{33} Al-Ahzab / الأحزاب | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | فاطر / Fatir {35} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Saba سبإ (Kaum Saba’) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 34 Tafsir ayat Ke 22.
قُلِ ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ ۖ لَا يَمْلِكُونَ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ فِي السَّمَاوَاتِ وَلَا فِي الْأَرْضِ وَمَا لَهُمْ فِيهِمَا مِنْ شِرْكٍ وَمَا لَهُ مِنْهُمْ مِنْ ظَهِيرٍ ﴿٢٢﴾
qulid’ullażīna za’amtum min dụnillāh, lā yamlikụna miṡqāla żarratin fis-samāwāti wa lā fil-arḍi wa mā lahum fīhimā min syirkiw wa mā lahụ min-hum min ẓahīr
QS. Saba [34] : 22
Katakanlah (Muhammad), “Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah! Mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi, dan mereka sama sekali tidak mempunyai peran serta dalam (penciptaan) langit dan bumi dan tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya.”
Katakanlah wahai Rasul kepada orang-orang musyrikin: Panggillah apa yang menurut kalian adalah sekutu-sekutu bagi Allah, lalu kalian menyembahnya selain Allah berupa berhala-berhala, malaikat-malaikat dan manusia. Mintalah mereka untuk menunaikan hajat kalian, karena mereka tidak akan menjawab kalian. Mereka tidak memiliki apa pun seberat semut kecil di langit dan tidak pula di bumi. Mereka tidak memiliki wewenang sedikit pun pada keduanya. Allah tidak dibantu oleh seorang pun dari orang-orang musyrikin itu untuk menciptakan sesuatu, sebaliknya Allah adalah satu-satunya Dzat yang mengadakan. Maka hanya Dia-lah yang patut disembah, tidak seorang pun selain-Nya yang berhak atas itu.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjelaskan bahwa Dialah Tuhan Yang Maha Esa, bergantung kepada-Nya segala sesuatu, tiada yang menandingi-Nya, dan tiada sekutu bagi-Nya. Bahkan Dia mengatur sendirian tanpa ada yang menyekutui-Nya dan tanpa ada yang menentang atau yang menyaingi-Nya dalam urusan-Nya. Untuk itu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Katakanlah, “Serulah mereka yang kamu anggap (sebagai tuhan) selain Allah.” (Saba’:22)
Yakni semua tuhan yang disembah selain Allah.
mereka tidak memiliki (kekuasaan) seberat zarrah pun di langit dan di bumi. (Saba’:22)
Semakna dengan apa yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Dan orang-orang yang kamu seru (sembah) selain Allah tiada mempunyai apa-apa, walaupun setipis kulit ari. (Faathir’:13)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan mereka tidak mempunyai suatu saham pun dalam (penciptaan) langit dan bumi. (Saba’:22)
Maksudnya, mereka tidak memiliki sesuatu apa pun secara menyendiri dan tidak pula secara persekutuan.
dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. (Saba’:22)
Allah tidak memerlukan bantuan dan andil apa pun dari sekutu-sekutu itu dalam semua urusan-Nya, bahkan semua makhluk berhajat kepada-Nya dan merupakan hamba-hamba-Nya.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan sekali-kali tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya. (Saba’:22) Yakni penolong yang membantu-Nya dalam sesuatu urusan.
(22-23) Maksudnya, قُلْ “Katakanlah” wahai Rasul kepada orang-orang yang mempersekutukan Allah dengan yang lainnya dari kalangan makhluk yang tidak bisa menciptakan manfaat ataupun mudarat, dengan memastikan tidak berdayaannya kepada mereka dan menjelaskan kepalsuan beribadah kepadanya, ادْعُوا الَّذِينَ زَعَمْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّ “Serulah mereka yang kamu yakini selain Allah,” maksudnya, tuhan yang kalian yakini bahwa mereka adalah sekutu-sekutu bagi Allah, jika seruan kalian berguna. Sebab, sesungguhnya faktor-faktor tidak berdayaan dan ketidakmampuan mengabulkan doa sudah terpenuhi dari segala sisi. Karena mereka sama sekali tidak memiliki kemampuan sekecil apa pun. Mereka tidak memiliki seberat biji sawi pun di langit dan di bumi ini, baik secara independen ataupun secara bersama. Maka dari itu Allah berfirman, وَمَالَهُمْ “Mereka tidak memiliki” maksudnya, sesembahan-sesembahan yang kalian yakini itu (sama sekali) tidak memiliki, فِيهِمَا “di keduanya,” di langit dan di bumi, مِنْ شِرْكٍ “suatu saham pun” maksudnya, tidak memiliki saham kecil ataupun saham besar. Jadi mereka sama sekali tidak memiliki kepemilikan ataupun saham.
