{33} Al-Ahzab / الأحزاب | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | فاطر / Fatir {35} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Saba سبإ (Kaum Saba’) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 34 Tafsir ayat Ke 15.
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ ۖ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ ۖ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ ۚ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ ﴿١٥﴾
laqad kāna lisaba`in fī maskanihim āyah, jannatāni ‘ay yamīniw wa syimāl, kulụ mir rizqi rabbikum wasykurụ lah, baldatun ṭayyibatuw wa rabbun gafụr
QS. Saba [34] : 15
Sungguh, bagi kaum Saba’ ada tanda (kebesaran Tuhan) di tempat kediaman mereka yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri, (kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik (nyaman) sedang (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.”
Kabilah Saba’ di Yaman memiliki tempat tinggal yang membuktikan kuasa Kami, dua kebun di kanan dan kiri. Makanlah dari rizki Rabb kalian dan bersyukurlah atas nikmat-nikmat-Nya atas kalian, karena negeri kalian bertanah subur dan berhawa bagus, sedangkan Rabb kalian Maha Pengampun terhadap kalian.
Saba adalah nama raja-raja negeri Yaman dan juga nama penduduknya, dan Tababi’ah (jamak Tubba’ nama julukan Raja Yaman) berasal dari keturunan mereka. Balqis (teman wanita Nabi Sulaiman a.s.) termasuk salah seorang dari raja-raja negeri Yaman. Dahulu kala mereka hidup berlimpah dengan kenikmatan dan kesenangan di negeri mereka, kehidupan mereka sangat menyenangkan, dan rezeki mereka berlimpah, begitu pula tanam-tanaman dan buah-buahannya.
Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى mengutus kepada mereka rasul-rasul yang memerintahkan kepada mereka agar memakan rezeki Allah dan bersyukur kepada-Nya dengan cara mengesakan dan menyembah-Nya, mereka tetap diseru oleh para rasul selama masa yang dikehendaki oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Tetapi mereka berpaling dari apa yang diperintahkan oleh para rasul kepada mereka. Akhirnya mereka diazab dengan didatangkan kepada mereka banjir besar yangmemporak-porandakan seluruh negeri, sebagaimana yang akan diceritakan kisahnya secara rinci dalam pembahasan berikut ini, insya Allah.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Abdur Rahman, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, dari Abdullah ibnu Hubairah, dari Abdur Rahman ibnu Wa’lah yang menceritakan bahwa ia pernah mendengar Ibnu Abbas mengatakan, pernah ada seorang lelaki bertanya kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tentang Saba, apakah itu nama seorang laki-laki ataukah seorang perempuan ataukah nama negeri. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Tidak demikian, dia adalah seorang lelaki yang mempunyai sepuluh orang anak, enam di antara mereka tinggal di negeri Yaman, sedangkan empat orang dari mereka tinggal di negeri Syam. Ada pun yang tinggal di Yaman adalah kabilah Mulhaj, kabilah Kindah, kabilah Azd, orang-orang Asy’ari, Anmar, dan Himyar. Adapun yang tinggal di negeri Syam adalah Lakham, Juzam, ‘Amilah, dan Gassan.
Imam Ahmad telah meriwayatkannya pula dari Abdu, dari Al-Hasan ibnu Musa, dari Ibnu Lahi’ah dengan sanad yang sama, sanad riwayat ini hasan, tetapi mereka tidak mengetengahkannya.
Al-Hafiz Abu Umar ibnu Abdul Barr telah meriwayatkannya di dalam kitabnya yang berjudul Al-Qasdu wal Umam Bima ‘rifati Usul Ansabil ‘Arab wal ‘Ajam, melalui hadis Ibnu Lahi’ah, dari Alqamah ibnu Wa’lah, dari Ibnu Abbas, lalu disebutkan hal semisal. Ia pun telah meriwayatkannya melalui jalur lain dengan lafaz yang semisal.
