka persedikitlah kenalan-kenalanmu.
Disebutkan bahwa Abul Aliyah apabila duduk di majelisnya sebanyak tiga orang lebih, maka ia bangkit dan pergi meninggalkan mereka.
Telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Ja’d, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Auf, dari Abu Raja yang menceritakan bahwa Talhah melihat suatu kaum berjalan bersamanya, maka ia berkata, “Mereka adalah para pemburu ketamakan dan bagaikan kupu-kupu yang menjerumuskan dirinya ke dalam api.”
Ibnu Idris telah meriwayatkan dari Harun ibnu Abu Isa, dari Salim ibnu Hanzalah yang menceritakan, “Ketika kami berada di sekeliling ayahku, tiba-tiba Umar ibnul Khattab memukulnya dengan cambuk seraya berkata, ‘Sesungguhnya keadaan seperti ini berakibat kehinaan bagi orang yang diikuti dan menjadi fitnah bagi orang yang mengikutinya’.”
Ibnu Aun telah meriwayatkan dari Al-Hasan, bahwa Ibnu Mas’ud keluar dan diikuti oleh sejumlah orang banyak. Maka Ibnu Mas’ud berkata, “Demi Allah, seandainya kalian mengetahui apa yang tersimpan di balik pintu rumahku yang terkunci, pasti tidak akan ada dua orang pun dari kalian yang mengikutiku.”
Abdur Razzaq telah meriwayatkan dari Ma’mar, bahwa Ayyub kelihatan memakai baju gamis yang berlengan panjang, maka ditanyakan kepadanya mengenai hal tersebut, lalu ia menjawab, “Sesungguhnya ketenaran di masa lalu terletak pada pakaian baju gamis yang berlengan panjang, tetapi sekarang terletak pada pakaian yang berlengan pendek.” Pada suatu waktu Ayyub membuat sepasang terompah yang serupa dengan terompah milik Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu ia memakainya selama beberapa hari, kemudian mencabutnya (menanggalkannya) dan mengatakan, “Aku tidak melihat ada orang lain yang memakai terompah seperti ini.”
Ibrahim An-Nakha’i telah mengatakan, “Janganlah kamu memakai pakaian yang membuat dirimu disangka sebagai orang-orang yang terkemuka, dan jangan pula kamu berpakaian yang membuat orang lain merendahkan dirimu.”
As-Sauri mengatakan bahwa di masa lalu orang-orang tidak menyukai pakaian yang bagus-bagus yang menyebabkan pemakainya terkenal dan menjadi pusat perhatian orang banyak, tidak pula menyukai pakaian jelek yang menyebabkan pemakainya dipandang hina dan penghayatan agamanya direndahkan.
Telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Khaddasy, telah menceritakan kepada kami Hammad, dari Abu Hasanah (teman Az-Ziyadi) yang telah menceritakan, “Ketika kami berada di majelis Abu Qilabah, tiba-tiba masuklah seorang lelaki yang berpakaian necis dan mewah, maka Abu Qilabah berkata, ‘Janganlah kalian meniru keledai yang banyak melengking ini’.”
Al-Hasan mengatakan, sesungguhnya ada suatu kaum yang di dalam kalbu mereka penuh dengan rasa takabur, dan pakaian mereka berpenampilan rendah diri (sederhana). Dalam keadaan seperti ini orang yang berpakaian sederhana lebih takabur ketimbang orang yang berpakaian mewah, tetapi tidak takabur hatinya.
Di dalam salah satu kisah terdahulu disebutkan bahwa Musa a.s. pernah berkata kepada kaum Bani Israil, “Mengapa kalian datang kepadaku dengan berpakaian seperti rahib, padahal hati kalian bagaikan hati serigala. Berpakaianlah seperti raja, tetapi lunakkanlah hati kalian dengan rasa takut (kepada Tuhan).”
#Sebuah Pasal tentang Akhlak yang Baik
Abut Tayyah telah meriwayatkan dari Anas r.a. hadis berikut: Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ adalah orang yang paling baik akhlaknya.
