{34} Saba / سبإ | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | يس / Yasin {36} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Fatir فاطر (Pencipta) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 35 Tafsir ayat Ke 28.
وَمِنَ النَّاسِ وَالدَّوَابِّ وَالْأَنْعَامِ مُخْتَلِفٌ أَلْوَانُهُ كَذَٰلِكَ ۗ إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ ۗ إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ غَفُورٌ ﴿٢٨﴾
wa minan-nāsi wad-dawābbi wal-an’āmi mukhtalifun alwānuhụ każālik, innamā yakhsyallāha min ‘ibādihil-‘ulamā`, innallāha ‘azīzun gafụr
QS. Fatir [35] : 28
Dan demikian (pula) di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa dan hewan-hewan ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Di antara hamba-hamba Allah yang takut kepada-Nya, hanyalah para ulama. Sungguh, Allah Mahaperkasa, Maha Pengampun.
Dan Kami juga menciptakan manusia, hewan-hewan, unta, sapi dan kambing dengan warna yang berbeda-beda pula. Ada yang merah, putih, hitam dan ada yang lainnya, seperti perbedaan warna buah-buahan dan gunung. Sesungguhnya yang takut kepada Allah dan membentengi diri dari azab Allah dengan menaati-Nya dan menjauhi larangan-Nya adalah para ulama, orang-orang yang mengetahui-Nya, mengetahui sifat-sifat-Nya, syariat-Nya dan kuasa-Nya atas segala sesuatu. Di antaranya adalah perbedaan makhluk-makhluk ini sekalipun penciptanya adalah satu, dan mereka merenungkan nasihat-nasihat dan pelajaran-pelajaran yang ada padanya. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahakuat yang tidak terkalahkan, Maha Pengampun membalas pahala kepada orang-orang yang menaati-Nya dan memaafkan mereka.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). (Faathir’:28)
Yakni demikian pula makhluk hidup, baik manusia maupun binatang. Binatang diungkapkan oleh ayat dengan istilah dawab yang artinya setiap hewan yang berjalan dengan kaki, sedangkan lafaz an’am yang jatuh sesudahnya di-ataf-kan kepadanya, termasuk ke dalam pengertian ataf khas kepada am. Yakni demikian pula manusia dan binatang-binatang serta hewan ternak, beraneka ragam pula warna dan jenisnya. Manusia ada yang termasuk bangsa Barbar, ada yang termasuk bangsa Habsyah dan bangsa yang berkulit hitam, ada yang termasuk bangsa Sicilia, dan bangsa Romawi yang keduanya berkulit putih, sedangkan bangsa Arab berkulit pertengahan dan bangsa Indian berkulit merah. Karena itulah maka disebutkan oleh firman-Nya dalam ayat yang lain:
dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang mengetahui. (Ar Ruum:22)
Demikian pula hewan yang melata dan hewan ternak beraneka ragam warnanya, sekalipun dari satu jenis. Bahkan satu jenis dari hewan ada yang mempunyai warna kulit yang beraneka ragam, di antaranya ada yang berwarna blonde dan warna-warna lainnya. Mahasuci Allah sebaik-baik Yang Menciptakan.
Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan di dalam kitab musnadnya, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnu Sahl, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Umar ibnu Aban ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Ziad ibnu Abdullah, dari Ata ibnus Sa’ib, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa seorang lelaki datang kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu bertanya, “Apakah Tuhanmu memberi warna?” Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Ya, warna yang tidak pernah luntur, merah, kuning dan putih.”
Hadis ini diriwayatkan ada yang mursal ada pula yang mauquf, hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Karena itulah dalam firman selanjutnya disebutkan:
Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. (Faathir’:28)
Yakni sesungguhnya yang benar-benar takut kepada Allah dari kalangan hamba-hamba-Nya hanyalah para ulama yang mengetahui tentang Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Karena sesungguhnya semakin sempurna pengetahuan seseorang tentang Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Yang Mahabesar, Mahakuasa, Maha Mengetahui lagi menyandang semua sifat sempurna dan memiliki nama-nama yang terbaik, maka makin bertambah sempurnalah ketakutannya kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. (Faathir’:28) Yaitu orang-orang yang mengetahui bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.
Ibnu Lahi’ah telah meriwayatkan dari Ibnu Abu Amrah, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa orang yang mengetahui tentang Allah Yang Maha Pemurah dari kalangan hamba-hamba-Nya ialah orang yang tidak mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan ia menghalalkan apa yang dihalalkan-Nya dan mengharamkan apa yang diharamkan-Nya, serta berpegang teguh kepada perintah-Nya, dan meyakini bahwa dia pasti akan bersua dengan-Nya dan Dia akan menghisab amal perbuatannya.
Sa’id ibnu Jubair mengatakan bahwa khasy-yah atau takut kepada Allah ialah perasaan yang menghalang-halangi antara kamu dan perbuatan durhaka terhadap Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa orang yang alim ialah orang yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah sekalipun dia tidak melihat-Nya, menyukai apa yang disukai-Nya, dan menjauhi apa yang dimurkai-Nya. Kemudian Al-Hasan membacakan firman-Nya: Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Maha Pengampun. (Faathir’:28)
Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud r.a. yang mengatakan bahwa orang yang alim itu bukanlah orang yang banyak hafal hadis, melainkan orang yang banyak takutnya kepada Allah.