Imam Ahmad mengatakan pula, juga Abd ibnu Humaid dan Yazid ibnu Harun, telah menceritakan kepada kami Abu Janab alias Yahya ibnu Abu Hayyah Al-Kalabi, dari Ibnu Harun, dari Urwah, dari Farwah ibnu Masik r.a. yang menceritakan bahwa ia pernah datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, saya akan berperang di depan kaum saya dan di belakang mereka.” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Ya, berperanglah di depan kaummu dan di belakang mereka”. Setelah aku berpaling, beliau memanggilku, lalu bersabda: Janganlah kamu perangi mereka sebelum kamu seru mereka masuk Islam. Saya bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah pendapatmu tentang Saba, apakah nama sebuah lembah ataukah sebuah gunung ataukah nama apa?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Tidak, bahkan Saba adalah dari keturunan bangsa Arab, dia mempunyai sepuluh orang anak, enam orang di antaranya tinggal di negeri Yaman, sedangkan yang empat orang lainnya tinggal di negeri Syam. Yang tinggal di negeri Yaman adalah Al-Azd, Asy’ariyyun, Himyar, Kindah, Muzhaj, dan Anmar yang dikenal dengan sebutan Bajilah dan Khas’am. Sedangkan yang tinggal di negeri Syam adalah Lakham, Juzam, ‘Amilah, dan Gassan.
Sanad hadis ini pun hasan, sekalipun di dalamnya terdapat Abu Janab Al-Kalbi yang dinilai daif oleh ulama hadis.
Tetapi Ibnu Jarir telah meriwayatkannya dari Abu Kuraib, dari Al-Anqari, dari Asbat ibnu Nasr, dari Yahya ibnu Hani’ Al-Muradi, dari pamannya atau dari ayahnya —Asbat ragu— yang telah mengatakan bahwa Farwah ibnu Masik r.a. datang menghadap kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu disebutkan hadis yang semisal.
Jalur lain dari hadis ini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Ibnu Lahi’ah, dari Taubah ibnu Namir, dari Abdul Aziz ibnu Yahya yang menceritakan kepadanya bahwa ketika ia berada di tempat Ubaidah ibnu Abdur Rahman di Afrika, maka pada suatu hari Ubaidah mengatakan, “Saya merasa yakin bahwa tiada suatu kaum pun yang tinggal di bumi ini melainkan berasal dari Saba.” Maka Ali ibnu Abu Rabah membantahnya, bahwa tidaklah demikian karena si Fulan pernah bercerita kepadanya bahwa Farwah ibnu Masih Al-Gutaifi r.a pernah datang menghadap kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu bertanya, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya Saba adalah suatu kaum yang pernah mencapai puncak kejayaannya di masa Jahiliah, dan sesungguhnya saya merasa khawatir bila mereka murtad dari Islam, bolehkan saya memerangi mereka?” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Aku belum diperintahkan untuk melakukan suatu tindakan apa pun terhadap mereka.” Lalu turunlah ayat ini, yaitu firman-Nya: Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka. (Saba’:15), hingga beberapa ayat berikutnya. Lalu seorang lelaki bertanya, “Apakah Saba itu, ya Rasulullah?” -Kemudian disebutkan hal yang semisal dengan hadis yang sebelumnya yang menyebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah ditanya tentang Saba, apakah Saba itu nama negeri atau nama lelaki ataukah nama perempuan. – Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Tidak, bahkan ia adalah nama seorang lelaki yang mempunyai sepuluh orang putra, enam orang di antaranya menetap di negeri Yaman, dan empat orang di antaranya tinggal di negeri Syam. Mereka yang tinggal di negeri Yaman adalah Muzhaj, Kindah, Al-Azd, Asy’ariyyin, Anmar, dan Himyar yang tidak menetap padanya. Adapun mereka yang tinggal di negeri Syam ialah Lakham, Juzam, Gassan dan Amilah.