Diriwayatkan pula dari Ata, dari Ibnu Umar, bahwa pernah ditanyakan kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Wahai Rasulullah, manakah orang mukmin yang paling utama?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Orang yang paling baik akhlaknya dari mereka.
Diriwayatkan dari Nuh ibnu Abbad, dari Sabit, dari Anas secara marfu’: Sesungguhnya seorang hamba benar-benar dapat mencapai tingkatan yang tinggi di akhirat dan kedudukan yang mulia berkat akhlaknya yang baik, padahal sesungguhnya ia lemah dalam hal ibadah. Dan sesungguhnya dia benar-benar dijerumuskan ke dalam dasar Jahanam karena keburukan akhlaknya, walaupun dia adalah seorang ahli ibadah.
Diriwayatkan dari Sinnan ibnu Harun, dari Humaid, dari Anas secara marfu’: Akhlak yang baik memborong semua kebaikan dunia dan akhirat.
Diriwayatkan dari Siti Aisyah secara marfu’: Sesungguhnya seorang hamba benar-benar dapat mencapai derajat orang yang selalu salat di malam hari dan puasa di siang harinya berkat kebaikan akhlaknya.
Ibnu Abud Dunia mengatakan, telah menceritakan kepadaku Abu Muslim Abdur Rahman ibnu Yunus, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Idris, telah menceritakan kepadaku ayahku dan pamanku, dari kakekku, dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah ditanya tentang amal perbuatan yang banyak memasukkan orang ke dalam surga, maka beliau menjawab: Takwa kepada Allah dan akhlak yang baik. Beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah pula ditanya tentang amal perbuatan yang paling banyak memasukkan manusia ke dalam neraka. Beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Dua lubang, yaitu mulut dan kemaluan.
Usamah ibnu Syarik menceritakan bahwa ketika ia berada di sisi Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, tiba-tiba datanglah orang-orang Badui dari setiap daerah pedalaman, lalu mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah anugerah terbaik yang diperoleh manusia?” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Akhlak yang baik.
Ya’la ibnu Samak telah meriwayatkan dari Ummu Darda, dari Abu Darda yang menyampaikan hadis ini, bahwa tiada sesuatu amal pun yang lebih berat dalam neraca timbangan amal perbuatan selain dari akhlak yang baik.
Telah diriwayatkan pula dari Masruq, dari Abdullah ibnu Amr secara marfu’: Sesungguhnya orang yang terbaik di antara kalian ialah orang yang paling baik akhlaknya.
Telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abud Badr, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid, dari Muhammad ibnu Abu Sarah, dari Al-Hasan ibnu Ali yang menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: Sesungguhnya Allah benar-benar memberi seorang hamba pahala berkat kebaikan akhlaknya, sebagaimana Dia memberi pahala kepada seorang mujahid di jalan Allah, pahala berlimpahan baginya di setiap pagi dan petang.
Diriwayatkan dari Mak-hul, dari Abu Sa’labah secara marfu’: Sesungguhnya orang yang paling aku sukai dari kalian dan paling dekat kedudukannya denganku adalah orang-orang yang paling baik akhlaknya. Dan sesungguhnya orang yang paling aku benci dari kalian dan paling jauh kedudukannya dariku di surga nanti adalah orang-orang yang paling buruk akhlaknya, yaitu orang-orang yang banyak bicara, suka membual (menyakiti orang lain melalui lisannya), lagi angkuh.
Diriwayatkan dari Abu Uwais, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir secara marfu’: Maukah aku beri tahukan kepada kalian tentang orang yang paling sempurna imannya dari kalian? Yaitu orang-orang yang paling baik akhlaknya, lagi rendah diri, yaitu orang-orang yang disukai dan menyukai.
Al-Lais telah meriwayatkan dari Yazid ibnu Abdullah ibnu Usamah, dari Bakr ibnu Abul Furat yang telah menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Tidaklah Allah menjadikan baik bentuk dan akhlak seseorang, lalu membiarkannya dimakan api (neraka).
Diriwayatkan dari Abdullah ibnu Galib Al-Haddani, dari Abu Sa’id secara marfu’: Ada dua pekerti yang keduanya tidak dapat terhimpun di dalam diri seorang mukmin, yaitu kikir dan akhlak yang buruk.
