{33} Al-Ahzab / الأحزاب | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | فاطر / Fatir {35} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Saba سبإ (Kaum Saba’) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 34 Tafsir ayat Ke 13.
يَعْمَلُونَ لَهُ مَا يَشَاءُ مِنْ مَحَارِيبَ وَتَمَاثِيلَ وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ وَقُدُورٍ رَاسِيَاتٍ ۚ اعْمَلُوا آلَ دَاوُودَ شُكْرًا ۚ وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ ﴿١٣﴾
ya’malụna lahụ mā yasyā`u mim maḥārība wa tamāṡīla wa jifāning kal-jawābi wa qudụrir rāsiyāt, i’malū āla dāwụda syukrā, wa qalīlum min ‘ibādiyasy-syakụr
QS. Saba [34] : 13
Mereka (para jin itu) bekerja untuk Sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya di antaranya (membuat) gedung-gedung yang tinggi, patung-patung, piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungku). Bekerjalah wahai keluarga Dawud untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang bersyukur.
Jin membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya berupa tempat-tempat ibadah, gambar-gambar dari kaca dan tembaga, nampan-nampan besar seperti telaga tempat air dan bejana-bejana yang menetap di suatu tempat dan tidak bergerak karena besarnya. Dan Kami berfirman: Wahai keluarga Dawud, beramallah dengan mensyukuri Allah yang telah memberikan kepada kalian, dan hal itu dengan menaati-Nya dan menjalankan perintah-perintah-Nya. Hanya sedikit dari hamba-hamba-Ku yang banyak bersyukur dan Dawud beserta keluarganya termasuk yang sedikit itu.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Para jin itu membuat untuk Sulaiman apa yang dikehendakinya dari gedung-gedung yang tinggi dan patung-patung. (Saba’:13)
Yang dimaksud dengan maharib ialah bagian yang paling baik dan paling mewah di dalam rumah (tempat tinggal).
Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan maharib ialah bangunan-bangunan, tetapi bukan berupa istana.
Ad-Dahhak mengatakan maharib adalah masjid-masjid. Qatadah mengatakan bahwa maharib ialah gedung-gedung dan masjid-masjid. Menurut Ibnu Zaid adalah tempat-tempat tinggal.
Adapun yang dimaksud dengan tamasil menurut Atiyyah Al-Aufi, Ad-Dahhak, dan As-Saddi artinya patung-patung. Menurut Mujahid patung-patung yang terbuat dari tembaga, sedangkan menurut Qatadah patung-patung yang terbuat dari tanah liat dan kaca.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan piring-piring yang (besarnya) seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap (berada di atas tungkunya). (Saba’:13)
Jawab adalah bentuk jamak dari jabiyah, artinya kolam tempat penampungan air. Sebagaimana pengertian yang diucapkan oleh Maimun ibnu Qais alias Al-A’sya dalam salah satu bait syairnya:
Dikirimkan kepada Ali Al-Muhallaq periuk besar di petang hari, yang besarnya seperti tempat penampungan air milik Syekh Iraqi yang penuh dengan air.
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya “Al-jawab “yakni seperti kubangan.
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa makna yang dimaksud ialah seperti kolam-kolam besarnya.
Hal yang sama telah dikatakan pula oleh Mujahid, Al-Hasan, Qatadah, Ad-Dahhak dan lain-lainnya.
Yang dimaksud dengan al-qudurur rasiyat ialah periuk-periuk yang sangat besar sehingga harus tetap berada di atas tungkunya, tidak dipindah-pindahkan karena sangat berat.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ad-Dahhak, dan selain keduanya.
Menurut Ikrimah termasuk ke dalam pengertian qudurur rasiyat ialah belanga.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Bekerjalah, hai keluarga Daud, untuk bersyukur (kepada Allah). (Saba’:13)
Yakni dan Kami katakan kepada mereka, “Bekerjalah sebagai ungkapan rasa syukur yang telah dilimpahkan Allah kepada kalian untuk kepentingan agama dan dunia kalian.”