Di dalam hadis ini terdapat keanehan karena disebutkan turunnya ayat tersebut di Madinah, padahal surat ini adalah Makkiyyah seluruhnya, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Jalur lain,
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Abu Umamah, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnul Hakam, telah menceritakan kepada kami Abu Sabrah An-Nakha’i alias Farwah ibnu Masik Al-Gutaifi r.a. yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki bertanya, “Wahai Rasulullah, ceritakanlah kepadaku tentang Saba, apakah ia nama negeri ataukah nama wanita?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Bukan nama negeri, bukan pula nama wanita, melainkan nama seorang lelaki yang mempunyai sepuluh orang anak: maka enam orang di antaranya tinggal di negeri Yaman, dan empat orang lamya tinggal di negeri Syam. Mereka yang tinggal di negeri Syam adalah Lakham, Juzam, Amilah, dan Gassan. Dan mereka yang tinggal di negeri Yaman ialah Kindah, Asy ‘ariyyin, Al-Azd, Muzhaj, Himyar, dan Anmar. Lelaki itu bertanya lagi, “Siapa sajakah yang termasuk Anmar itu?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Khas’am dan Bajilah berasal dari mereka.
Imam Turmuzi telah meriwayatkannya di dalam kitab Jami ‘-nya melalui Abu Kuraib dan Abdu ibnu Humaid. Ia mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, lalu disebutkan hadis yang lebih singkat daripada hadis di atas, lalu Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan garib.
Abu Umar ibnu Abdul Barr mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdul Waris ibnu Sufyan, telah menceritakan kepada kami Qasim ibnu Asbag, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Zuhair, telah menceritakan kepada kami Abdul Wahhab Najdah Al-Huti, telah menceritakan kepada kami Ibnu Kasir alias Usman ibnu Kasir, dari Al-Lais ibnu Sa’d, dari Musa ibnu Ali, dari Yazid ibnu Husain, dari Tamim Ad-Dari r.a. yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu menanyakan kepadanya tentang Saba. Kemudian disebutkan hal yang semisal dengan hadis yang di atas, riwayat ini membuat hadis ini menjadi kuat dan hasan.
Ulama ahli nasab —antara lain Muhammad ibnu Ishaq— telah mengatakan bahwa nama asli Saba ialah Abdu Syams ibnu Yasyjub ibnu Ya’rib ibnu Qahtan. Ia diberi julukan Saba karena dialah orang yang mula-mula ber-saba di kalangan orang-orang Arab. Ia dikenal pula dengan julukan Ar-Ra-isy karena dialah orang yang mula-mula mengambil harta jarahan perang seusai peperangan, lalu ia bagi-bagikan kepada kaumnya. Orang-orang Arab menamakan harta dengan istilah risyan atau riyasy. Mereka menyebutkan bahwa Abdu Syams ibnu Yasyjub di masa silam telah memberitakan kabar gembira akan kedatangan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu ia mengukirnya ke dalam bait-bait syairnya yang abadi, yaitu:
Hal ini disebutkan oleh Al-Hamzani di dalam kitab Al-Iklil. Mereka berselisih pendapat tentang Qahtan, ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya.
Pertama, menyebutkan bahwa Qahtan adalah keturunan dari Iram ibnu Sam ibnu Nuh. Dan mereka berselisih pendapat tentang kaitan nasabnya dengan Iram, ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya.
Kedua, menyebutkan bahwa Qahtan berasal dari keturunan Abir, yakni Nabi Hud a.s. Dan mereka berselisih pendapat pula tentang silsilah nasabnya sampai pada Hud a.s. Ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya.
Ketiga, menyebutkan bahwa Qahtan adalah keturunan dari Ismail ibnu Ibrahim Al-Khalil a.s. Dan mereka berselisih pendapat pula tentang silsilahnya sampai kepada Ismail a.s. ada tiga pendapat di kalangan mereka mengenainya
Hal ini disebutkan dengan rinci oleh Imam Al-Hafiz Abu Umar ibnu Abdul Bar An-Namiri di dalam kitabnya yang berjudul Al-Anbah ‘Ala Zikri Usulil Qabdilir Ruwwah.