Tinggal dikatakan, “Selain itu, bisa jadi mereka menjadi para pembantu bagi sang Pemilik dan Menteri-menteriNya, sehingga doa mereka menjadi bermanfaat, karena disebabkan kebutuhan sang Raja kepada mereka, maka mereka bisa menunaikan kebutuhankebutuhan siapa saja yang bergantung kepada mereka. Namun Allah جَلَّ جَلالُهُ menafikan kedudukan ini seraya berfirman, وَمَا لَهُ “Dan sekali-kali tidak ada bagiNya” maksudnya: Bagi Allah yang Maha Esa lagi Mahaperkasa مِنْهُمْ “dari mereka” maksudnya, dari para sesembahansesembahan itu, مِنْ ظَهِيرٍ “yang menjadi pembantu,” yakni: Yang menjadi penolong dan menteri yang membantunya dalam kerajaan dan pengaturan.
Kemudian, tidak ada yang tersisa selain syafa’at. Namun Allah جَلَّ جَلالُهُ menafikan syafa’at dengan FirmanNya, وَلا تَنْفَعُ الشَّفَاعَةُ عِنْدَهُ إِلا لِمَنْ أَذِنَ لَ “Dan tiadalah berguna syafa’at di sisi Allah melainkan bagi orang yang telah diizinkanNya.” Inilah beberapa macam bentuk ketergantungan yang mana orang-orang musyrik menjadikannya sebagai sandaran kepada sesembahan-sesembahan dan berhala-berhala mereka dari jenis manusia, pepohonan, bebatuan dan lain sebagainya. Ia diputuskan oleh Allah dan dijelaskan kepalsuannya dengan penjelasan yang mencincang habis materi-materi syirik dan memutus dasar-dasarnya, karena sesungguhnya orang yang musyrik itu sebenarnya hanyalah berdoa dan beribadah (menyembah) kepada selain Allah, dengan maksud mengharapkan manfaat darinya. Pengharapan seperti inilah yang menyebabkannya terjerumus ke dalam syirik. Apabila yang diseru dari selain Allah itu tidak memiliki manfaat dan mudarat (tidak dapat memberikan manfaat dan mudarat), dan bukan juga sekutu bagi Sang Maha Pemilik, bukan pembantu dan bukan pula penolong bagiNya, dan ia tidak kuasa memberikan syafa’at tanpa ada izin dari Sang Maha Pemilik, maka doa dan ibadah tersebut merupakan kesesatan menurut akal dan kebatilan menurut syariat, bahkan permintaan dan harapan mereka itu berbalik menimpa kepada pelaku syirik itu. Sebab, dia sebenarnya menginginkan manfaat darinya, lalu Allah menjelaskan kepalsuan dan ketidakbergunaannya, dan Dia menjelaskan di dalam ayat-ayat Nya yang lain bahwa bahayanya menimpa para penyembahnya, dan bahwa nanti di Hari Kiamat sebagian mereka mengingkari sebagian yang lain dan saling mengutuk, dan tempat mereka semua adalah neraka.
وَإِذَا حُشِرَ النَّاسُ كَانُوا لَهُمْ أَعْدَاءً وَكَانُوا بِعِبَادَتِهِمْ كَافِرِينَ
“Dan apabila manusia dikumpulkan (pada Hari Kiamat) niscaya sembahansembahan mereka itu menjadi musuh mereka, dan mereka mengingkari pemujaanpemujaan mereka.” (Al-Ahqaf: 6).
Yang aneh lagi adalah bahwa orang musyrik itu menyombongkan diri untuk tunduk kepada para rasul dengan alasan bahwa mereka adalah manusia biasa sementara dia sendiri rela menyembah dan berdoa kepada pepohonan dan bebatuan, ia menyombongkan diri untuk tulus kepada sang Maharaja Yang Maha Pengasih lagi Mahaperkasa, sementara dia rela menyembah sembahan yang bahayanya lebih dekat daripada manfaatnya, karena taat kepada musuh bebuyutannya, yaitu setan.
Dan FirmanNya, حَتَّى إِذَا فُزِّعَ عَنْ قُلُوبِهِمْ قَالُوا مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ قَالُوا الْحَقَّ وَهُوَ الْعَلِيُّ الْكَبِيرُ “Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, mereka berkata, ‘Apakah yang telah difirmankan oleh Rabbmu?’ Mereka menjawab, ‘(Perkataan) yang benar,’ dan Dialah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar.” Kemungkinan pertama kata ganti (dhamir) “hum” dalam ayat ini kembali kepada kaum musyrikin, sebab mereka disebutkan di dalam redaksi ayat tersebut, sedangkan kaidah tentang dhamir (kata ganti) itu adalah kembali kepada kata yang paling dekat (yang disebutkan). Maka makna ayat di atas adalah: Apabila Hari Kiamat terjadi dan rasa ketakutan telah dihilangkan dari hati orang-orang musyrikin. Maksudnya, rasa takut sudah tidak ada dan mereka ditanya, –saat akal mereka sudah dikembalikan–, tentang keadaan mereka dahulu di dunia dan tentang pendustaan mereka terhadap kebenaran yang dibawa oleh para rasul, maka mereka mengakui bahwa apa yang mereka anut, yaitu kekafiran dan kesyirikan itu adalah batil, dan bahwa apa yang dikatakan oleh Allah dan diberitakan oleh para rasul itulah yang haq. Maka terungkaplah apa yang dahulu mereka sembunyikan, mereka tahu bahwa kebenaran adalah milik Allah dan mereka mengakui dosa-dosa mereka.
