{33} Al-Ahzab / الأحزاب | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | فاطر / Fatir {35} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Saba سبإ (Kaum Saba’) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 34 Tafsir ayat Ke 16.
فَأَعْرَضُوا فَأَرْسَلْنَا عَلَيْهِمْ سَيْلَ الْعَرِمِ وَبَدَّلْنَاهُمْ بِجَنَّتَيْهِمْ جَنَّتَيْنِ ذَوَاتَيْ أُكُلٍ خَمْطٍ وَأَثْلٍ وَشَيْءٍ مِنْ سِدْرٍ قَلِيلٍ ﴿١٦﴾
fa a’raḍụ fa arsalnā ‘alaihim sailal-‘arimi wa baddalnāhum bijannataihim jannataini żawātai ukulin khamṭiw wa aṡliw wa syai`im min sidring qalīl
QS. Saba [34] : 16
Tetapi mereka berpaling, maka Kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit, pohon Atsl dan sedikit pohon Sidr.
Namun mereka berpaling dari perintah Allah, tidak bersyukur kepada-Nya dan mendustakan utusan-utusan Allah. Akibatnya Kami mengirimkan banjir bandang yang dahsyat yang menghancurkan bendungan dan menenggelamkan kebun-kebun. Dua kebun mereka yang berbuah lebat itu Kami ganti dengan dua kebun dengan buah-buahan yang buruk dan berasa tidak enak. Begitu pula pohon Atsl, yaitu sejenis jemara yang tidak berbuah, dan sedikit pohon bidara yang berduri.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Tetapi mereka berpaling. (Saba’:16)
Yakni dari mengesakan Allah, dari menyembah-Nya, serta dari bersyukur kepada-Nya atas nikmat-nikmat yang telah dilimpahkan-Nya kepada mereka. Sebaliknya mereka menyembah matahari, bukannya menyembah Allah. Sebagaimana yang dilaporkan burung Hud-hud kepada Nabi Sulaiman a.s. Hal ini menceritakan oleh firman-Nya:
dan kubawa kepadamu dari negeri Saba suatu berita penting yang diyakini. Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar. Aku mendapati dia dan kaumnya menyembah matahari, selain Allah, dan setan telah menjadikan mereka memandang indah perbuatan-perbuatan mereka, lalu menghalangi mereka dari jalan (Allah), sehingga mereka tidak dapat petunjuk (An Naml:22-24)
Muhammad ibnu Ishaq telah meriwayatkan dari Wahb ibnu Munabbih bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah mengirimkan kepada mereka tiga belas orang nabi sebagai utusan-utusan Allah.
As-Saddi mengatakan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Telah mengutus kepada mereka dua belas ribu orang nabi, hanya Allahlah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
maka Kami datangkan kepada mereka banjir yang besar (Saba’:16)
Yang dimaksud dengan al-arim ialah air, menurut pendapat lain adalah lembah. Menurut pendapat yang lainnya hama tikus, dan menurut pendapat yang lainnya lagi adalah air bah. Dengan demikian, berarti penamaan Sailul ‘Arim ini termasuk ke dalam Bab “Idafatul Ismi Ila Sifatihi” (Menyandarkan Nama Kepada Sifatnya), seperti Masjid Jami’ dan Sa’id Kurz. Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh As-Suhaili.
Ibnu Abbas, Wahb ibnu Munabbih, dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang telah menyebutkan bahwa ketika Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى hendak menghukum mereka dengan mengirimkan banjir besar kepada mereka, maka terlebih dahulu Allah mengirimkan sejumlah besar tikus-tikus ke bendungan mereka, lalu tikus-tikus itu menggerogotinya.
Wahb ibnu Munabbih menceritakan bahwa mereka menjumpai dalam kitab-kitab mereka (Ahli Kitab), bahwa penyebab hancurnya bendungan tersebut adalah karena ulah tikus. Dalam suatu periode mereka (orang-orang Saba) menjaga bendungannya dengan kucing-kucing liar, tetapi setelah takdir tiba tikus-tikus itu dapat mengalahkan kucing-kucing penjaga bendungan tersebut. Akhirnya tikus-tikus itu masuk ke daerah bendungan dan melubanginya sehingga bendungan mereka ambruk dan banjir menimpa mereka.
