{30} Ar-Rum / الروم | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | السجدة / As-Sajdah {32} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Luqman لقمان (Keluarga Luqman) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 31 Tafsir ayat Ke 21.
وَإِذَا قِيلَ لَهُمُ اتَّبِعُوا مَا أَنْزَلَ اللَّهُ قَالُوا بَلْ نَتَّبِعُ مَا وَجَدْنَا عَلَيْهِ آبَاءَنَا ۚ أَوَلَوْ كَانَ الشَّيْطَانُ يَدْعُوهُمْ إِلَىٰ عَذَابِ السَّعِيرِ ﴿٢١﴾
wa iżā qīla lahumuttabi’ụ ma anzalallāhu qālụ bal nattabi’u mā wajadnā ‘alaihi ābā`anā, a walau kānasy-syaiṭānu yad’ụhum ilā ‘ażābis-sa’īr
QS. Luqman [31] : 21
Dan apabila dikatakan kepada mereka, ”Ikutilah apa yang diturunkan Allah!” Mereka menjawab, ”(Tidak), tetapi kami (hanya) mengikuti kebiasaan yang kami dapati dari nenek moyang kami.” Apakah mereka (akan mengikuti nenek moyang mereka) walaupun sebenarnya setan menyeru mereka ke dalam azab api yang menyala-nyala (neraka)?
Bila dikatakan kepada orang-orang yang mendebat tauhid Allah dan pengesaan ibadah hanya kepada-Nya: Ikutilah apa yang diturunkan oleh Allah kepada nabi-Nya Muhammad sallallahu alaihi wa sallam. Maka mereka akan menjawab: Kami hanya mengikuti apa yang telah dianut oleh nenek moyang kami berupa kesyirikan dan penyembahan kepada berhala. Apakah mereka tetap akan melakukan itu, sekalipun setan mengajak mereka dan memperindah perbuatan batil mereka, serta kekufuran mereka kepada Alllah sehingga mengantarkan mereka menuju azab Neraka yang menyala-nyala?
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan apabila dikatakan kepada mereka. (Luqman:21)
Maksudnya, dikatakan kepada mereka yang membantah tentang keesaan Allah.
Ikutilah apa yang diturunkan Allah. (Luqman:21)
kepada Rasul-Nya berupa syariat yang disucikan.
Mereka menjawab, “(Tidak), tetapi kami (hanya) mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya.” (Luqman:21)
Tiada alasan bagi mereka melainkan hanya mengikuti jejak bapak-bapak mereka yang terdahulu. Dalam ayat lain Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman menjawab mereka:
(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk? (Al Baqarah:170)
Hai orang-orang yang beralasan mengikuti perbuatan nenek moyangnya, apakah kalian tetap mengikuti mereka juga sekalipun mereka berada di jalan yang sesat, lalu kalian menjadi generasi penerus mereka dalam kesesatan itu? Karena itulah disebutkan dalam surat ini melalui firman selanjutnya:
Dan apakah mereka (akan mengikuti bapak-bapak mereka) walaupun setan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala (neraka)? (Luqman:21)
20-21. Allah menyebut-nyebut kebaikanNya kepada hamba-hambaNya berupa nikmat-nikmatNya dan mengajak mereka mensyukurinya, melihatnya dan tidak melupakannya, seraya berfirman, “TIdakkah kamu perhatikan.” Maksudnya, tidakkah kalian saksikan dan melihat dengan mata kepala dan hati nurani kalian “bahwa Allah telah menundukkan untukmu apa yang ada di langit,” berupa matahari, bulan, dan bintang-bintang, semuanya ditundukkan untuk kepentingan manusia”dan apa yang ada di bumi,” berupa bermacam-macam hewan, pepohonan, tanaman, sungai, barang tambang dan lain-lain, sebagaimana yang dikatakan oleh Allah, “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (Al-Baqarah:29).
“Dan menyempurnakan untukmu,” maksudnya, meratakan dan melimpahkanruahkan kepada kalian “nikmatNya lahir dan batin,” yaitu yang kita ketahui dan yang tidak dapat kita ketahui, nikmat dunia dan nikmat agama, tercapainya berbagai kemaslahatan (manfaat) dan tercegahnya berbagai mudarat. Maka kewajian kalian adalah mensyukuri nikmat-nikmat tersebut dengan cara mencintai Sang Maha Pemberi nikmat, tunduk patuh kepadaNya dan menggunakannya dalam rangka menaatiNya, dan tidak menggunakan sedikit pun untuk kemaksiatan terhadapNya. “Dan” akan tetapi, sekalipun berlimpah ruahnya nikmat tersebut “ada di antara manusia orang,” yang tidak mensyukurinya, bahkan malah mengingkarinya dan mengingkari DZat yang telah mengaruniakan nikmat-nikmat tersebut, dan mengingkari kebenaran yang karenanya Dia menurunkan kitab-kitab suciNya, dan yang karenanya Dia mengutus para RasulNya.
