{32} As-Sajdah / السجدة | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | سبإ / Saba {34} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Al-Ahzab الأحزاب (Golongan-Golongan Yang Bersekutu) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 33 Tafsir ayat Ke 69.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَكُونُوا كَالَّذِينَ آذَوْا مُوسَىٰ فَبَرَّأَهُ اللَّهُ مِمَّا قَالُوا ۚ وَكَانَ عِنْدَ اللَّهِ وَجِيهًا ﴿٦٩﴾
yā ayyuhallażīna āmanụ lā takụnụ kallażīna āżau mụsā fa barra`ahullāhu mimmā qālụ, wa kāna ‘indallāhi wajīhā
QS. Al-Ahzab [33] : 69
Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu seperti orang-orang yang menyakiti Musa, maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka lontarkan. Dan dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah.
Wahai orang-orang yang membenarkan Allah dan Rasul-Nya dan mengamalkan syariat-Nya! Jangan menyakiti Rasulullah dengan kata-kata atau perbuatan. Jangan seperti orang-orang yang menyakiti nabiyullah Musa, lalu Allah membebaskannya dari kebohongan dan kedustaan yang mereka katakan. Musa di sisi Allah memiliki kedudukan dan derajat yang tinggi.
Imam Bukhari sehubungan dengan tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Ubadah, telah menceritakan kepada kami Auf, dari Al-Hasan dan Muhammad serta Khallas, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda, “Sesungguhnya Musa adalah seorang lelaki yang pemalu.” Karena itu disebutkan oleh firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa, maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. (Al Ahzab:69)
Demikianlah hadis ini diungkapkan dalam bab tersebut secara ringkas sekali. Tetapi Imam Bukhari telah meriwayatkannya pula dalam kisah-kisah para nabi dengan sanad yang sama dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Sesungguhnya Musa a.s. adalah seorang lelaki yang pemalu lagi selalu berpakaian tertutup sehingga tiada suatu bagian pun dari kulitnya yang kelihatan karena malu kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Lalu ada sebagian dari kaum Bani Israil yang menyakitinya, mereka mengatakan bahwa tidak sekali-kali Musa memakai pakaian yang rapat hingga menutupi seluruh tubuhnya melainkan karena mempunyai penyakit pada kulitnya, barangkali supak, atau burut (hernia), atau penyakit kulit lainnya. Dan sesungguhnya Allah hendak membersihkannya dari apa yang dituduhkan oleh mereka terhadap dirinya. Maka pada suatu hari Musa sendirian, lalu melepaskan semua pakaiannya di atas sebuah batu, kemudian ia mandi. Setelah selesai mandi, Musa menuju ke arah batu itu untuk mengambil pakaiannya. Tetapi batu itu berlari membawa pakaiannya, maka Musa mengambil tongkatnya dan mengejar batu itu seraya berkata, “Hai batu, kembalikan pakaianku- Hai batu, kembalikan pakaianku.” Hingga sampailah Musa di hadapan sekumpulan orang Bani Israil, dan mereka melihat Musa dalam keadaan telanjang bulat sebagai seorang yang bertubuh sempurna tiada cacat atau penyakitnya. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah membersihkannya dari apa yang dikatakan oleh mereka. Dan batu itu diam, lalu Musa mengambil pakaiannya dan mengenakannya, setelah itu Musa memukul batu itu dengan tongkatnya. Demi Allah, sesungguhnya pada batu itu benar-benar terdapat tiga atau empat atau lima tapak akibat bekas pukulan tersebut. Kemudian Abu Hurairah berkata bahwa itulah yang dimaksud dengan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa, maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. (Al Ahzab:69)
Konteks hadis ini baik lagi panjang dan termasuk hadis-hadis yang hanya diriwayatkan oleh Bukhari sendiri tanpa Muslim.
Imam Ahmad mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Rauh, telah menceritakan kepada kami Auf dari Al-Hasan dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan juga dari Khallas dan Muhammad dari Abu Hurairah dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sehubungan dengan firman-Nya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa, maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. (Al Ahzab:69) Abu Hurairah mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah bersabda pula: Sesungguhnya Musa adalah seorang lelaki yang pemalu lagi pakaiannya menutupi seluruh tubuhnya, hampir kulitnya tidak terlihat barang sedikit pun karena malu kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Hadis selanjutnya seperti yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari cukup panjang. Imam Bukhari telah meriwayatkannya pula melalui Rauh, dari Auf, bersumber dari Abu Hurairah dengan sanad yang sama.