Maimun ibnu Mahran telah meriwayatkan dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: Tiada suatu dosapun yang lebih besar di sisi Allah selain dari akhlak yang buruk. Dikatakan demikian karena pelakunya tidak sekali-kali terlepas dari suatu dosa, melainkan terjerumus ke dalam dosa itu di lain waktu.
Dia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Jahd, telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah Al-Ahmasi, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Ishaq, dari seorang lelaki dari kalangan kabilah Quraisy yang telah menceritakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Tiada Suatu Dosa yang besar disisi Allah selain dari akhlak yang buruk. Sesungguhnya akhlak yang baik itu benar-benar dapat melebur dosa-dosa, sebagaimana sinar mentari mencairkan salju. Dan sesungguhnya akhlak yang buruk itu benar-benar merusak amal (baik) sebagaimana cuka merusak madu.
Abdullah ibnu Idris telah meriwayatkan dari ayahnya, dari kakeknya, dari Abu Hurairah secara marfu’: Sesungguhnya kalian tidak akan dapat memikat hati manusia dengan harta kalian, tetapi kalian dapat memikat mereka dengan sikap wajah yang berseri dan akhlak yang baik.
Muhammad ibnu Sirin telah mengatakan bahwa akhlak yang baik menunjang agama.
#Sebuah Pasal mengenai Celaan terhadap Takabur
Alqamah telah meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud yang me-rafa’-kan hadis berikut: Tidak dapat masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat sifat takabur seberat biji sawi, dan tidak dapat masuk neraka seseorang yang di dalam hatinya terdapat iman seberat biji sawi.
Ibrahim ibnu Abu Ablah telah meriwayatkan dari Abu Salamah, dari Abdullah ibnu Amr secara marfu’: Barang siapa yang di dalam hatinya terdapat sifat takabur seberat biji sawi, Allah akan menjungkalkannya dengan muka di bawah ke dalam neraka.
Telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, dari Umar ibnu Rasyid, dari Iyas ibnu Salamah, dari ayahnya secara marfu’: Seseorang yang terus-menerus memperturutkan hawa nafsunya pada akhirnya ia akan dicatat di sisi Allah termasuk ke dalam orang-orang yang sewenang-wenang, kemudian dia akan ditimpa azab seperti azab yang menimpa mereka.
Malik ibnu Dinar telah menceritakan bahwa pada suatu hari Sulaiman ibnu Daud menaiki permadani terbang bersama dua ratus ribu tentara manusianya dan dua ratus ribu tentara jinnya. Lalu ia diangkat hingga mencapai ketinggian langit yang darinya ia dapat mendengar suara tasbih para malaikat. Kemudian ia diturunkan hingga telapak kakinya menyentuh air laut, lalu mereka mendengar suara (yang menyerukan), “Seandainya di dalam hati seseorang dari teman-teman kamu terdapat sifat takabur sebesar biji sawi, pastilah ia akan dibenamkan lebih jauh dari jarak saat ia diangkat tinggi.”
Telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Harun, dari Hammad ibnu Salamah, dari Sabit, dari Anas yang menceritakan bahwa khalifah Abu Bakar r.a. berkhotbah kepada kami, lalu ia menceritakan tentang permulaan kejadian manusia, hingga seseorang dari kami benar-benar merasa jijik terhadap dirinya sendiri karena ia keluar dari tempat keluarnya air seni sebanyak dua kali, kata Abu Bakar r.a.
Asy-Sya’bi mengatakan, “Barang siapa yang membunuh dua orang, maka dia termasuk orang yang sewenang-wenang,” lalu ia membacakan firman-Nya: Apakah kamu bermaksud hendak membunuhku, sebagaimana kamu kemarin telah membunuh seorang manusia? Kamu tidak bermaksud melainkan hendak menjadi orang yang berbuat sewenang-wenang di negeri (ini). (Al-Qasas: 19)
Al-Hasan telah mengatakan, bahwa sungguh mengherankan anak Adam itu, dia mencuci bekas kotorannya dengan tangannya sebanyak dua kali sehari, kemudian ia bersikap takabur (sombong) menyaingi Tuhan Yang Menguasai langit.