Maka dia pun mulai “membantah tentang Allah,” maksudnya, ia mendebat tentang kebatilan agar dengannya dia bisa mencampakkan kebenaran, dan agar dapat menolak apa-apa yang dibawa (diajarkan) oleh Rasulullah, yaitu perintah hanya beribadah kepada Allah saja. Dan si pembantah ini tidak mempunyai dasar pengetahuan yang mendalam. Jadi, debat yang dilakukannya tidak berdasarkan ilmu, maka biarkan saja dia begitu dan biarkan dia berbicara, “tanpa petunjuk,” yang dapat dijadikan pedoman oleh orang-orang yang medapat petunjuk, ”dan tanpa Kitab yang memberi penerangan,” maksudnya, yang sangat terang lagi menjelaskan yang benar. Maka tidak ada yang logis, atau nash yang dinukil dan tidak ada keteladanan dengan orang-orang yang mendapat petunjuk. Sesungguhnya debatnya tentang orang yang mendapat petunjuk. Sesungguhnya debatnya tentang Allah hanya berdasarkan taklid buta kepada nenek moyang yang tidak pernah mendapat petunjuk, bahkan orang-orang sesat yang menyesatkan.
Maka dari itu Allah berfirman, “Dan apabila dikatakan kepada mereka, ‘Ikutilah apa yang diturunkan Allah’,” melalui para RasulNya, karena sesungguhnya itu yang benar, dan (ketika) dijelaskan kepada mereka dalil-dalilnya yang Nampak, “mereka menjawab,” dengan nada menentangnya, “Tidak, tapi kami hanya mengikuti apa yang kami dapati bapak-bapak kami mengerjakannya,” maka kami tidak akan meninggalkan apa yang telah menjadi panutan bapak-bapak kami hanya karena perkataan seseorang, siapa pun dia.
Lalu Allah berfirman seraya membantah mereka dan bapak-bapak mereka, “Dan apakah walaupun setan itu menyeru mereka ke dalam siksa api yang menyala-nyala?” yakni, lalu bapak-bapak mereka memenuhi seruannya dan berjalan mengekor kepadanya, dan mereka menjadi murid-murid setan, dan mereka pun diselimuti oleh kebimbangan. Apakah yang demikian ini berhak untuk diikuti dan ditelusuri jejak nmereka? Ataukah yang demikian itu membuat merek atakut untuk menelusuri jalan mereka dan diserukan akan kesesatan mereka dan kesesatan orang-orang yang mengikutinya? Padahal seruan setan kepada bapak-bapak mereka dan kepada mereka bukan karena kecintaan dan kasih saying setan kepada mereka, akan tetapi sesungguhnya hal itu adalah karena kebencian setan dan tipu muslihatnya terhadap mereka. Sebenarnya para pengikutnya adalah berasal dari musuh-musuhnya yang telah mampu ia taklukkan dan dia kalahkan, dan dia (setan) sangat senang karena mereka berhak mendapat azab api yang menyala-nyala disebabkan seruannya di terima.
Dan apabila dikatakan kepada mereka yang membantah keesaan Allah, ‘ikutilah apa yang diturunkan Allah berupa syariat yang benar!’ mereka menjawab, ‘tidak! tetapi kami hanya mengikuti kebiasaan yang kami dapati dari nenek moyang kami. ‘ jawaban ini menggambarkan buruknya akidah mereka. Apakah mereka tetap mengikuti keyakinan nenek moyang mereka walaupun sebenarnya mereka hanya mengikuti langkah setan yang menyeru mereka ke dalam azab api yang menyala-Nyala’ mereka pasti tidak akan berbuat demikian andaikata mau menggunakan akal dan nurani yang sehat. 22. Sungguh mengherankan jika seseorang mengingkari wujud dan keesaan-Nya, apalagi hal itu hanya didasarkan pada taklid buta. Ia tidak memiliki pegangan, berbeda halnya dengan orang yang berserah diri kepada Allah. Siapa saja yang berserah diri kepada Allah dengan penuh keikhlasan, sedang dia orang yang berbuat kebaikan dengan menebarkan kebajikan kepada siapa pun dan di mana pun, maka sesungguhnya dia telah berpegang kepada buhul tali yang kukuh. Di akhirat ia akan memperoleh balasannya karena hanya kepada Allah kesudahan segala urusan untuk diputuskan dan dibalas dengan sangat adil.
Luqman Ayat 21 Arab-Latin, Terjemah Arti Luqman Ayat 21, Makna Luqman Ayat 21, Terjemahan Tafsir Luqman Ayat 21, Luqman Ayat 21 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Luqman Ayat 21
Tafsir Surat Luqman Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)