Ibnu Jarir telah meriwayatkannya melalui hadis As-Sauri, dari Jabir Al-Ju’fi, dari Amir Asy-Sya’bi, dari Abu Hurairah, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dengan lafaz yang semisal.
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Jarir melalui hadis Sulaiman ibnu Mahran Al-A’masy, dari Al-Minhal ibnu Amr, dari Sa’id ibnu Jubair dan Abdullah ibnul Haris, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Janganlah kamu menjadi seperti orang-orang yang menyakiti Musa. (Al Ahzab:69) Ibnu Abbas mengatakan bahwa kaum Musa berkata kepada Musa, “Sesungguhnya engkau adalah orang yang burut (hernia).” Dan pada suatu hari Musa keluar untuk mandi, lalu ia meletakkan pakaiannya di atas sebuah batu besar. Tetapi tiba-tiba batu besar itu lari membawa pakaian Musa. Maka Musa mengejarnya dalam keadaan telanjang bulat, hingga sampai di suatu majelis kaum Bani Israil. Ibnu Abbas melanjutkan kisahnya, bahwa lalu kaumnya melihatnya bukan sebagai orang yang mempunyai penyakit burut (hernia). Yang demikian itulah yang dimaksud oleh firman-Nya: maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. (Al Ahzab:69)
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Aufi, dari Ibnu Abbas.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceritakan kepada kami Rauh ibnu Hatim dan Ahmad ibnul Ma’la Al-Adami. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, dari Ali ibnu Zaid, dari Abas, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Musa a.s. adalah seorang yang pemalu, dan sesungguhnya Musa mendatangi —yang menurut perawi tempat air— untuk mandi, lalu ia meletakkan pakaiannya di atas sebuah batu besar. Musa adalah seorang yang hampir tidak pernah menampakkan auratnya. Maka kaum Bani Israil berkata, “Sesungguhnya Musa adalah seorang yang burut atau penyakitan,” dengan maksud karena Musa tidak pernah menanggalkan pakaiannya. Maka batu besar itu membawa lari pakaiannya hingga sampai di suatu tempat yang berdekatan dengan majelis kaum Bani Israil. Lalu mereka melihat Musa sebagai seorang lelaki yang bertubuh sempurna. Yang demikian itulah apa yang dimaksud oleh firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. (Al Ahzab:69)
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Abbad ibnul Awam, dari Sufyan ibnu Husain, dari Al-Hakam, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas, dari Ali ibnu Abu Talib r.a. sehubungan dengan makna firman-Nya: maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka katakan. (Al Ahzab:69) Ali r.a. telah mengatakan bahwa Musa dan Harun mendaki suatu bukit, dan ternyata Harun meninggal dunia. Maka kaum Bani Israil berkata kepada Musa, “Engkaulah yang membunuhnya. Dia adalah orang yang lebih lembut kepada kami ketimbang kamu, dan lebih pemalu.” Mereka menyakiti Musa dengan tuduhan tersebut. Maka Allah memerintahkan kepada para malaikat untuk membawa jenazah Harun, lalu para malaikat pembawa jenazah Harun itu berlalu di hadapan majelis-majelis kaum Bani Israil dan menceritakan perihal kematian Harun. Maka tiada seorang pun yang mengetahui tempat kuburannya kecuali burung pemakan daging, yang tuli lagi tidak dapat bersuara.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir, dari Ali ibnu Musa At-Tusi, dari Abbad ibnul Awwam dengan sanad yang sama. Kemudian Ibnu Jarir mengatakan bahwa bisa jadi yang dimaksud dengan gangguan yang menyakitkan Musa adalah peristiwa ini. Bisa jadi pula yang dimaksud adalah peristiwa yang pertama tadi, tetapi pada garis besarnya tiada yang lebih utama daripada apa yang disebutkan oleh firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Menurut hemat saya, dapat pula ditakwilkan bahwa kedua peristiwa tersebut merupakan makna yang dimaksud, dan juga peristiwa lainnya yang bermotif sama. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Mu’awiyah, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, dari Syaqiq, dari Abdullah yang menceritakan bahwa pada suatu hari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melakukan pembagian (harta ganimah), maka ada seorang lelaki dari kalangan Ansar yang mengatakan, “Sesungguhnya pembagian ini bukan berlatar belakang karena Allah.” Maka Abdullah ibnu Mas’ud berkata, “Hai musuh Allah, camkanlah, sesungguhnya aku benar-benar akan menceritakan apa yang kamu katakan itu kepada Rasulullah.” Lalu Ibnu Mas’ud menceritakan hal itu kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Maka wajah beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berubah menjadi merah (karena marah), kemudian beliau bersabda: Semoga rahmat Allah untuk Musa, sesungguhnya dia pernah disakiti lebih dari ini, tetapi ia bersabar.
Diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim di dalam kitab sahih masing-masing melalui hadis Sulaiman ibnu Mahran Al-A’masy dengan sanad yang sama.
Jalur lain.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hajjaj, ia pernah mendengar Israil ibnu Yunus dari Al-Walid ibnu Abu Hisyam maula Hamdan, dari Zaid ibnu Za-id, dari Abdullah ibnu Mas’ud yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepada para sahabatnya: Semoga tidak ada seorang pun yang menyampaikan suatu berita yang tidak enak kepadaku dari seseorang di antara sahabat-sahabatku, karena sesungguhnya aku menginginkan keluar dari kalian, sedangkan hatiku dalam keadaan lega. Kemudian datanglah kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ harta fai, lalu beliau membagi-bagikannya. Abdullah ibnu Mas’ud melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia lewat di dekat dua orang lelaki yang salah seorangnya berkata kepada temannya, “Demi Allah, Muhammad tidak menghendaki rida Allah dengan pembagiannya ini, tidak pula pahala akhirat (maksudnya tidak adil dalam pembagiannya).” Ibnu Mas’ud melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia mendekati keduanya agar mendengar lebih jelas apa yang dikatakan keduanya. Setelah itu Ibnu Mas’ud datang menghadap kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan mengatakan, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya engkau pernah bersabda kepada kami, bahwa semoga tidak ada seorang pun yang menyampaikan kepadamu suatu berita tidak enak dari seseorang. Sesungguhnya engkau menginginkan agar keluar dari mereka dalam keadaan berhati lega. Dan sesungguhnya tadi saya berlalu di dekat si Fulan dan si Anu yang keduanya sedang mempergunjingkan engkau.” Maka merahlah wajah Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dan kelihatan beliau merasa tidak enak mendengar berita itu, kemudian beliau bersabda: Saya tidak pedulikan beritamu itu, sesungguhnya Musa pernah disakiti dengan yang lebih parah dari itu, dan dia tetap bersabar.
Imam Abu Daud telah meriwayatkannya di dalam Kitabul Adab,
dari Muhammad ibnu Yahya Az-Zuhali, dari Muhammad ibnu Yusuf Al-Faryabi, dari Israil, dari Al-Walid ibnu Abu Hisyam dengan sanad yang sama secara ringkas: Semoga tidak ada seorang pun yang menyampaikan kepadaku suatu berita yang tidak enak dari seseorang. Sesungguhnya aku menginginkan keluar dari kalian, sedangkan hatiku dalam keadaan lega.