Makna sabda Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang mengatakan:
Dia adalah seorang lelaki keturunan Arab.
Yang dimaksud dengan ‘Arabul ‘Aribah yang telah ada sebelum masa Nabi ibrahim a.s. keturunan dari Sam ibnu Nuh. Berdasarkan pendapat yang ketiga yang mengatakan bahwa mereka adalah keturunan dari Nabi Ibrahim a.s., pendapat ini tidak terkenal di kalangan mereka, hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui.
Tetapi di dalam kitab Sahih Imam Bukhari disebutkan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersua dengan sekelompok orang-orang Aslam yang sedang berlomba memanah, lalu beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepada mereka:
Berpanahanlah, hai anak-anak Ismail, karena sesungguhnya kakek moyang kalian adalah seorang pemanah.
Aslam adalah suatu kabilah dari kalangan Ansar, dan semua orang Ansar —baik Khazrajnya maupun Ausnya— berasal dari Gassan keturunan Arab negeri Yaman dari Saba. Mereka tinggal di Yasrib setelah Saba runtuh akibat banjir besar yang menimpa negerinya, sedangkan segolongan dari mereka tinggal di negeri Syam. Sesungguhnya mereka dinamakan Gassan karena mereka sewaktu di Yaman tinggal di dekat sebuah mata air yang dinamai Gassan. Menurut suatu riwayat, mata air Gassan ini berada di dekat Al-Musyallal. Hasan ibnu Sabit r.a. mengatakan dalam salah satu bait syairnya:
Jika engkau bertanya (tentang kami), maka kami adalah golongan keturunan kabilah Azd, yang kakek moyang kami bertempat di dekat mata air Gassan
Makna sabda Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang mengatakan:
Dia melahirkan sepuluh orang anak dari kalangan Arab.
Yakni di antara keturunannya adalah mereka yang sepuluh orang itu, yang menjadi kakek moyang kabilah-kabilah Arab negeri Yaman, bukan berarti bahwa dia melahirkan sepuluh orang anak dari sulbinya, melainkan ada yang antara mereka dan dia dua atau tiga tingkatan nasab, ada yang kurang dari itu, dan ada yang lebih banyak, seperti yang telah dijelaskan di kitab-kitab nasab yang membahasnya.
Makna sabda Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang mengatakan:
Maka enam orang di antara mereka tinggal di negeri Yaman, dan empat orang lainnya tinggal di negeri Syam.
Hal ini terjadi setelah Allah mengirimkan banjir besar kepada mereka. Di antara mereka ada yang tetap menetap di negeri asalnya, dan ada yang hijrah ke negeri lain.
Negeri Saba subur berkat adanya bendungan yang dinamakan Saddi Ma’rib, yang pada mulanya air datang kepada mereka dari celah-celah yang ada di antara kedua bukit, lalu berkumpul di lembah dan bercampur dengan air hujan yang turun kepada mereka dari bukit-bukit yang ada di sekitarnya. Lalu raja-raja mereka dahulu membuat rencana untuk memanfaatkan air tersebut, maka mereka membangun sebuah dam yang besar lagi kokoh guna membendung air tersebut. Akhirnya permukaan air naik dan memenuhi lembah yang ada di antara kedua bukit tersebut. Kemudian mereka menanam pohon-pohon dan bercocok tanam, serta menghasilkan buah-buahan yang sangat banyak dan bermutu baik. Sebagaimana yang telah diceritakan oleh bukan seorang dari kalangan ulama Salaf, antara lain Qatadah.
Disebutkan bahwa seorang wanita dari kalangan mereka berjalan di bawah pepohonan dengan membawa keranjang atau wadah buah-buahan di atas kepalanya. Maka buah-buahan berjatuhan memenuhi keranjangnya tanpa susah payah harus memetiknya karena buahnya rimbun dan masak-masak.
