{30} Ar-Rum / الروم | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | السجدة / As-Sajdah {32} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Luqman لقمان (Keluarga Luqman) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 31 Tafsir ayat Ke 27.
وَلَوْ أَنَّمَا فِي الْأَرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلَامٌ وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ مَا نَفِدَتْ كَلِمَاتُ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ ﴿٢٧﴾
walau anna mā fil-arḍi min syajaratin aqlāmuw wal-baḥru yamudduhụ mim ba’dihī sab’atu ab-ḥurim mā nafidat kalimātullāh, innallāha ‘azīzun ḥakīm
QS. Luqman [31] : 27
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh lautan (lagi) setelah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat-kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa, Mahabijaksana.
Seandainya pohon di bumi ini dijadikan sebagai pena, sedangkan tintanya adalah lautan yang ditambah dengan tujuh lautan lagi, lalu pena-pena dan tinta-tinta itu digunakan untuk menulis kalimat-kalimat Allah yang mencakup ilmu dan hukum-Nya, apa yang Dia wahyukan kepada para malaikat dan para utusan-Nya, niscaya pena-pena itu akan patah dan tinta-tinta itu akan habis, namun tidak dengan kalimat-kalimat Allah yang sempurna di mana tidak seorang pun meliputinya. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa dalam menimpakan hukuman terhadap siapa yang mempersekutukan-Nya dengan sesuatu, Maha Bijaksana dalam tatanan-Nya atas makhluk-Nya. Ayat ini menetapkan sifat kalam bagi Allah secara hakiki sesuai dengan keagungan dan kesempurnaan-Nya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, menceritakan tentang kebesaran dan keagungan serta kemuliaan-Nya, dan asma-asma-Nya yang terbaik, sifat-sifat-Nya yang tinggi, dan kalimah-kalimah-Nya yang sempurna yang tiada seorang pun dapat meliputinya dan tiada seorang manusia pun yang dapat menggambarkan dan menghinggakannya, sebagaimana yang diucapkan oleh penghulu manusia penutup para rasul melalui salah satu doanya:
Aku tidak dapat menghinggakan pujian yang selayaknya kepada-Mu. Pujian yang selayaknya bagi-Mu hanyalah Engkau yang mengetahuinya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. (Luqman:27)
Seandainya semua pepohonan yang ada di bumi ini dijadikan sebagai pena-pena dan semua lautan yang ada sebagai tintanya, lalu ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi yang semisal untuk menulis kalimah-kalimah Allah yang menunjukkan kepada kebesaran-Nya, sifat-sifat-Nya, dan keagungan-Nya, pastilah pena-pena itu akan patah dan semua laut menjadi kering, sekalipun ditambahkan lagi berkali lipat sarana yang semisal.
Sesungguhnya penyebutan tujuh laut hanyalah mengandung makna mubalagah, bukan dimaksudkan pembatasan, bukan pula menunjukkan pengertian bahwa ada tujuh lautan di dunia ini sebagaimana yang dikatakan oleh orang-orang yang menukil dari berita israiliyat yang tidak dapat dibenarkan dan tidak pula didustakan. Bahkan pengertian ini sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Katakanlah, “Kalau sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimah-kalimah Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimah-kalimah Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan yang semisal.” (Al Kahfi:109)
Makna yang dimaksud dari lafaz bimislihi bukanlah tambahan sebanyak itu, melainkan tambahan yang semisal, kemudian yang semisalnya lagi tanpa ada henti-hentinya, karena ayat-ayat Allah dan kalimah-kalimah-Nya tidak dapat dibatasi.
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa seandainya semua pepohonan yang ada di bumi dijadikan pena dan lautannya dijadikan tintanya, lalu Allah berfirman, “Sesungguhnya Aku akan melakukan anu dan sesungguhnya Aku akan melakukan anu,” niscaya habislah lautan itu dan patahlah semua penanya.
Qatadah mengatakan bahwa orang-orang musyrik pernah mengatakan, “Sesungguhnya kalam Allah ini pasti akan ada habisnya dalam waktu dekat.” Maka Allah menurunkan firman-Nya: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena. (Luqman:27) Yakni sekiranya pepohonan yang ada di bumi dijadikan pena dan tintanya adalah lautannya ditambah dengan tujuh lautan lagi yang semisal, niscaya tidak akan habis-habisnya keajaiban Tuhanku, hikmah-hikmah-Nya, ciptaan-Nya, dan ilmu-Nya.