Syukran adalah bentuk masdar tanpa fi’il, atau menjadi maf’ullah. Berdasarkan kedua hipotesis ini terkandung pengertian yang menunjukkan bahwa syukur itu adakalanya dengan perbuatan, adakalanya pula dengan lisan dan niat, sebagaimana yang dikatakan oleh salah seorang penyair:
Telah kulimpahkan tiga macam nikmat dariku kepada kalian (sebagai rasa terima kasihku), yaitu melalui tanganku, lisanku, dan hatiku yang tidak kelihatan.
Abu Abdur Rahman As-Sulami telah mengatakan bahwa salat adalah ungkapan rasa syukur, puasa juga ungkapan rasa syukur, serta semua amal kebaikan yang engkau kerjakan karena Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى merupakan ungkapan rasa syukurmu (kepada-Nya). Dan syukur yang paling utama ialah membaca Hamdalah. Demikianlah menurut apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Ibnu Jarir dan Ibnu Abu Hatim telah meriwayatkan sebuah asar yang bersumber dari Muhammad ibnu Ka’b Al-Qurazi yang mengatakan bahwa syukur ialah bertakwa kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan mengerjakan amal saleh. Hal ini dikatakan terhadap orang yang mengungkapkannya melalui perbuatan. Dan demikianlah keadaan yang dilakukan oleh keluarga Nabi Daud a.s. di masa silam, mereka bersyukur kepada Allah melalui perbuatan di antara lisan mereka.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Bakar, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Sulaiman, dari Sabit Al-Bannani yang mengatakan bahwa Daud a.s. telah membagi-bagi tugas salat kepada keluarganya, anak-anaknya, dan istri-istrinya. Dan tersebutlah bahwa tiada suatu saat pun, baik di malam hari atau siang hari, melainkan ada seseorang dari keluarga Daud a.s. yang sedang berdiri menunaikan salat, sehingga rahmat terlimpahkan kepada mereka melalui apa yang disebutkan oleh firman-Nya: Bekerjalah, hai keluarga Daud, untuk bersyukur (kepada Allah). Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. (Saba’:13)
Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda:
Sesungguhnya salat yang paling disukai oleh Allah adalah salatnya Nabi Daud, dia tidur hingga pertengahan malam, lalu berdiri (salat) sepertiganya dan tidur seperenamnya. Dan puasa yang paling disukai Allah adalah puasanya Nabi Daud, dia puasa sehari dan berbuka sehari, dan apabila berperang Daud tidak pernah lari dari medan perang.
Abu Abdullah ibnu Majah telah meriwayatkan melalui hadis Sa’id ibnu Daud. Disebutkan bahwa telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Muhammad ibnul Munkadir, dari ayahnya, dari Jabir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Ibu Nabi Sulaiman ibnu Daud a.s. berkata kepada putranya Sulaiman, “Wahai anakku, janganlah kamu memperbanyak tidur di malam hari, karena sesungguhnya banyak tidur di malam hari membiarkan seseorang (pelakunya) menjadi orang fakir kelak di hari kiamat.”
Ibnu Abu Hatim sehubungan dengan hal ini telah meriwayatkan sebuah asar yang garib lagi panjang sekali menceritakan perihal Nabi Daud a.s. Ibnu Abu Hatim mengatakan pula, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Imran ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Abu Zaid Qubaisah ibnu Ishaq Ar-Ruqqi yang mengatakan bahwa Fudail pernah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Bekerjalah, hai keluarga Daud, untuk bersyukur (kepada Allah). (Saba’:13). Bahwa Daud a.s. berkata, “Ya Tuhanku, bagaimanakah saya harus bersyukur kepada Engkau, sedangkan bersyukur itu sendiri adalah merupakan nikmat dari-Mu?” Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjawabnya melalui firman-Nya, “Sekarang engkau telah bersyukur kepada-Ku karena engkau telah mengetahui bahwa nikmat itu dari-Ku.”
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan sedikit sekali dari hamba-hamba-Ku yang berterima kasih. (Saba’:13)
Hal ini merupakan berita tentang kenyataannya.
