{34} Saba / سبإ | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | يس / Yasin {36} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Fatir فاطر (Pencipta) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 35 Tafsir ayat Ke 9.
وَاللَّهُ الَّذِي أَرْسَلَ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَسُقْنَاهُ إِلَىٰ بَلَدٍ مَيِّتٍ فَأَحْيَيْنَا بِهِ الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا ۚ كَذَٰلِكَ النُّشُورُ ﴿٩﴾
wallāhullażī arsalar-riyāḥa fa tuṡīru saḥāban fa suqnāhu ilā baladim mayyitin fa aḥyainā bihil-arḍa ba’da mautihā, każālikan-nusyụr
QS. Fatir [35] : 9
Dan Allah-lah yang mengirimkan angin; lalu (angin itu) menggerakkan awan, maka Kami arahkan awan itu ke suatu negeri yang mati (tandus) lalu dengan hujan itu Kami hidupkan bumi setelah mati (kering). Seperti itulah kebangkitan itu.
Allah mengirimkan angin sehingga angin itu menggerakkan awan, lalu Kami menumpahkannya ke tanah yang gersang. Air hujan turun kepadanya lalu dengannya Kami menghidupkan bumi setelah sebelumnya kering sehingga sekarang ia menghijau karena tumbuh-tumbuhan. Seperti penghidupan bumi inilah Allah menghidupkan orang-orang mati pada hari kiamat.
Sering sekali Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menggambarkan tentang hari berbangkit dengan bumi tandus yang dihidupkan-Nya kembali menjadi subur, sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Hajj pada bagian permulaannya, agar hamba-hamba-Nya dapat mengambil pelajaran dari peristiwa tersebut untuk menyimpulkan adanya hari berbangkit. Sesungguhnya bumi yang mati lagi tandus tiada tetumbuhan padanya, apabila digiring kepadanya awan yang menandung air hujan, lalu diturunkanlah hujan di atasnya.
hiduplah bumi itu dan suburlah dan menumbuhkan berbagai macam tumbuh-tumbuhan yang indah. (Al Hajj:5)
Demikian pula halnya tubuh-tubuh yang telah mati, apabila Allah hendak membangkitkannya di hari berbangkit nanti, maka Allah menurunkan dari bawah ‘Arasy-Nya hujan yang merata ke seluruh bumi, dan bangkitlah semua tubuh yang telah mati itu dari kuburnya masing-masing, sebagaimana benih yang tumbuh dari bumi. Karena itulah disebutkan di dalam hadis sahih:
Semua tubuh anak Adam hancur kecuali tulang ekornya, dan dari tulang itu dia diciptakan dan dari tulang itu pula dia dibangkitkan.
Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
Demikianlah kebangkitan itu. (Faathir’:9)
Dalam tafsir surat Al-Hajj telah disebutkan sebuah hadis melalui riwayat Abu Razin yang menyebutkan bahwa ia bertanya kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Wahai Rasulullah, bagaimanakah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati? Dan bukti apakah pada makhluk-Nya yang menunjukkan ke arah itu ?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab:
“Hai Abu Razin, tidakkah engkau pernah melewati lembah kaummu yang sedang dalam keadaan tandus (kekeringan)- lalu kamu melewatinya (di lain waktu) dalam keadaan subur lagi hijau.” Abu Razin berkata, “Benar.” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Maka seperti itulah Allah menghidupkan kembali orang-orang mati.”
(9) Allah جَلَّ جَلالُهُ menginformasikan tentang kemahasempurnaan KuasaNya dan kemahaluasan belas kasihNya, dan sesungguhnya Dia-lah أَرْسَلَ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَسُقْنَاهُ إِلَى بَلَدٍ مَيِّتٍ “yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka Kami halau awan itu ke suatu negeri yang mati” kemudian Allah menurunkannya di atasnya فَأَحْيَيْنَا بِهِ الأرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا “lalu Kami hidupkan bumi setelah kematiannya dengan hujan itu” maka hiduplah daerah tersebut dan juga para penghuni-nya, hewan-hewan pun mendapat makanan dan berkeliaran di ladang-ladang rumput itu.
كَذَلِكَ “Demikianlah,” Allah Yang telah menghidupkan bumi setelah kematiannya, akan menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati dari dalam kuburnya; maka kelak mereka akan datang untuk menghadap Allah, supaya Dia memberikan kepu-tusan di antara mereka dan menetapkan keputusan dengan kepu-tusan hukum yang adil.
Usai menjelaskan kepastian janji Allah, kedatangan hari kiamat, dan perbedaan antara orang yang taat dengan yang ingkar serta balasan yang akan mereka peroleh, pada ayat ini Allah menunjukkan tanda-tanda kekuasan-Nya di alam semesta sekaligus menjadi perumpamaaan terjadinya hari kebangkitan. Dan Allah-lah yang mengirimkan angin; lalu angin itu menggerakkan awan, maka kami arahkan awan yang mengan-dung air itu ke suatu negeri yang mati, yakni tandus, lalu turunlah hujan dan dengan hujan itu lalu kami hidupkan bumi setelah mati, yakni kering. Seperti itulah kebangkitan itu akan terjadi. 10. Kekuasaan Allah tidak sebatas keberadaan alam semesta. Dia juga pemilik kemuliaan yang didambakan oleh banyak orang. Melalui ayat ini Allah mengingatkan, ‘barang siapa menghendaki kemuliaan, maka ketahuilah bahwa kemuliaan itu semuanya milik Allah. Karena itu, jika kamu menginginkannya, mendekatlah dan taatilah Allah. Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik, yakni kalimat tauhid l’ il’ha illall’h, kalimat zikir, atau semua perkataan yang baik dalam pandangan agama, dan amal kebajikan, dia akan mengangkatnya. Perkataan baik akan naik dan amal yang baik itu dinaikkan untuk diterima dan diberi-Nya pahala, sehingga pelakunya mendapat kemuliaan dan kedudukan tinggi di sisi-Nya. Adapun orang-orang yang karena meng-ikuti hawa nafsu merencanakan kejahatan terhadap orang-orang yang beriman, mereka akan mendapat azab yang sangat keras, dan rencana jahat mereka akan hancur serta tidak mencapai sasarannya. Mereka inilah orang-orang yang jauh dari kemuliaan.
Fatir Ayat 9 Arab-Latin, Terjemah Arti Fatir Ayat 9, Makna Fatir Ayat 9, Terjemahan Tafsir Fatir Ayat 9, Fatir Ayat 9 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Fatir Ayat 9
Tafsir Surat Fatir Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)