Telah menceritakan kepada kami Khalid ibnu Khaddasy, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, dari Ali ibnul Hasan, dari Ad-Dahhak ibnu Sufyan yang menceritakan hadis tentang perumpamaan keduniawian yang diserupakan dengan kotoran yang keluar dari perut anak Adam.
Al-Hasan telah meriwayatkan dari Yahya, dari Ubay yang mengatakan bahwa sesungguhnya makanan anak Adam sekalipun dibumbui dan digarami (keluarnya tetap menjadi kotoran).
Muhammad ibnul Husain ibnu Ali (salah seorang dari cucu Ali r.a.) pernah mengatakan bahwa tidaklah merasuk ke dalam hati seseorang sesuatu dari perasaan takabur, melainkan akalnya berkurang dalam kadar yang sama dengan takabur yang merasuk ke dalam hatinya itu.
Yunus ibnu Ubaid telah mengatakan, tiada takabur berbarengan dengan sujud, dan tiada nifaq berbarengan dengan tauhid.
Tawus memandang Umar ibnu Abdul Aziz yang sedang berjalan dengan langkah-langkah yang angkuh, demikian itu terjadi sebelum dia diangkat menjadi khalifah. Maka Tawus menotok lambungnya dengan jari telunjuknya seraya berkata, “Ini bukan cara jalan orang yang di dalam perutnya terdapat kotoran (tahi).” Maka Umar ibnu Abdul Aziz menjawab seraya meminta maaf kepadanya, “Hai paman, sesungguhnya semua anggota tubuhku telah kena pukul untuk mempelajari langkah ini hingga aku membiasakannya.”
Abu Bakar ibnu Abud Dunia telah mengatakan bahwa orang-orang Bani Umayyah memukuli anak-anak mereka sampai mereka biasa dengan langkah-langkah seperti itu.
#Sebuah Pasal tentang Sikap Angkuh
Diriwayatkan dari Ibnu Abu Laila, dari Ibnu Buraidah, dari ayahnya secara marfu’: Barang siapa yang menyeret kainnya dengan sikap sombong, maka Allah tidak mau melihatnya (kelak di hari kiamat).
Ibnu Abu Laila telah meriwayatkan yang semisal melalui Ishaq ibnu Ismail, dari Sufyan, dari Zaid ibnu Aslam, dari Ibnu Umar secara marfu’.
Telah menceritakan pula kepada kami Muhammad ibnu Bakkar, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Abuz Zanad, dari ayahnya, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah secara marfu’: Allah tidak akan memandang orang yang menyeret kainnya kelak di hari kiamat. Dan ketika seorang lelaki sedang melangkah dengan angkuhnya memakai baju burdah dua lapis seraya merasa besar diri, (tiba-tiba) Allah membenamkannya ke dalam tanah, dan dia terus terbenam ke dalam bumi sampai hari kiamat nanti.
Az-Zuhri telah meriwayatkan dari Salim, dari ayahnya, bahwa ketika seorang lelaki, hingga akhir hadis.
Tafsir Ayat:
وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ “Dan sederhanalah kamu dalam berjalan,” maksudnya, berjalanlah dengan tawadhu’ (merendahkan diri) dan tenang, tidak dengan angkuh dan sombong, dan juga bukan jalan pura-pura mati, وَاغْضُضْ مِنْ صَوْتِكَ “dan lunakkanlah suaramu,” sebagai etika terhadap orang lain dan terhadap Allah. إِنَّ أَنْكَرَ الأصْوَاتِ “Sesungguhnya seburuk-buruk suara,” yakni, yang paling keji dan paling norak لَصَوْتُ الْحَمِيرِ “ialah suara keledai,” kalau seandainya dalam meninggikan suara itu ada faidah dan maslahatnya, tentu Allah tidak mencontohkan dengan suara keledai yang telah dimaklumi kekejian dan kedunguannya.