Imam Turmuzi telah meriwayatkannya pula dari Muhammad ibnu Ismail, dari Abdullah ibnu Muhammad, dari Ubaidillah ibnu Musa dan Husain ibnu Muhammad. Keduanya dari Israil, dari As-Saddi, dari Al-Walid ibnu Abu Hisyam dengan sanad yang sama secara ringkas pula, dan di dalam sanadnya ditambahkan As-Saddi. Kemudian Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib bila ditinjau dari segi jalurnya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan adalah dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah, (Al Ahzab:69)
Yakni dia berkedudukan terhormat di sisi Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Menurut Al-Hasan Al-Basri, makna yang dimaksud ialah bahwa Musa adalah orang yang selalu dikabulkan doanya di sisi Allah. Selain Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa tidaklah Musa memohon sesuatu kepada Allah melainkan Allah memperkenankannya. Tetapi Allah tidak mengizinkannya untuk dapat melihat Zat-Nya karena hal itu sudah menjadi kehendak Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى sebagian ulama mengatakan bahwa termasuk kedudukannya yang terhormat di sisi Allah ialah dia pernah memohon kepada Allah agar saudaranya Harun diangkat menjadi rasul bersamanya, lalu Allah mengabulkan permintaannya. Sebagaimana yang disebutkan oleh firman-Nya:
Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya Harun menjadi seorang nabi. (Maryam:53)
(69) Allah جَلَّ جَلالُهُ mengingatkan hamba-hambaNya yang beriman untuk tidak menyakiti Rasulullah, Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ , nabi yang mulia lagi pengasih dan penyayang, agar mereka tidak membalasnya dengan lawan dari sikap-sikap yang wajib, seperti memuliakan dan menghormati, dan hendaknya mereka tidak meniru perilaku orang-orang yang menyakiti Musa bin Imran, Kalim arRahman. Lalu Allah membebaskannya dari apa yang mereka katakan. Maksudnya, Allah menampakkan kepada mereka keselamatan (kebersihan) Musa darinya. Padahal (fakta) kondisinya Nabi Musa j bukanlah tempat tuduhan (dialamatkan) atau untuk disakiti, karena mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah, didekatkan kepadaNya, dan termasuk golongan Rasul yang istimewa dan termasuk hamba-hambaNya yang disucikan. Namun keutamaankeutamaan yang dimilikinya tidak membuat mereka jera untuk menyakitinya dan mengganggunya dengan Hal-hal yang tidak dia suka. Maka waspadalah wahai orang-orang yang beriman, agar tidak meniru mereka dalam hal ini.
Gangguan yang dimaksud adalah ucapan Bani Israil tentang Nabi Musa saat mereka mengetahui sifat Nabi Musa yang sangat pemalu dan sangat menutup diri dari mereka, “Sesungguhnya tidak ada yang mencegahnya dari sikap yang demikian itu selain karena dia berpenyakit adar.” Maksudnya, buah dzakar kemaluannya sangat besar membengkak, dan hal ini menyebar luas di kalangan mereka. Maka Allah berkehendak membebaskannya dari tuduhan mereka, maka pada suatu hari beliau mandi dan beliau meletakkan pakaiannya di atas batu, kemudian batu itu menggelinding membawa pakaian tersebut. Maka Musa pun mengejarnya untuk mengambil pakaiannya, dan batu itu pun terus membawanya hingga melintasi Majelis Bani Israil, sehingga mereka melihatnya sebagai sebaikbaik ciptaan Allah. Maka sirnalah apa yang mereka tuduhkan kepadanya.
a
Usai menyebutkan penyesalan orang-orang kafir ketika merasakan siksa neraka, Allah pada ayat-ayat berikut beralih menjelaskan larangan menyakiti orang lain dengan tuduhan palsu dan perkataan bohong. Wahai orang-orang yang beriman! janganlah kamu seperti orang-orang dari bani israil yang menyakiti hati nabi musa dengan berkata dusta. Nabi musa sangat jauh dari tuduhan dusta tersebut, maka Allah membersihkannya dari tuduhan-tuduhan yang mereka lontarkan. Dan dia seorang yang mempunyai kedudukan terhormat di sisi Allah. 70-71. Allah lantas meminta orang yang beriman agar berkata benar. Wahai orang-orang yang beriman! bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar dan tepat sasaran. Jika kamu melakukan hal tersebut, niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dengan mempermudah jalanmu untuk berbuat baik dan bertobat, dan meng-ampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan rasul-Nya, maka sungguh dia menang dengan kemenangan yang agung. Dia akan memperoleh ampunan Allah dan mendapatkan surga.
Al-Ahzab Ayat 69 Arab-Latin, Terjemah Arti Al-Ahzab Ayat 69, Makna Al-Ahzab Ayat 69, Terjemahan Tafsir Al-Ahzab Ayat 69, Al-Ahzab Ayat 69 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Al-Ahzab Ayat 69
Tafsir Surat Al-Ahzab Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)