{32} As-Sajdah / السجدة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | سبإ / Saba {34} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Ahzab الأحزاب (Golongan-Golongan Yang Bersekutu) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 33 Tafsir ayat Ke 41.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا ﴿٤١﴾
yā ayyuhallażīna āmanużkurullāha żikrang kaṡīrā
QS. Al-Ahzab [33] : 41
Wahai orang-orang yang beriman! Ingatlah kepada Allah, dengan mengingat (nama-Nya) sebanyak-banyaknya,
Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya dan mengamalkan syariat-Nya! Ingatlah Allah dengan hati kalian, lisan kalian dan anggota badan kalian dengan zikir yang banyak.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Al Ahzab:40)
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Allah lebih mengetahui di mana Dia menempatkan tugas kerasulan. (Al An’am:124)
Ayat 40 surat Al-Ahzab ini merupakan nas yang menunjukkan bahwa tidak ada nabi lagi sesudahnya, dan apabila sudah tidak ada nabi lagi, maka terlebih lagi rasul. Karena kedudukan rasul bersifat lebih khusus daripada kedudukan nabi. Dengan kata lain, setiap rasul pasti nabi, tetapi tidak sebaliknya. Hal ini telah disebutkan oleh banyak hadis mutawatir dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melalui riwayat sejumlah para sahabat radiyallahu ‘anhum.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami. Abu Amir Al-Azdi, telah menceritakan kepada kami Zuhair ibnu Muhammad, dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Aqil, dari At-Tufail ibnu Abu Ka’b, dari ayahnya, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Perumpamaanku di kalangan para nabi sama dengan seorang lelaki yang membangun sebuah gedung, ia melakukan pekerjaannya dengan baik dan sempurna. Tetapi ia membiarkan suatu bagian yang tidak dirampungkannya. Maka manusia meliput bangunan tersebut dan mereka merasa kagum dengan keindahan bangunan itu seraya berkata, “Andaikata bagian ini dirampungkan pembangunannya (alangkah indahnya bangunan ini).” Maka perumpamaanku di kalangan para nabi adalah seperti bagian tersebut.
Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui Bandar, dari Abu Amir Al-Aqdi dengan sanad yang sama, lalu ia mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Hadis lain. Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahid ibnu Ziad, telah menceritakan kepada kami Al-Mukhtar ibnu Fulful, telah menceritakan kepada kami Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah terputus, maka tidak ada rasul dan tidak pula ada nabi sesudahku.
Maka hal tersebut dirasakan amat berat bagi orang-orang, lalu beliau bersabda, “Tetapi yang masih ada adalah berita-berita yang menggembirakan.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, apakah yang dimaksud dengan mubasysyirat (hal-hal yang menggembirakan itu)?” Beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab:
Mimpi seorang muslim, hal ini merupakan suatu bagian dari kenabian.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Turmuzi melalui Al-Hasan ibnu Muhammad Az-Za’farani, dari Affan ibnu Muslim dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini sahih garib karena melalui riwayat Al-Mukhtar ibnuFulful.
Hadis lain.
Abu Daud At-Tayalisi mengatakan, telah menceritakan kepada kami Sulaim ibnu Hayyan, dari Sa’id ibnu Maina, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Perumpamaanku dan perumpamaan para nabi sama dengan seseorang yang membangun sebuah gedung, dia membangunnya dengan sempurna dan indah, terkecuali suatu bagian darinya. Maka setiap orang yang masuk ke dalamnya menyaksikan keindahannya mengatakan, “Alangkah indahnya gedung ini terkecuali bagian ini.” Maka akulah bagian tersebut dan para nabi semuanya ditutup olehku.
Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Imam Turmuzi meriwayatkan melalui berbagai jalur dari Salim ibnu Hayyan dengan sanad yang sama, Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini ditinjau dari segi jalurnya sahih garib.
Hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Abu Saleh, dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Perumpamaanku dan para nabi lainnya seperti seseorang yang membangun sebuah gedung, dia menyempurnakan bangunannya terkecuali suatu bagian darinya. Maka aku datang, lalu menyempurnakan bagian itu.
Hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim secara tunggal melalui Al-A’masy dengan sanad yang sama.
Hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Zaid, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Ubaid Ar-Rasibi yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abut Tufail r.a. mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: “Tiada kenabian sesudahku, kecuali hanya mubasysyirat.” Ketika ditanyakan “Apakah mubasysyirat itu (berita-berita yang menggembirakan).” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Mimpi yang baik, ” atau, “Mimpi yang saleh.”
Hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Hamam ibnu Munabbih yang mengatakan bahwa berikut ini adalah hadis yang pernah diceritakan kepada kami oleh Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Sesungguhnya perumpamaanku dan perumpamaan para nabi sebelumku bagaikan seorang lelaki yang membangun perumahan, lalu dia membangunnya dengan sempurna, baik dan indah, terkecuali suatu bagian darinya yang terletak di salah satu sudutnya. Maka orang-orang mengelilingi bangunan itu dan mereka merasa kagum dengan bangunan-bangunannya seraya berkomentar, “Mengapa tidak diselesaikan bagian ini hingga bangunanmu menjadi sempurna?” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Akulah yang dimaksud dengan bagian itu.”
Imam Bukhari dan Imam Muslim mengetengahkannya melalui riwayat Abdur Razzaq.
Hadis lain:
diriwayatkan pula melalui Abu Hurairah r.a.
Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ayyub, Qutaibah, dan Ali ibnu Hajar. Mereka mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Ja’far, dari Al-Ala, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda: Aku dianugerahi keutamaan di atas para nabi dengan enam perkara: Aku dianugerahi jawami’ul kalim, aku diberi pertolongan melalui rasa gentar (yang mencekam hati musuh), ganimah dihalalkan bagiku, bumi ini dijadikan masjid lagi suci dan mensucikan bagiku, aku diutus kepada semua makhluk, dan para nabi ditutup olehku.
Imam Turmuzi dan Imam Ibnu Majah meriwayatkannya melalui hadis Ismail ibnu Ja’far, dan Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Abu Saleh, dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Perumpamaanku dan perumpamaan para nabi sebelumku bagaikan seorang lelaki yang membangun sebuah gedung, dia membangunnya dengan sempurna terkecuali suatu bagian tempat diletakkannya sebuah bata, lalu aku datang dan menyempurnakan bagian tersebut.
Imam Muslim meriwayatkannya dari Abu Bakar ibnu Abu Syaibah dan Abu Kuraib yang keduanya meriwayatkannya melalui Abu Mu’awiyah dengan sanad yang sama.
Hadis lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnu Suwaid Al-Kalbi, dari Abdul A’la ibnu Hilal As-Sulami, dari Al-Irbad ibnu Sariyah r.a. yang mengatakan bahwa Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda kepadanya: Sesungguhnya aku benar-benar telah dicatat di sisi Allah sebagai penutup para nabi, sedangkan Adam benar-benar masih berbentuk tanah liatnya.
Hadis lain.
Az-Zuhri mengatakan, telah menceritakan kepadaku Muhammad ibnu Jubair ibnu Mut’im, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Sesungguhnya aku mempunyai beberapa nama: Akulah Muhammad, akulah Ahmad, akulah Al-Mahi yang artinya Allah menghapuskan kekufuran melaluiku, akulah Al-Hasyir yang artinya manusia digiring di bawah kedua telapak kakiku, dan akulah Al-Aqib yang artinya tidak ada nabi lagi sesudahku.
Hadis ini diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab sahih masing-masing.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Ishaq, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, dari Abdullah ibnu Hubairah, dari Abdur Rahman ibnu Jubair yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abdullah ibnu Amr menceritakan hadis berikut, bahwa pada suatu hari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ keluar menemui kami seakan-akan seperti seseorang yang hendak mengucapkan selamat tinggal, lalu beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Akulah Muhammad Nabi yang ummi -sebanyak tiga kali- tidak ada nabi lagi sesudahku, aku dianugerahi semua pembuka, semua gabungan dan semua penutup kalimah-kalimah. Aku mengetahui berapa banyak juru kunci neraka dan para malaikat pemikul ‘Arasy Dan aku dibawa melewati (sirat), aku diselamatkan dan umatku juga diselamatkan. Maka dengarkanlah dan taatilah selagi aku masih berada di antara kalian. Dan apabila aku sudah tiada, berpegang teguhlah kalian kepada Kitabullah, halalkanlah apa yang dihalalkannya dan haramkanlah apa yang diharamkannya.
Imam Ahmad meriwayatkannya secara tunggal.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula melalui Yahya ibnu Ishaq, dari Ibnu Lahi’ah, dari Abdullah ibnu Hubairah, dari Abdullah ibnu Syuraih Al-Khaulani, dari Abu Qais maula Amr ibnul ‘As, dari Abdullah ibnu Amr r.a., lalu disebutkan hadis yang semisal.
Hadis-hadis lain yang semisal dengan ini cukup banyak.