Wasiat-wasiat yang dipesankan oleh Luqman kepada anak-nya ini menghimpun pokok-pokok hikmah dan mengharuskan adanya sesuatu yang belum disebutkan darinya. Setiap wasiat disertai dengan faktor-faktor yang mendorong untuk melakukannya jika wasiat itu berbentuk perintah, dan faktor pendorong untuk meninggalkannya jika wasiat itu berbentuk larangan, dan hal ini menunjukkan kepada apa yang telah kami sebutkan tentang tafsir hikmah, yaitu mengetahui hukum-hukum, hikmah-hikmahnya dan korelasi-korelasinya. Oleh karena itu, Allah memerintahkan pokok agama, yaitu tauhid, dan Allah melarangnya dari syirik, dan Allah menjelaskan kepadanya faktor yang mewajibkan meninggalkan syirik. Dan Dia juga memerintahkan berbakti kepada ibu dan bapak lalu Dia jelaskan pula sebab yang mewajibkan untuk berbakti kepada orang tua. Dan Allah memerintahkannya untuk bersyukur kepadaNya dan bersyukur kepada kedua ibu bapaknya, kemudian menggariskan bahwa letak berbuat baik kepada kedua orang tua dan mematuhi perintah mereka itu selagi mereka tidak memerintahkan kemaksiatan. Namun demikian, dia tidak boleh durhaka, akan tetapi harus tetap berbuat baik kepada mereka, sekalipun dia tidak boleh taat kepada mereka bila mereka memaksa untuk berbuat syirik.
Kemudian Allah جَلَّ جَلالُهُ memerintahkan bersikap muraqabah kepada Allah dan takut akan perjumpaan denganNya; dan bahwa Allah sama sekali tidak mengabaikan kebaikan ataupun keburukan sekecil dan sebesar apa pun, melainkan pasti didatangkanNya; dan Allah melarangnya bersikap sombong dan memerintahkan kepadanya bersikap tawadhu’ (rendah diri) serta melarangnya bersikap angkuh, congkak dan sombong. Dan Dia juga memerintahnya bersikap tenang dalam gerak-gerik dan suara, dan Dia melarangnya dari lawan hal tersebut. Dan Allah pun memerintahnya beramar ma’ruf dan nahi mungkar, menegakkan shalat dan sabar, yang dengan keduanya segala persoalan menjadi ringan, seperti difirmankan Allah,
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ
“Dan mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat.” (QS. Al-Baqarah: 45).
Maka sangat pantas bagi orang yang mewasitkan wasiat-wasiat di atas, kalau dia diutamakan dengan hikmah dan terkenal dengannya. Maka dari itu Allah جَلَّ جَلالُهُ mengingatkan akan karuniaNya kepadanya (Luqman) dan kepada segenap hamba-hambaNya dengan menceritakan kepada mereka sebagian dari hikmahNya yang dapat dijadikan suri teladan oleh mereka.
Dan jika engkau melangkahkan kakimu, sederhanakanlah dalam berjalan, jangan terlalu cepat atau terlalu lambat. Dan lunakkanlah suaramu ketika sedang berbicara agar tidak terdengar kasar seperti suara keledai, karena sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai. ’20. Titik berat nasihat-nasihat yang lukman berikan kepada anaknya adalah larangan berbuat. Melaui ayat ini Allah mengecam mereka yang berlaku syirik padahal di depan matanya terhampar bukti-bukti keesaan-Nya. Tidakkah kamu memperhatikan dengan saksama bahwa Allah telah menundukkan apa yang ada di langit dan apa yang ada di bumi untuk kepentingan-Mu dan memenuhi kebutuhanmu’ dia juga menyempurnakan nikmat-Nya untukmu yang bersifat lahir seperti harta dan jabatan, dan yang bersifat batin seperti ilmu, kesehatan, dan keimanan. Akan tetapi, di antara manusia ada yang membantah tentang risalah nabi Muhammad, syariat, dan keesaan Allah dengan bantahan tanpa dasar ilmu atau petunjuk yang benar dan tanpa kitab yang memberi penerangan dan bimbingan menuju kebenaran.
Luqman Ayat 19 Arab-Latin, Terjemah Arti Luqman Ayat 19, Makna Luqman Ayat 19, Terjemahan Tafsir Luqman Ayat 19, Luqman Ayat 19 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Luqman Ayat 19
Tafsir Surat Luqman Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)