Ar-Rabi’ ibnu Anas mengatakan, sesungguhnya perumpamaan ilmu semua hamba Allah dibandingkan dengan ilmu Allah sama dengan setetes air dibandingkan dengan semua lautan yang ada. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah menurunkan firman-Nya berkenaan dengan hal ini, yaitu: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena. (Luqman:27), hingga akhir ayat. Yakni seandainya laut dijadikan sebagai tinta untuk mencatat kalimah-kalimah Allah dan semua pepohonan dijadikan sebagai penanya, niscaya semua pena itu akan patah dan semua air laut kering kehabisan, sedangkan kalimah-kalimah Allah masih tetap utuh, tiada sesuatu pun yang dapat membatasinya. Karena sesungguhnya seseorang tidak akan mampu memperkirakan batasannya dan tiada seorang pun yang dapat memuji-Nya sesuai dengan apa yang selayaknya bagi Dia, melainkan hanya Dia sendirilah yang mengetahui pujian itu sebagaimana Dia memuji diri-Nya sendiri. Sesungguhnya pujian Tuhan kami adalah seperti apa yang difirmankan-Nya, dan berada di luar jangkauan apa yang kita katakan.
Menurut suatu riwayat, ayat ini diturunkan berkenaan dengan bantahan terhadap orang-orang Yahudi.
Ibnu Ishaq mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Abu Muhammad, dari Sa’id ibnu Jubair atau Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa para pendeta Yahudi berkata kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ di Madinah, “Hai Muhammad, bagaimanakah pendapatmu tentang ucapanmu: ‘dan tidaklah kamu diberi pengetahuan, melainkan sedikit’ (Al Israa’:85) Apakah engkau bermaksud kami ataukah kaummu?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Kedua-duanya.” Mereka berkata, “Bukankah kamu sering membaca apa yang diturunkan kepadamu menyatakan bahwa sesungguhnya kami telah diberi kitab Taurat yang di dalamnya terdapat penjelasan segala sesuatu?” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Sesungguhnya kitab Taurat itu menurut ilmu Allah adalah sedikit, dan bagi kalian dari isi kitab Taurat itu terdapat apa yang menjadi kecukupan bagi kalian.
Allah menurunkan pula firman-Nya sehubungan dengan pertanyaan mereka itu, antara lain ialah firman-Nya: Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena. (Luqman:27), hingga akhir ayat.
Hal yang sama telah diriwayatkan dari Ikrimah dan Ata ibnu Yasar. Hal ini menunjukkan bahwa ayat ini adalah Madaniyah, bukan Makkiyyah. Tetapi menurut pendapat yang terkenal, ayat ini adalah Makkiyyah. Hanya Allah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (Luqman:27)
Yakni Mahaperkasa, Yang Menundukkan segala sesuatu dan Mengalahkannya. Maka tiada yang dapat mencegah apa yang dikehendaki-Nya, tiada yang dapat menentang-Nya, serta tiada yang mempertanyakan apa yang diputuskan-Nya. Allah Mahabijaksana dalam memperlakukan makhluk-Nya, perintah-Nya, semua ucapan dan perbuatan-Nya, syariatNya dan semua urusan-Nya.
Kemudian Allah جَلَّ جَلالُهُ memberitakan tentang keluasan kalamNya dan keagungan FirmanNya dengan uraian yang menyentuh hati sedalam-dalamnya, akal pikiran menjadi tercengang kepadanya, jiwa menjadi terperangah padanya, dan orang-orang yang berakal dan berpengetahuan mendalam berpetualang dalam mengenalNya; seraya berfirman, وَلَوْ أَنَّمَا فِي الأرْضِ مِنْ شَجَرَةٍ أَقْلامٌ “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena”untuk menulisnya وَالْبَحْرُ يَمُدُّهُ مِنْ بَعْدِهِ سَبْعَةُ أَبْحُرٍ “dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut lagi sesudah (kering)nya,” sebagai tinta untuk tambahannya, niscaya pena-pena itu akan remuk dan tinta itu akan habis, sedang-kan كَلِمَاتُ اللَّهِ “kalimat Allah” tidak akan ada habis-habisnya.
Ini bukan ungkapan berlebihan yang tidak mempunyai kenyataan, akan tetapi ketika Allah جَلَّ جَلالُهُ mengetahui bahwasanya akal manusia tidak akan mampu mengetahui sebagian sifat-sifatNya dan Dia mengetahui bahwa mengenalNya bagi hamba-hambaNya adalah merupakan nikmat yang paling utama yang dikaruniakanNya kepada mereka, dan merupakan tingkat yang paling mulia yang mereka raih, sementara pengetahuannya itu tidak mencakup keseluruhannya, akan tetapi apa yang tidak bisa dicapai keseluruhannya maka tidak patut ditinggalkan semuanya, maka Allah جَلَّ جَلالُهُ mengingatkan mereka dengan sebagiannya sebagai suatu peringatan yang mana hati mereka dapat menjadi terang dan dada mereka menjadi lapang, dan mereka berdalil (berargumen) dengan apa yang telah mereka capai kepada apa yang belum mereka capai dan mengatakan seperti apa yang telah dikatakan oleh orang yang paling utama dan lebih mengetahui Rabbnya dari mereka,
لَا نُحْصِي ثَنَاءً عَلَيْكَ، أَنْتَ كَمَا أَثْنَيْتَ عَلَى نَفْسِكَ.