وَهُوَ الْعَلِيُّ “Dan Dialah Yang Mahatinggi” dengan DzatNya di atas seluruh makhluk, keperkasaanNya terhadap mereka dan ketinggian martabatNya karena sifat-sifatNya yang Agung lagi Suci, الْكَبِير “lagi Mahabesar” DzatNya dan Sifat-sifatNya. Dan di antara ketinggianNya adalah bahwa hukum (keputusan) Allah itu tinggi, jiwa tunduk kepadanya, hingga jiwa orang-orang yang menyombongkan diri dan kaum musyrikin sekalipun. Makna ini sudah sangat jelas dan inilah yang ditunjukkan oleh konteks ayat.
Kemungkinan kedua, dhamir “hum” kembali kepada para malaikat. Sebab, Allah جَلَّ جَلالُهُ apabila berbicara melalui wahyu, maka didengar oleh para malaikat dan mereka tersentak ketakutan dan menyungkur sujud kepada Allah. Dan malaikat pertama yang mengangkat kepalanya adalah Jibril, lalu Allah menyampaikan wahyu yang dikehendakiNya kepadanya. Lalu apabila rasa ketakutan sudah hilang dari hati para malaikat, maka sebagian mereka menanyakan kepada sebagian yang lain tentang firman yang menyebabkan mereka tersentak itu, “Apa yang telah dikatakan oleh Rabb?” Maka sebagiannya menjawab, “Perkataan yang haq.” Bisa jadi jawaban itu secara global, karena mereka telah mengetahui bahwa Dia tidak mengatakan kecuali yang haq, atau mereka mengatakan, “Dia berfirman begini dan begitu” untuk firman yang telah mereka dengar dariNya. Dan yang demikian itu termasuk yang haq. Maka makna ayat di atas berdasarkan alternatif ini adalah bahwa kaum musyrikin yang menyembah sembahan-sembahan selain Allah, yang telah kami uraikan kepada kalian tentang ketidakberdayaannya, kelemahannya dan ketidakmampuannya memberikan manfaat dari sudut mana pun, bagaimana mungkin mereka bisa berpaling dan menjauh dari ketulusan ibadah kepada Rabb yang Maha agung, Maha tinggi lagi Maha besar, yang karena keagungan dan kebesaranNya menciptakan sikap tunduk dan rasa takut para malaikat nan mulia lagi muqarrabin sampai pada kadar seperti itu, dan mereka semua mengakui bahwasanya Allah tidak mengatakan kecuali yang haq. Lalu bagaimana kaum musyrikin bisa menyombongkan diri untuk beribadah kepada Tuhan yang sedemikian keadaanNya dan keagungan kerajaan dan kekuasaanNya? Maka Mahasuci Allah yang Mahatinggi lagi Mahabesar dari kesyirikan kaum musyrikin, dari kedustaan dan kebohongan mereka!
Allah maha esa, pemelihara alam semesta, dan hanya dia yang berhak disembah. Orang-orang yang menyembah selain Allah adalah mereka yang tertipu rayuan iblis. Sembahan mereka tidak sedikit pun memberi mereka manfaat. Katakanlah, wahai nabi Muhammad, kepada mereka yang mempersekutukan Allah, “seru dan minta-lah mereka yang kamu anggap sebagai tuhan selain Allah untuk menolak mudarat atau mendatangkan manfaat!” mereka, yakni sembahan itu, tidak memiliki kekuasaan seberat zarrah pun. Mereka tidak punya kuasa sekecil apa pun di langit dan di bumi, dan mereka sama sekali tidak mempunyai peran serta dalam penciptaan, pemeliharaan, dan peng-aturan langit dan bumi, dan tidak ada di antara mereka yang menjadi pembantu bagi-Nya dalam urusan apa pun. ‘ (lihat juga: f”ir/35: 13). 23. Dan syafaat, yakni pertolongan, di sisi-Nya hanya berguna bagi orang yang telah diizinkan-Nya untuk memberi dan memperoleh syafaat itu, seperti para malaikat, nabi, dan orang saleh. Sehingga apabila telah dihilangkan ketakutan dari hati mereka, yakni orang-orang yang akan diberi izin untuk memberi syafaat dan orang-orang yang akan mendapat syafaat, mereka yang akan mendapat syafaat berkata, ‘apakah yang telah difirmankan dan ditetapkan oleh tuhanmu untuk kami” mereka menja-wab, ‘Allah memberi keputusan yang benar, ‘ dan dialah yang mahatinggi zat dan kedudukan-Nya, mahabesar keagungan dan kekuasaan-Nya (lihat juga: al-baqarah/2: 255, y’nus/10: 3, dan al-anbiy’/21: 28).
Saba Ayat 22 Arab-Latin, Terjemah Arti Saba Ayat 22, Makna Saba Ayat 22, Terjemahan Tafsir Saba Ayat 22, Saba Ayat 22 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Saba Ayat 22
Tafsir Surat Saba Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)