(13) Dan pekerjaan mereka adalah melakukan segala sesuatu yang dikehendaki oleh Sulaiman, maka mereka mengerjakannya, مِنْ مَحَارِيبَ “dari bangunan-bangunan yang tinggi” maksudnya, setiap bangunan yang dibangun yang dengannya gedung-gedung menjadi kokoh. Keterangan ini menginformasikan tentang gedung-gedung raksasa, وَتَمَاثِيلَ “dan patung-patung,” maksudnya, gambar-gambar berbagai hewan dan benda-benda mati dari kecanggihan buatan mereka dan kemampuan mereka melakukan hal itu, dan mereka bekerja untuk Sulaiman, وَجِفَانٍ كَالْجَوَابِ “dan piring-piring seperti kolam,” yaitu seperti kolam-kolam besar yang mereka kerjakan untuk Sulaiman sebagai tempat makanan, sebab dia membutuhkan sesuatu yang tidak dibutuhkan oleh orang lainnya, و “dan” mereka juga membuatkan untuknya periuk قُدُورٍ رَاسِيَاتٍ “yang tetap kokoh” tidak bisa dipindah dari tempatnya karena sangat besar.
Setelah Allah mengingatkan karuniaNya kepada mereka, maka Dia memerintah mereka untuk mensyukurinya, seraya berfirman, اعْمَلُوا آلَ دَاوُدَ “Bekerjalah, hai keluarga Dawud.” Mereka adalah Dawud, anak-anak nya dan keluarganya. Sebab karunia itu diberikan kepada mereka semua; dan kebanyakan maslahatnya kembali kepada mereka semua, شُكْرًا”untuk bersyukur,” kepada Allah atas apa yang telah dikaruniakanNya kepada mereka sebagai timbal balik dari apa yang telah dianugerahkanNya. وَقَلِيلٌ مِنْ عِبَادِيَ الشَّكُورُ”Dan sedikit sekali dari hamba-hambaKu yang berterima kasih,” jadi kebanyakan mereka tidak bersyukur kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ atas karunia yang dianugerahkanNya kepada mereka, berupa berbagai nikmat dan mencegah berbagai bencana dari mereka. Dan syukur adalah mengakui dengan hati akan karunia Allah جَلَّ جَلالُهُ dan menerimanya dengan penuh rasa butuh kepadanya serta menggunakannya dalam rangka ketaatan kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan memeliharanya dari penggunaan dalam kemaksiatan.
Mereka, para jin, bekerja untuk sulaiman sesuai dengan apa yang dikehendakinya, di antaranya membangun gedung-gedung yang tinggi, patung-patung sebagai hiasan, piring-piring yang besarnya seperti kolam dan periuk-periuk yang tetap berada di atas tungku. Begitu besar dan berat periuk-periuk itu hingga ia tidak dapat digerakkan. Bekerjalah, wahai keluarga daud untuk menjadi bukti rasa bersyukur kepada Allah. Dan ketahuilah bahwa sedikit sekali dari hamba-hamba-ku yang bersyukur secara sempurna, yakni dengan hati, ucapan, dan perbuatan. 14. Betapa pun besarnya kekuasaan nabi sulaiman hingga bisa mem-pekerjakan jin sesuai keinginannya, namun begitu ajalnya tiba maka tidak akan ada yang dapat menundanya. Maka ketika kami telah menetapkan kematian atasnya, nabi sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu kecuali rayap yang memakan tongkatnya yang dijadikan sandaran ketika dia wafat. Maka ketika dia, yakni je-nazah nabi sulaiman, telah jatuh tersungkur, tahulah jin itu bahwa dia telah wafat. Inilah bukti bahwa jin tidak mengetahui hal gaib. Sekiranya mereka mengetahui yang gaib, yakni wafat nabi sulaiman, tentu mereka tidak tetap dalam siksa yang menghinakan karena mengerjakan pekerjaan berat untuk nabi sulaiman yang mereka kira masih hidup dan mengawasi mereka.
Saba Ayat 13 Arab-Latin, Terjemah Arti Saba Ayat 13, Makna Saba Ayat 13, Terjemahan Tafsir Saba Ayat 13, Saba Ayat 13 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Saba Ayat 13
Tafsir Surat Saba Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)