Qatadah dan lain-lainnya mengatakan bahwa tikus-tikus itu melubangi fondasi bendungan tersebut hingga bendungan itu tidak mempunyai akar fondasi lagi dan labil. Ketika tiba musim penghujan, datanglah banjir kiriman, lalu menghantam bendungan itu hingga roboh. Akhirnya air bah melanda bagian yang terendah dari lembah dan memporak-porandakan semua bangunan, merusak semua pohon yang ada di hadapannya, serta menghancurkan semua yang dilandanya. Akhirnya air surut dan tidak lagi menyuplai perairan pepohonan yang ada di kedua sisi bukit tersebut, hingga semua pepohonan kering dan mati. Kemudian pepohonan yang berbuah lagi indah dan hijau itu sesudah banjir tidak ada lagi dan berubah, sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya:
dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi (pohon-pohon) yang berbuah pahit. (Saba’:16)
Menurut Ibnu Abbas, Mujahid, Ikrimah, Ata Al-Khurrasani, Al-Hasan, Qatadah, dan As-Saddi, yang dimaksud adalah pohon arok dan rerumputan yang berduri.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, ” أَثْل”, menurut Al-Aufi, dari Ibnu Abbas disebutkan pohon tarfa, sedangkan yang lain menyebutnya pohon yang serupa dengan pohon tarfa, dan menurut pendapat yang lainnya menyebutkan pohon samur, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan sedikit dari pohon sidr. (Saba’:16)
Pohon pengganti yang terbaik dari pepohonan tersebut adalah pohon sidr, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat di atas. Demikian nasib kedua kebun yang indah itu, sebelumnya buah-buahannya sangat subur, indah dipandang mata, rimbun, dan airnya mengalir, kemudian diganti dengan pohon arok, tarfa, dan sidr yang semuanya berduri dan sedikit buahnya. Demikian itu karena ulah mereka yang kafir, mempersekutukan Allah serta mendustakan perkara yang hak, lalu memilih jalan yang batil.
15-19. Saba’ adalah satu kabilah (suku bangsa) yang sangat populer yang terletak di pesisir negeri Yaman, dan daerah tempat tinggal mereka disebut Ma’rib. Di antara karunia Allah dan kemurahanNya kepada manusia secara umum dan kepada bangsa Arab khususnya adalah bahwasanya Allah menceritakan di dalam al-Quran sejarah-sejarah orang-orang yang dibinasakan dan di azab dari kalangan penduduk yang bertetangga dengan bangsa Arab, dan sisa-sisanya masih bisa disaksikan dan sejarahnya dipindah dari mulut ke mulut agar hal itu lebih mudah untuk membenarkan dan mudah untuk menerima nasihat, seraya berfirman, “Sungguh bagi kaum Saba’, di tempat kediaman mereka” maksudnya, di daerah tempat mereka tinggal “ada tanda.” Tanda di sini adalah nikmat yang berlimpah ruah yang Allah limpahkan kepada mereka, dan dijauhkannya mereka dari berbagai bencana, yang sebenarnya (hal ini) menuntut mereka untuk beribadah kepada Allah dan bersyukur kepadaNya.
Kemudian ayat ini dijelaskan dengan FirmanNYa, “Yaitu dua buah kebun di sebelah kanan dan di sebelah kiri.” Mereka memiliki lembah air yang sangat besar yang selalu di aliri air hujan, dan mereka membuat bendungan yang sangat kuat yang menjadi tempat penampungan air. Aliran air hujan selalu mengalir kepadanya hingga terbendunglah di sana air yang sangat besar. Dari bendungan itu mereka mengalirkannya ke kebun-kebun yang berada di sebelah kanan dan kiri bendungan itu; dan kebun-kebun itu mendatangkan buah-buahan yang mencukupi kebutuhan mereka sehingga mereka merasa senang dan bahagia. Kemudian Allah memerintahkan kepada mereka untuk mensyukuri nikmatNya yang telah Dia limpahkan kepada mereka dari berbagai sisi:
1. Kedua kebun itulah yang menjadi pokok mata pencaharian mereka.
2. Allah menjadikan negeri (daerah) mereka sebagai negeri yang baik karena cuacanya yang sangat baik, minimnya area perkebunan yang jelek dan berlimpah ruahnya rizki di dalamnya.
