{34} Saba / سبإ | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | يس / Yasin {36} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Fatir فاطر (Pencipta) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 35 Tafsir ayat Ke 10.
مَنْ كَانَ يُرِيدُ الْعِزَّةَ فَلِلَّهِ الْعِزَّةُ جَمِيعًا ۚ إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ يَرْفَعُهُ ۚ وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ ۖ وَمَكْرُ أُولَـٰئِكَ هُوَ يَبُورُ ﴿١٠﴾
mang kāna yurīdul-‘izzata fa lillāhil-‘izzatu jamī’ā, ilaihi yaṣ’adul-kalimuṭ-ṭayyibu wal-‘amaluṣ-ṣāliḥu yarfa’uh, wallażīna yamkurụnas-sayyi`āti lahum ‘ażābun syadīd, wa makru ulā`ika huwa yabụr
QS. Fatir [35] : 10
Barangsiapa menghendaki kemuliaan, maka (ketahuilah) kemuliaan itu semuanya milik Allah. Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik, dan amal kebajikan Dia akan mengangkatnya. Adapun orang-orang yang merencanakan kejahatan mereka akan mendapat azab yang sangat keras, dan rencana jahat mereka akan hancur.
Barangsiapa mencari kemuliaan di dunia atau di akhirat, maka hendaknya dia mencarinya dari Allah, dan ia tidak akan diperoleh kecuali dengan menaati-Nya, karena seluruh kemuliaan adalah milik Allah. Barangsiapa yang merasa mulia dengan makhluk, maka Allah akan merendahkannya, barangsiapa merasa mulia dengan Khalik maka Allah akan memuliakannya. Hanya kepada-Nya zikir kepada-Nya naik, sedangkan amal shalih mengangkatnya. Dan orang-orang yang melakukan keburukan-keburukan mendapatkan siksa yang keras, dan maker orang-orang itu akan lenyap sia-sia dan rusak, tidak berguna apa pun bagi mereka.
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. (Faathir’:10)
Yakni barang siapa yang menginginkan hidup mulia di dunia dan akhirat, hendaklah ia tetap taat kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Maka sesungguhnya dengan ketaatan itu ia akan berhasil meraih apa yang didambakannya, karena sesungguhnya Allah adalah Raja dunia dan akhirat, dan milik-Nyalah semua kemuliaan. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman:
(yaitu) orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? Maka sesungguhnya kekuatan semuanya kepunyaan Allah. (An Nisaa:139)
Janganlah kamu sedih oleh perkataan mereka. Sesungguhnya kekuasaan itu seluruhnya adalah kepunyaan Allah. (Yunus:65)
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى telah berfirman pula:
Padahal kekuatan itu hanyalah bagi Allah, bagi Rasul-Nya, dan bagi orang-orang mukmin, tetapi orang-orang munafik itu tiada mengetahui. (Al Munafiqun:8)
Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Barang siapa yang menghendaki kemuliaan. (Faathir’:10) dengan cara menyembah berhala-berhala. maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. (Faathir’:10)
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya Barang siapa yang menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.(Faathir’:10) Yakni hendaklah seseorang mencari kemuliaan dengan jalan taat kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Menurut pendapat yang lain, barang siapa yang menghendaki pengetahuan tentang kemuliaan, yakni punya siapakah kemuliaan itu. maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya. (Faathir’:10) Demikianlah menurut apa yang telah diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik (Faathir’:10)
Yaitu zikir, bacaan Al-Qur’an, dan doa, menurut sejumlah ulama Salaf yang bukan hanya seorang.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ismail Al-Ahmasi, telah menceritakan kepadaku Ja’far ibnu Aun, dari Abdur Rahman ibnu Abdullah Al-Mas’udi, dari Abdullah ibnul Al-Mukhariq, dari ayahnya Al-Mukhariq ibnu Salim yang mengatakan bahwa sahabat Abdullah ibnu Mas’nd pernah berkata kepadanya, “Apabila aku ceritakan kepada kamu sebuah hadis, maka kudatangkan kepada kalian hal yang membenarkannya dari Kitabullah. Sesungguhnya seorang hamba muslim bila mengucapkan, ‘Mahasuci Allah, dan dengan memuji kepada-Nya, dan segala puji bagi-Nya, dan tiada Tuhan selain Dia, dan Allah Mahabesar Mahasuci Allah.’ Maka ada malaikat yang mengambilnya, lalu meletakkannya di bawah sayapnya, kemudian ia naik ke langit dan membawanya. Maka tidak sekali-kali ia bersua dengan sekumpulan malaikat, melainkan mereka memohonkan ampunan bagi yang mengucapkannya, hingga sampailah ia di hadapan Tuhan Yang Mahaagung lagi Mahamulia.” Kemudian Abdullah ibnu Mas’ud membacakan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: Kepada-Nyalah naik perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. (Faathir’:10) ,
Ibnu Jarir mengatakan pula, telah menceritakan kepadaku Ya’qub ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ibnu Aliyyah, telah menceritakan kepada kami Sa’id ibnul Jariri, dari Abdullah ibnu Syaqiq yang mengatakan bahwa Ka’bul Ahbar pernah mengatakan, “Sesungguhnya bagi kalimah, ‘Mahasuci Allah, segala puji bagi-Nya, dan tidak ada Tuhan selain Dia’ benar-benar ada gemanya di sekitar ‘Arasy sebagaimana bunyi lebah (suara para malaikat) yang menyebutkan pelakunya, dan (dianggap sebagai) amal saleh yang disimpan di dalam perbendaharaan-perbendaharaan (untuk pelakunya kelak).”