“Kami tidak akan mampu menghitung pujian untukMu, Engkau sebagaimana yang Engkau pujikan pada diriMu.” (Demikian disebutkan di dalam Shahih Muslim, no. 486)
Dan bila tidak demikian, maka sesungguhnya permasalahannya lebih besar dan lebih agung dari itu.
Perumpamaan tersebut termasuk dalam kategori upaya untuk mendekatkan makna yang tidak bisa dijangkau oleh pemahaman dan pemikiran. Dan bila tidak demikian, maka pohon-pohon itu sendiri, sekalipun berlipat-lipat ganda melebihi apa yang disebutkan, dan lautan, sekalipun ditambah beberapa kali lipat lagi maka tetap bisa saja ia habis dan kering, sebab ia (pepohonan dan lautan itu) adalah makhluk. Sedangkan kalamullah جَلَّ جَلالُهُ tidak mungkin bisa habis, bahkan dalil syar’i dan aqli menunjukkan kepada kita bahwa ia tidak akan pernah habis dan tidak pernah ada ujungnya. Jadi, segala sesuatu itu akan habis (sirna) kecuali Allah dan sifat-sifatNya,
وَأَنَّ إِلَى رَبِّكَ الْمُنْتَهَى
“Dan bahwasanya kepada Rabbmulah kesudahan (segala sesuatu).” (QS. An-Najm: 42).
Dan apabila akal pikiran membayangkan hakikat ke-awal-an dan ke-akhir-an Allah جَلَّ جَلالُهُ, dan bahwa segala apa yang dipastikan oleh akal pikiran berupa masa-masa silam, sekalipun anggapan dan perkiraan itu bermata rantai (berkesinambungan), maka Allah جَلَّ جَلالُهُ sudah ada sebelum itu semua, tanpa batas. Dan sesungguhnya, bagaimana pun akal memastikan dan menghitung masa-masa yang akan datang, dan perhitungan serta perkiraan itu bermata rantai dan ia dibantu oleh siapa pun untuk menghitungnya dengan hati dan lisannya, maka Allah جَلَّ جَلالُهُ ada sesudah itu semua, tanpa batas dan tanpa ujung. Allah جَلَّ جَلالُهُ dalam setiap dan sepanjang waktu memutuskan, berbicara, berfirman dan berbuat sebagaimana yang telah Dia kehendaki. Dan apabila Dia telah berkehendak, maka tidak ada apa pun yang bisa menghalangi Firman-firman dan perbuatan-perbuatanNya. Apabila akal sudah bisa membayangkan hal itu, niscaya ia mengetahui bahwa perumpamaan yang disampaikan oleh Allah bagi kalamNya adalah agar hamba-hambaNya menge-tahui sebagian darinya. Apabila tidak demikian, maka sebenarnya permasalahan ini jauh lebih agung dan lebih besar lagi.
Kemudian Dia menjelaskan kebesaran, keperkasaanNya dan kesempurnaan hikmahNya, seraya berfirman, إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ حَكِيمٌ “Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana,” maksudnya, hanya milikNya-lah keperkasaan seluruhnya, yang mana tidak ada kekuatan di alam atas dan bawah melainkan berasal dariNya; Dialah yang memberikannya kepada manusia. Maka tidak ada daya dan tidak pula ada kekuatan melainkan dengan (pertolongan)Nya; dan dengan keperkasaanNya, Dia mengendalikan makhluk ini semua-nya, Dia berbuat dan mengatur mereka, dan dengan hikmahNya, Dia menciptakan makhluk ini semuanya, dan Dia memulainya dengan hikmah dan menjadikan tujuan dan maksudnya adalah hikmah. Demikian pula perintah dan larangan diadakan dengan hikmah, serta tujuan dan maksudnya pun adalah hikmah. Maka Dia-lah Yang Mahabijaksana di dalam ciptaan dan perintahNya.
Ayat ini menggambarkan betapa sempurna kuasa Allah dan betapa luas ilmu-Nya. Seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan lautan menjadi tinta, dan ditambahkan kepadanya tujuh lautan lagi untuk menjadi tinta setelah habis-Nya lautan yang pertama, niscaya tidak akan habis-habisnya kalimat-kalimat Allah dituliskan. Sesungguhnya Allah mahaperkasa, tidak ada satu pun yang sanggup mengalahkan-Nya mahabijaksana dalam setiap pengaturan dan kebijakan-Nya (lihat: al-kahf/18: 109). 28. Jika kehendak dan kuasa-Nya bersifat mutlak, maka menciptakan dan membangkitkan kamu setelah kematanmu bagi Allah hanyalah seperti menciptakan dan membangkitkan satu jiwa saja; itu sama sekali bukan hal sulit bagi-Nya. Sesungguhnya Allah maha mendengar, maha melihat (lihat pula: y’s’n/36: 82).
Luqman Ayat 27 Arab-Latin, Terjemah Arti Luqman Ayat 27, Makna Luqman Ayat 27, Terjemahan Tafsir Luqman Ayat 27, Luqman Ayat 27 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Luqman Ayat 27
Tafsir Surat Luqman Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)