Bendungan tersebut terletak di Ma’rib, nama sebuah tempat yang jauhnya tiga marhalah dari kota San’a, sehingga dikenal dengan nama Saddi Ma ‘rib (bendungan Ma’rib). Ulama lainnya menceritakan bahwa di negeri mereka tidak terdapat seekor lalat atau nyamuk pun, juga tidak terdapat serangga lainnya yang mengganggu. Demikian itu karena iklim negeri itu sedang dan berkat pertolongan dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى agar mereka mengesakan dan menyembah-Nya, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sesungguhnya bagi kaum Saba ada tanda (kekuasaan Tuhan) di tempat kediaman mereka. (Saba’:15)
Kemudian dijelaskan oleh firman selanjutnya yang menyebutkan:
yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri. (Saba’:15)
Yakni terdapat di kedua sisi bukit tersebut, sedangkan negeri tempat tinggal mereka di tengah-tengahnya.
(kepada mereka dikatakan), “Makanlah olehmu dari rezeki yang (dianugerahkan) Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya. (Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Tuhanmu) adalah Tuhan Yang Maha Pengampun.” (Saba’:15)
Yaitu Maha Pengampun kepada kalian jika kalian tetap mengesakan-Nya.
(15-19) Saba` adalah satu kabilah (suku bangsa) yang sangat populer yang terletak di pesisir negeri Yaman, dan daerah tempat tinggal mereka disebut Ma’rib. Di antara karunia Allah dan kemurahanNya kepada manusia secara umum dan kepada bangsa Arab khususnya adalah bahwasanya Allah جَلَّ جَلالُهُ menceritakan di dalam Al-Qur`an sejarah-sejarah orang-orang yang dibinasakan dan diazab dari kalangan penduduk yang bertetangga dengan bangsa Arab, dan sisa-sisanya masih bisa disaksikan dan sejarahnya dipindah dari mulut ke mulut agar hal itu lebih mudah untuk membenarkan dan mudah untuk menerima nasihat, seraya berfirman, لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ “Sungguh bagi kaum Saba`, di tempat kediaman mereka” maksudnya, di daerah tempat mereka tinggal آيَةٌ “ada tanda.” Tanda di sini adalah nikmat yang berlimpah ruah yang Allah limpahkan kepada mereka, dan dijauhkannya mereka dari berbagai bencana, yang sebenarnya (hal ini) menuntut mereka untuk beribadah kepada Allah dan bersyukur kepadaNya.
Kemudian ayat ini dijelaskan dengan FirmanNya, جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ “Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.” Mereka memiliki lembah air yang sangat besar yang selalu dialiri air hujan, dan mereka membuat bendungan yang sangat kuat yang menjadi tempat penampungan air. Aliran air hujan selalu mengalir kepadanya hingga terbendunglah di sana air yang sangat besar. Dari bendungan itu mereka mengalirkannya ke kebun-kebun yang berada di sebelah kanan dan kiri bendungan itu; dan kebun-kebun ini mendatangkan buah-buahan yang mencukupi kebutuhan mereka sehingga mereka merasa senang dan bahagia. Kemudian Allah memerintahkan kepada mereka untuk mensyukuri nikmatNya yang telah Dia limpahkan kepada mereka dari berbagai sisi:
1. Kedua kebun itulah yang menjadi pokok mata pencaharian mereka.
2. Allah جَلَّ جَلالُهُ menjadikan negeri (daerah) mereka sebagai negeri yang baik karena cuacanya yang sangat baik, minimnya area perkebunan yang jelek dan berlimpahruahnya rizki di dalamnya.
3. Allah جَلَّ جَلالُهُ menjanjikan kepada mereka jika mereka bersyukur kepadaNya, bahwa Dia akan mengampuni dan merahmati mereka; maka dari itu Allah berfirman, بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ “(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Rabbmu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun.”