3. Allah menjanjikan kepada mereka jika mereka bersyukur kepadaNya, bahwa Dia akan mengampuni dan merahmati mereka; maka dari itu Allah berfirman, “(Negerimu) adalah negeri yang baik dan (Rabbmu) adalah Rabb Yang Maha Pengampun.”
4. Ketika Allah mengetahui kebutuhan mereka kepada tanah (negeri) yang diberkahi dalam perniagaan dan usaha mereka, (secara zhahir bahwa negeri ini adalah kota di Shan’a, sebagaimana dikatakan oleh banyak kaum salaf. Ada yang berpendapat bahwa negeri tersebut adalah negeri Syam), maka Allah menyediakan untuk mereka segala fasilitas yang dengannya mereka mudah untuk sampai kepadanya dengan sangat mudah, seperti adanya rasa aman, tidak ada rasa takut dan berentetannya perkampungan penghubung antara mereka dengan negeri tersebut sehingga mereka tidak merasakan adanya kesulitan dalam membawa bekal dan barang-barang perniagaan.
maka dari itu Allah berfirman, “Dan Kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan padanya perjalanan,” maksudnya, perjalanan yang bisa diprediksikan kadarnya, mereka mengenalnya dan menguasainya hingga mereka tidak tersesat darinya, siang dan malam hari.
“Dengan aman,” maksudnya dengan tenang dalam perjalanan pada malam dan siang hari tanpa ada rasa takut. Ini merupakan kesempurnaan nikmat Allah terhadap mereka, yaitu Allah memberikan rasa aman dari rasa takut. Namun kemudian mereka berpaling dari Sang Pemberi nikmat dan dari beribadah kepadaNya, mereka mengingkari nikmat dan merasa jemu hingga mereka menuntut dan berangan-angan agar perjalanan –perjalanan jauh (safar) mereka menjadi semakin jauh dari perkampungan yang di sana sebenarnya perjalanan sudah menjadi mudah; “dan mereka menganiaya diri mereka sendiri,” dengan mengingkari Allah dan nikmatNya.
Oleh karena itu, mereka disiksa oleh Allah karena nikmat yang telah membuat mereka congkak ini. Maka Allah membinasakan mereka dan menimpakan terhadap mereka “banjir bandang.” Maksudnya, banjir bandang yang sangat kuat yang memporak porandakan bendungan mereka dan merusak kebun-kebun yang penuh dengan tanaman yang sangat menakjubkan dan pohon-pohon yang berbuah, dan sebagai gantinya adalah pohon-pohon yang tidak ada gunanya. Maka dari itu Allah berfirman, “Dan Kami ganti kedua kebun mereka dengan dua kebun yang ditumbuhi tumbuhan yang berbuah,” maksudnya, sesuatu yang sedikit dari makanan yang tidak menggembirakan mereka, yaitu “(tumbuhan yang berbuah) pahit, pohon Atsl (sejenis cemara), dan sedikit pohon Sidr (sejenis bidara).” Ini semua adalah pohon yang sudah dikenal; dan ini berasal dari salah satu jenis perbuatan mereka, sebagaimana mereka menukar kesyukuran yang baik dengan kekufuran yang busuk; maka mereka mengganti kenikmatan tersebut dengan apa yang disebutkan tadi.