Termasuk rahmat Allah kepada hamba-hamba-Nya ialah Dia mengutus Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ kepada mereka. Kemudian termasuk penghormatan dari-Nya kepada mereka ialah Dia menutup para nabi dan para rasul dengan Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, dan Allah telah menyempurnakan agama-Nya yang hanif melalui Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah memberitakan di dalam Kitab-Nya dan melalui lisan Rasul-Nya (yaitu sunnahnya yang mutawatir) bahwa tidak ada nabi lagi sesudahnya. Dinyatakannya hal ini agar mereka mengetahui bahwa barang siapa yang mengaku-ngaku dirinya menyandang gelar ini sesudah ia tiada, maka dia adalah seorang pendusta, pembual, pemalsu, sesat, dan menyesatkan. Sekalipun orang yang mengaku-ngaku menjadi nabi atau rasul itu dapat mengeluarkan berbagai macam perkara yang bertentangan dengan hukum alam, atau mendatangkan berbagai macam sihir, sulap, dan magis, maka semuanya itu kesesatan belaka menurut orang-orang yang mempunyai akal. Sebagaimana yang telah diberikan oleh Allah kepada Al-Aswad Al-Anasi dan Musailamah Al-Kazzab di Yamamah, yaitu berupa berbagai macam keadaan yang merusak dan kata-kata yang dingin, yang semuanya itu diketahui oleh setiap orang yang mempunyai akal sehat dan pandangan hati serta pengertian yang benar, bahwa keduanya pendusta lagi sesat, semoga Allah melaknat keduanya.
Demikian pula halnya setiap orang yang mengaku-ngaku hal tersebut sampai hari kiamat, hingga orang terakhir mereka, yaitu Al-Masihud Dajjal. Setiap orang dari kalangan para pendusta itu dengan berbagai macam perkara yang diciptakan oleh Allah untuknya, semuanya telah diketahui oleh para ulama dan orang-orang mukmin, bahwa orang yang mendatangkan hal seperti itu adalah pendusta. Hal ini pun merupakan salah satu dari belas kasihan Allah terhadap makhluk-Nya. Sesungguhnya mereka yang berperilaku demikian pada kenyataannya tidak pernah memerintahkan kepada kebajikan, tidak pula mencegah perkara yang mungkar, melainkan hanya secara kebetulan saja, atau mereka sengaja melakukannya untuk tujuan-tujuan lain yang tertentu. Karena itulah maka mereka sangat parah dalam kedustaan dan kedurhakaannya, baik dalam ucapan maupun perbuatannya, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى melalui firman-Nya:
Apakah akan Aku beritakan kepadamu, kepada siapa setan-setan itu turun? Mereka turun kepada tiap-tiap pendusta lagi yang banyak dosa. (Asy Syu’ara:221-222)
Lain halnya dengan keadaan para nabi, karena sesungguhnya mereka sangat prima dalam hal kebajikan, kebenaran, kejujuran, istiqamah, dan keadilan dalam semua ucapan dan perbuatan mereka. Mereka selalu memerintahkan kepada kebajikan dan melarang kemungkaran, selain itu mereka didukung oleh berbagai macam mukjizat yang gamblang dan bukti-bukti yang sangat jelas yang menunjukkan akan kebenaran mereka. Semoga salawat dan salam Allah tercurahkan buat mereka selama-lamanya selama masih ada langit dan bumi.
(41) Allah جَلَّ جَلالُهُ memerintah orang-orang Mukmin agar berdzikir, mengingatNya sebanyak-banyaknya dalam bentuk tahlil, tahmid, tasbih, takbir dan lain-lainnya dari setiap bacaan yang mengandung pendekatan diri kepada Allah. Minimalnya hendaklah seorang manusia menekuni wirid (dzikir) pagi dan sore, dzikir seusai shalat lima waktu, dan di saat kondisikondisi tertentu dan sebabsebab khusus. Dan hendaknya hal ini ditekuni secara kontinyu sepanjang waktu dalam segala kondisi. Sesungguhnya yang demikian ini adalah ibadah yang si pelaku menjadi unggul karenanya, sementara dia merasa tenang dan mengajak kepada Allah dan berma’rifat kepadaNya dan menjadi penolong untuk kebaikan dan mencegah lisan dari perkataanperkataan kotor.
41-42. Agar keimanan orang-orang mukmin semakin kuat dan tidak terpengaruh cercaan orang-orang musyrik, yahudi, dan munafik kepada rasulullah atas pernikahan beliau dengan zainab, Allah berpesan, ‘wahai orang-orang yang beriman! ingatlah kepada Allah kapan dan di mana saja, dengan mengingat di dalam hati maupun dengan zikir lisan sebanyak-banyaknya agar kamu selalu merasakan kehadiran Allah; dan bertasbihlah kepada-Nya pada waktu pagi dan petang dengan menyucikan Allah dari sifat-sifat kekurangan
Al-Ahzab Ayat 41 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Ahzab Ayat 41, Makna Al-Ahzab Ayat 41, Terjemahan Tafsir Al-Ahzab Ayat 41, Al-Ahzab Ayat 41 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Ahzab Ayat 41
Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)