Sanad asar ini berpredikat sahih sampai kepada Ka’bul Ahbar rahimahullah.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Namir, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Muslim At-Tahhan, dari Aun ibnu Abdullah, dari ayahnya atau dari saudaranya, dari An-Nu’man ibnu Basyir r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Orang-orang yang berzikir menyebut nama Allah Yang Mahaagung, bertasbih, bertakbir, bertahmid, dan bertahlil. Maka terdengarlah di sekitar Arasy gema suara menyambutnya sebagaimana suara lebah menuturkan orang yang mengucapkannya (dan memohon belas kasihan dan ampunan bagi pelakunya). Tidakkah seseorang di antara kalian suka bila ada sesuatu dari amalnya yang terus-menerus disebutkan di sisi Allah?
Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Abu Bisyr Bakar ibnu Khalaf, dari Yahya ibnu Sa’id Al-Qattan, dari Musa ibnu Muslim At-Tahhan, dari Aun ibnu Abdullah ibnu Atabah ibnu Mas’ud, dari ayahnya atau dari saudaranya, dari An-Nu’man ibnu Basyir r.a. dengan sanad yang sama.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan amal yang saleh dinaikkan-Nya. (Faathir’:10)
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa yang dimaksud dengan perkataan-perkataan yang baik ialah zikrullah, ia dibawa naik ke hadapan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Dan amal saleh ialah menunaikan ibadah fardu, maka barang siapa yang berzikir menyebut nama Allah dan menunaikan amal-amal fardunya. maka amal salehnya membawa naik zikrullah ke hadapan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Dan barang siapa yang berzikir menyebut nama Allah tanpa menunaikan amal-amal fardunya, maka perkataan-perkataaniiya dikembalikan kepada amalnya, dan amalnyalah yang berhak menerimanya (sedangkan pelakunya tidak mendapat apa-apa).
Hal yang sama dikatakan oleh Mujahid, yaitu bahwa amal yang saleh mengangkat kalimah-kalimah yang baik.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Abul Aliyah, Ikrimah, Ibrahim An-Nakha’i, Ad-Dahhak, As-Saddi, Ar-Rabi’ ibnu Anas, Syahr ibnu Hausyab, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang.
Iyas ibnu Mu’awiyyah Al-Qadi mengatakan bahwa seandainya tidak ada amal saleh, maka tiada zikrullah yang dinaikkan.
Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa perkataan tidak diterima kecuali bila dibarengi dengan amal saleh.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan orang-orang yang merencanakan kejahatan. (Faathir’:10)
Mujahid dan Sa’id ibnu Jubair serta Syahr ibnu Hausyab mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang pamer dengan amal perbuatannya. Yakni menipu orang lain dengan memperlihatkan kepada mereka seakan-akan dia adalah orang yang taat kepada Allah, padahal hakikatnya dia adalah orang yang dimurkai oleh Allah karena pamer dengan amal perbuatannya.
Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali. (An Nisaa:142)
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang musyrik.
Tetapi yang benar adalah yang mengatakan bahwa makna ayat umum, sedangkan kaum musyrik termasuk ke dalamnya dengan skala prioritas. Karena itulah disebutkan dalam firman selanjutnya:
bagi mereka azab yang keras. Dan rencana jahat mereka akan hancur. (Faathir’:10)
Yakni rusak, batil, dan tampak kepalsuannya dari dekat bagi orang-orang yang mempunyai pandangan hati dan akal yang tajam. Karena sesungguhnya tidaklah seseorang menyembunyikan sesuatu, melainkan Allah akan menampakkannya melalui roman mukanya dan keterlanjuran lisannya. Dan tidak sekali-kali seseorang merahasiakan sesuatu, melainkan Allah akan memakaikan pakaian lahiriah yang sesuai dengan apa yang disembunyikannya itu. Jika yang disembunyikannya itu berupa kebaikan, maka yang disandangnya adalah kebaikan, dan jika yang disembunyikannya itu keburukan, maka yang disandangnya itu adalah keburukan. Orang yang bersikap riya (pamer) perkaranya tidak dapat berlanjut kecuali hanya di mata orang yang bodoh. Adapun bagi orang-orang mukmin yang mempunyai firasat yang tajam, maka hal tersebut tidak dapat menipu diri mereka, bahkan kepamerannya langsung diketahui oleh mereka dari dekat. Terlebih lagi bagi Tuhan Yang Maha Mengetahui semua yang gaib, tiada sesuatu pun yang tersembunyi bagi-Nya.