Maka dari itu Allah berfirman, “Demikianlah Kami memberi balasan kepada mereka karena kekafiran mereka, dan Kami tidak menjatuhkan azab, melainkan hanya kepada orang-orang yang sangat kafir.” Maksudnya, tidaklah Kami membalas dengan balasan siksaan –berdasarkan susunan kalimat- kecuali kepada orang yang kafir kepada Allah dan mengingkari nikmat. Setelah musibah melanda mereka, maka mereka tercerai-berai dan tercabik-cabik setelah dahulu mereka bersatu, dan Allah menjadikan mereka sebagai bahan pembicaraan yang dibicarakan manusia dan menjadi dongeng masyarakat di malam hari, dan mereka dijadikan pribahasa: “bercerai-berailah seperti tangan-tangan kaum Saba’.”
Jadi, setiap orang membicarakan apa yang terjadi terhadap mereka, akan tetapi tidaklah mengambil pelajarannya dari mereka “Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi setiap orang yang sabar lagi bersyukur,” sabar dalam menghadapi hal-hal yang dibenci dan berbagai cobaan, ia mengembannnya untuk mendapat ridha Allah, tidak menggerutu karenanya, akan tetapi dia sabar menghadapinya; lagi bersyukur atas nikmat Allah dan mengakuinya, dan memuji Allah yang telah mengaruniakannya, serta menggunakannya dalam ketaatan kepadaNYa.
Orang seperti itu, apabila dia mendengar sejarah mereka dan apa yang mereka lakukan dan apa yang menimpa mereka, maka ia tahu bahwa siksaan (hukuman) itu adalah sebagai balasan atas kekafiran mereka terhadap nikmat Allah; dan siapa yang berbuat seperti perbuatan mereka, niscaya akan diperlakukan seperti apa yang diperlakukan terhadap mereka, dan bahwa bersyukur kepada Allah itu memelihara nikmat dan menolak bencana, serta bahwa para utusan Allah itu benar dalam apa yang mereka sampaikan, dan bahwa sesungguhnya balasan itu adalah haq sebagaimana dia telah melihat contohnya di dunia ini.
Namun, kenikmatan itu justru membuat kaum saba’ lupa diri dan ingkar kepada Allah. Adalah kecenderungan manusia apabila mempunyai kelebihan atas orang lain, baik berupa harta, kepandaian, jabatan, dan sebagainya, mereka akan angkuh dan sombong. Itulah yang terjadi pada kaum saba’. Mereka merasakan agungnya nikmat Allah, tetapi mereka berpaling, tidak mensyukurinya, dan justru mendurhakai-Nya. Maka kami kirim kepada mereka banjir yang besar dan menjebol ben-dungan ma’rib serta memusnahkan perkebunan mereka. Bendungan ma’rib adalah bendungan yang sangat kuat dan terbesar di yaman saat itu. Sekilas bendungan ini tampak terjadi secara alami karena berada di antara dua gunung, lalu di kedua ujungnya dibuat bangunan sehinga mampu menampung air hujan dalam jumlah besar. Air yang tertampung dapat mengairi kawasan di sekitarnya hingga jarak 300 mil. Dan usai banjir itu kami ganti kedua kebun mereka yang semula menghasil-kan buah-buahan yang mencukupi kebutuhan mereka, dengan dua kebun yang ditumbuhi pohon-pohon yang berbuah pahit, yaitu pohon a’l (sejenis cemara, tidak berbuah dan penuh duri), dan sedikit pohon sidr (sejenis pohon bidara). Kedua pohon tersebut sangat sedikit manfaatnya bagi mereka. 17. Demikianlah kami memberi balasan kepada mereka dengan menjatuhkan hukuman tersebut karena kekafiran mereka. Dan kami tidak menjatuhkan azab yang demikian itu melainkan hanya kepada orang yang sa-ngat kafir dan mengingkari nikmat-nikmat-Nya.
Saba Ayat 16 Arab-Latin, Terjemah Arti Saba Ayat 16, Makna Saba Ayat 16, Terjemahan Tafsir Saba Ayat 16, Saba Ayat 16 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Saba Ayat 16
Tafsir Surat Saba Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)