4. Ketika Allah جَلَّ جَلالُهُ mengetahui kebutuhan mereka kepada tanah (negeri) yang diberkahi dalam perniagaan dan usaha mereka, (secara zahir bahwa negeri ini adalah kota di Shan’a`, sebagaimana dikatakan oleh banyak kaum Salaf. Ada yang berpendapat bahwa negeri tersebut adalah negeri Syam), maka Allah menyediakan untuk mereka segala fasilitas yang dengannya mereka mudah untuk sampai kepadanya dengan sangat mudah, seperti adanya rasa aman, tidak ada rasa takut dan berentetannya perkampungan penghubung antara mereka dengan negeri tersebut sehingga mereka tidak merasakan adanya kesulitan dalam membawa bekal dan barangbarang perniagaan.
Maka dari itu Allah berfirman, وَجَعَلْنَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ الْقُرَى الَّتِي بَارَكْنَا فِيهَا قُرًى ظَاهِرَةً وَقَدَّرْنَا فِيهَا السَّيْرَ “Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negerinegeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan padanya perjalanan,” maksudnya, perjalanan yang bisa diprediksikan kadarnya, mereka mengenalnya dan menguasainya hingga mereka tidak tersesat darinya, siang dan malam hari.
لَيَالِيَ وَأَيَّامًا آمِنِينَ “Dengan aman,” maksudnya dengan tenang dalam perjalanan pada malam dan siang hari tanpa ada rasa takut. Ini merupakan kesempurnaan nikmat Allah terhadap mereka, yaitu Allah memberikan rasa aman dari rasa takut. Namun kemudian mereka berpaling dari Sang Pemberi nikmat dan dari beribadah kepadaNya, mereka mengingkari nikmat dan merasa jemu hingga mereka menuntut dan beranganangan agar perjalananperjalanan jauh (safar) mereka menjadi semakin jauh dari perkampunganperkampungan yang di sana sebenarnya perjalanan sudah menjadi mudah; وَظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ “dan mereka menganiaya diri mereka sendiri,” dengan mengingkari Allah جَلَّ جَلالُهُ dan nikmatNya.
Oleh karena itu, mereka disiksa oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ karena nikmat yang telah membuat mereka congkak ini. Maka Allah membinasakan mereka dan menimpakan terhadap mereka سَيْلَ الْعَرِمِ “banjir bandang.” Maksudnya, banjir bandang yang sangat kuat yang memporakporandakan bendungan mereka dan merusak kebunkebun dan menghancurkan ladangladang mereka. Berubahlah kebunkebun yang penuh dengan tanaman yang sangat menakjubkan dan pohonpohon yang berbuah, dan sebagai gantinya adalah pohonpohon yang tidak ada gunanya. Maka dari itu Allah berfirman, وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ “Dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi tumbuhan yang berbuah,” maksudnya, sesuatu yang sedikit dari makanan yang tidak menggembirakan mereka, yaitu خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ “(tumbuhan yang berbuah) pahit, pohon Atsl (sejenis cemara), dan sedikit pohon Sidr (sejenis bidara).” Ini semua adalah pohon yang sudah dikenal; dan ini berasal dari salah satu jenis perbuatan mereka, sebagaimana mereka menukar kesyukuran yang baik dengan kekufuran yang busuk; maka mereka mengganti kenikmatan tersebut dengan apa yang disebutkan tadi.
Maka dari itu Allah berfirman, ذَلِكَ جَزَيْنَاهُمْ بِمَا كَفَرُوا وَهَلْ نُجَازِي إِلا الْكَفُورَ “Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka, dan Kami tidak menjatuhkan azab, melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” Maksudnya, tidaklah Kami membalas dengan balasan siksaan –berdasarkan susunan kalimat– kecuali kepada orang yang kafir kepada Allah dan mengingkari nikmat. Setelah musibah melanda mereka, maka mereka tercerai-berai dan tercabikcabik setelah dahulu mereka bersatu, dan Allah menjadikan mereka sebagai bahan pembicaraan yang dibicarakan manusia dan menjadi dongeng masyarakat di malam hari, dan mereka dijadikan pribahasa: “Berceraiberailah seperti tangantangan kaum Saba`.”