(10) Artinya: Hai orang yang menghendaki kemuliaan, carilah kemuliaan itu pada Dzat Yang kemuliaan itu ada di Tangan-Nya. Dan sesungguhnya kemuliaan itu hanya di Tangan Allah, dan ia tidak bisa diperoleh kecuali dengan cara menaatiNya. Allah telah menyebutkannya melalui FirmanNya, إِلَيْهِ يَصْعَدُ الْكَلِمُ الطَّيِّبُ “Ke-padaNya-lah naiknya perkataan-perkataan yang baik,” seperti bacaan al-Qur`an, tasbih, tahmid, tahlil dan setiap perkataan yang baik lagi mulia. Ia diangkat kepada Allah dan diperlihatkan kepadaNya, lalu Allah membanggakan pelakunya di hadapan para malaikat.
وَالْعَمَلُ الصَّالِحُ “Dan amal yang shalih” berupa amalan-amalan hati dan amalan-amalan lahiriah. يَرْفَعُهُ “yang dinaikkanNya.” Yakni, diangkat oleh Allah جَلَّ جَلالُهُ sebagaimana halnya kalimat-kalimat yang baik.
Ada yang mengatakan: Maksudnya, amal shalih mengangkat perkataan-perkataan yang baik; sehingga terangkatnya perkataan-perkataan yang baik itu tergantung kepada amal-amal shalih sang hamba. Amal shalihnyalah yang mengangkat perkataan-perkataan yang baik. Jika ia tidak mempunyai amal shalih, maka tidak ada satu perkataan pun yang dinaikkan kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ . Itulah amal-amal yang dinaikkan kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan Allah meninggikan dan memuliakan pelakunya.
Adapun amal-amal buruk, maka sebaliknya, pelakunya meng-inginkan ia mendapatkan kemuliaan dengannya; ia melakukan tipu daya dan muslihat namun akibatnya menimpa dirinya sendiri. Ia tidak makin bertambah kecuali kehinaan dan kerendahan. Maka dari itu Allah berfirman, والعمل الصالح يرفعه وَالَّذِينَ يَمْكُرُونَ السَّيِّئَاتِ لَهُمْ عَذَابٌ شَدِيدٌ “Dan amal yang shalih dinaikkanNya, sedangkan orang-orang yang merencanakan kejahatan bagi mereka azab yang keras,” di mana mereka dihinakan di dalamnya dengan sehina-hinanya. وَمَكْرُ أُولَئِكَ هُوَ يَبُورُ “Dan rencana jahat mereka akan hancur.” Maksudnya, akan binasa dan menjadi sirna, dan rencana jahat mereka sama sekali tidak menguntungkan mereka sedikitpun; sebab ia adalah rencana jahat dengan kebatilan dan untuk tujuan kebatilan pula.
Kekuasaan Allah tidak sebatas keberadaan alam semesta. Dia juga pemilik kemuliaan yang didambakan oleh banyak orang. Melalui ayat ini Allah mengingatkan, ‘barang siapa menghendaki kemuliaan, maka ketahuilah bahwa kemuliaan itu semuanya milik Allah. Karena itu, jika kamu menginginkannya, mendekatlah dan taatilah Allah. Kepada-Nyalah akan naik perkataan-perkataan yang baik, yakni kalimat tauhid l’ il’ha illall’h, kalimat zikir, atau semua perkataan yang baik dalam pandangan agama, dan amal kebajikan, dia akan mengangkatnya. Perkataan baik akan naik dan amal yang baik itu dinaikkan untuk diterima dan diberi-Nya pahala, sehingga pelakunya mendapat kemuliaan dan kedudukan tinggi di sisi-Nya. Adapun orang-orang yang karena meng-ikuti hawa nafsu merencanakan kejahatan terhadap orang-orang yang beriman, mereka akan mendapat azab yang sangat keras, dan rencana jahat mereka akan hancur serta tidak mencapai sasarannya. Mereka inilah orang-orang yang jauh dari kemuliaan. 11. Dan di antara tanda kekuasaan-Nya adalah bahwa Allah menciptakan bapak kamu, nabi adam, dari tanah kemudian menciptakan kamu dari air mani yang bersumber dari saripati makanan yang juga berasal dari tanah, kemudian dia menjadikan kamu berpasangan laki-laki dan pe-rempuan sebagai suami istri. (lihat juga: an-najm/53: 45) tidak ada seorang perempuan pun yang mengandung dan melahirkan, melainkan de-ngan sepengetahuan-Nya. Dan tidak dipanjangkan umur seseorang dan ti-dak pula dikurangi umurnya, melainkan sudah ditetapkan dalam kitab, yaitu lau’ ma’f”. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah karena dia mahakuasa dan maha mengetahui.
Fatir Ayat 10 Arab-Latin, Terjemah Arti Fatir Ayat 10, Makna Fatir Ayat 10, Terjemahan Tafsir Fatir Ayat 10, Fatir Ayat 10 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Fatir Ayat 10
Tafsir Surat Fatir Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)