Jadi, setiap orang membicarakan apa yang terjadi terhadap mereka, akan tetapi tidaklah mengambil pelajarannya dari mereka kecuali orang yang dikatakan oleh Allah, إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِكُلِّ صَبَّارٍ شَكُورٍ “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tandatanda bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur,” sabar dalam menghadapi Hal-hal yang dibenci dan berbagai cobaan, ia mengembannya untuk mendapat ridha Allah, tidak menggerutu karenanya, akan tetapi dia sabar menghadapinya; lagi bersyukur atas nikmat Allah جَلَّ جَلالُهُ dan mengakuinya, dan memuji Allah yang telah mengaruniakannya, serta menggunakannya dalam ketaatan kepadaNya.
Orang seperti itu, apabila dia mendengar sejarah mereka dan apa yang mereka lakukan dan apa yang menimpa mereka, maka ia tahu bahwa siksaan (hukuman) itu adalah sebagai balasan atas kekafiran mereka terhadap nikmat Allah; dan siapa saja yang berbuat seperti perbuatan mereka, niscaya akan diperlakukan seperti apa yang diperlakukan terhadap mereka, dan bahwa bersyukur kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ itu memelihara nikmat dan menolak bencana, serta bahwa para utusan Allah itu benar dalam apa yang mereka sampaikan, dan bahwa sesungguhnya balasan itu adalah haq sebagaimana dia telah melihat contohnya di dunia ini.
Allah telah memberikan anugerah yang besar kepada hamba-Nya yang taat dan bersyukur dengan mengerjakan amal saleh, antara lain nabi daud dan sulaiman. Hal ini berbeda dengan yang terjadi kepada kaum saba’. Mereka mengingkari nikmat Allah sehingga Allah menghukum mereka. Sungguh, bagi kaum saba’ ada tanda kebesaran Allah di tempat kediaman mereka di yaman selatan, yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri negeri mereka. Kepada mereka dikatakan, ‘makanlah olehmu dari rezeki anugerah tuhan pemelihara-Mu dan bersyukurlah kepada-Nya. Negerimu adalah negeri yang baik, nyaman, sentosa, dan murah rezeki, sedang tuhanmu adalah tuhan yang maha peng-ampun kepada siapa pun yang mau bertobat. ’16. Namun, kenikmatan itu justru membuat kaum saba’ lupa diri dan ingkar kepada Allah. Adalah kecenderungan manusia apabila mempunyai kelebihan atas orang lain, baik berupa harta, kepandaian, jabatan, dan sebagainya, mereka akan angkuh dan sombong. Itulah yang terjadi pada kaum saba’. Mereka merasakan agungnya nikmat Allah, tetapi mereka berpaling, tidak mensyukurinya, dan justru mendurhakai-Nya. Maka kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan menjebol ben-dungan ma’rib serta memusnahkan perkebunan mereka. Bendungan ma’rib adalah bendungan yang sangat kuat dan terbesar di yaman saat itu. Sekilas bendungan ini tampak terjadi secara alami karena berada di antara dua gunung, lalu di kedua ujungnya dibuat bangunan sehinga mampu menampung air hujan dalam jumlah besar. Air yang tertampung dapat mengairi kawasan di sekitarnya hingga jarak 300 mil. Dan usai banjir itu kami ganti kedua kebun mereka yang semula menghasil-kan buah-buahan yang mencukupi kebutuhan mereka, dengan dua kebun yang ditumbuhi pohon-pohon yang berbuah pahit, yaitu pohon a’l (sejenis cemara, tidak berbuah dan penuh duri), dan sedikit pohon sidr (sejenis pohon bidara). Kedua pohon tersebut sangat sedikit manfaatnya bagi mereka.
Saba Ayat 15 Arab-Latin, Terjemah Arti Saba Ayat 15, Makna Saba Ayat 15, Terjemahan Tafsir Saba Ayat 15, Saba Ayat 15 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Saba Ayat 15
Tafsir Surat Saba Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)