Ahmad ibnu Saleh Al-Masri telah meriwayatkan dari Ibnu Wahb, dari Malik yang mengatakan, “Sesungguhnya berilmu itu bukanlah karena banyak meriwayatkan hadis, melainkan ilmu itu adalah cahaya yang dijadikan oleh Allah di dalam kalbu.” Selanjutnya Ahmad ibnu Saleh Al-Masri menjelaskan bahwa takut kepada Allah itu bukan dijumpai melalui banyak meriwayatkan hadis. Dan sesungguhnya ilmu yang diharuskan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى agar diikuti hanyalah ilmu mengenai Al-Qur’an, sunnah, dan apa yang disampaikan oleh para sahabat dan orang-orang yang sesudah mereka dari kalangan para imam kaum muslim. Hal seperti ini tidak dapat diraih melainkan dengan melalui periwayatan. Dengan demikian, yang dimaksud dengan cahaya ialah pemahaman mengenai ilmu tersebut dan pengamalannya dalam realita kehidupan.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu Hayyan At-Tamimi, dari seorang lelaki yang telah mengatakan bahwa ulama itu ada tiga macam, yaitu ulama yang mengetahui tentang Allah dan mengetahui tentang perintah Allah, ulama yang mengetahui tentang Allah, tetapi tidak mengetahui tentang perintah Allah, dan ulama yang mengetahui tentang perintah Allah, tetapi tidak mengetahui tentang Allah. Orang yang alim (ulama) yang mengetahui tentang Allah dan mengetahui tentang perintah Allah ialah orang yang takut kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan mengetahui batasan-batasan serta fardu-fardu yang telah ditetapkan-Nya. Dan orang yang alim tentang Allah, tetapi tidak alim tentang perintah Allah ialah orang yang takut kepada Allah, tetapi tidak mengetahui batasan-batasan dan fardu-fardu yang ditetapkan-Nya. Dan orang alim tentang perintah Allah, tetapi tidak alim tentang Allah adalah orang yang mengetahui batasan-batasan dan fardu-fardu yang ditetapkan-Nya, tetapi tidak takut kepada Allah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
(28) Dan termasuk di antaranya juga adalah manusia, binatang melata dan binatang-binatang ternak berkaki empat, padanya terdapat perbedaan warna, perbedaan bulu, bunyi (suara), dan bentuk, sebagaimana dapat dilihat dengan pandangan mata dan dapat disaksikan oleh orang-orang yang memperhatikannya. Se-muanya berasal dari asal dan materi yang sama. Maka perbedaan-nya merupakan dalil (bukti) rasional atas masyi`ah (kehendak) Allah جَلَّ جَلالُهُ yang telah memberikan keistimewaan pada masing-masing de-ngan warna dan sifatnya, (dan menunjukkan kepada) Kuasa Allah جَلَّ جَلالُهُ di mana Dia telah menciptakannya seperti itu, dan menunjukkan kepada hikmah dan rahmatNya di mana perbedaan dan keragaman itu mempunyai banyak maslahat dan berbagai manfaat, untuk mengenal jalan-jalan, mengenal manusia satu sama lainnya sebagai-mana telah dimaklumi.
Dan hal itu juga merupakan dalil (bukti) yang menunjukkan kemahaluasan ilmu Allah جَلَّ جَلالُهُ , dan sesungguhnya Dia pasti akan membangkitkan orang-orang yang ada di dalam kubur. Namun, orang yang lalai melihat hal-hal di atas dengan penglihatan kela-laian yang tidak bisa menimbulkan kesadaran baginya. Sesungguh-nya yang dapat mengambil pelajaran darinya hanyalah orang yang takut kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan berusaha mengetahui dengan pikiran-nya yang fokus apa yang menjadi hikmah dari makhluk-makhluk tersebut. Maka dari itu Allah berfirman, إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ “Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hambaNya, hanyalah ulama.” Maka setiap orang yang lebih mengenal Allah, ia akan menjadi lebih takut kepadaNya, dan takutnya kepada Allah menjadikannya menahan diri dari perbuatan maksiat dan selalu bersiap untuk perjumpaan dengan Tuhan yang ditakutinya. Ini merupakan satu dalil yang menunjukkan tingginya keutamaan ilmu, sebab ilmu mengajak takut kepada Allah, dan orang-orang yang takut kepadaNya adalah orang-orang yang dianugerahi kara-mah, sebagaimana FirmanNya,
رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ
“Allah ridha terhadap mereka dan mereka pun ridha kepadaNya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Rabb-nya.” (Al-Bayyinah: 8).
إِنَّ اللَّهَ عَزِيزٌ “Sesungguhnya Allah Mahaperkasa,” yakni, Maha-sempurna keperkasaanNya; dan di antara keperkasaanNya adalah Dia menciptakan makhluk-makhluk yang berbeda-beda itu.
غَفُورٌ “Lagi Maha Pengampun” terhadap dosa-dosa orang-orang yang bertaubat.
Dan demikian pula di antara manusia, makhluk bergerak yang bernyawa, seperti ular, dan hewan-hewan ternak, seperti ayam, kambing, dan lainnya, ada yang bermacam-macam warna dan jenis-Nya sebagaimana buah-buahan dan gunung-gunung itu. Dan di antara hamba-hamba Allah, yang takut kepada-Nya hanyalah para ulama, yakni orang-orang yang mengetahui kebesaran dan kekuasaan Allah. Sungguh, Allah mahaperkasa, maha pengampun. Dia akan menghukum orang kafir dan tidak memerlukan bantuan apa pun dari hamba-Nya, namun dia juga mengampuni dosa-dosa mereka yang tulus bertobat. 29-30. Pada ayat ini Allah menyebutkan sebagian tanda orang yang takut kepada-Nya. Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca kitab Allah, yakni Al-Qur’an, lalu mereka mengkaji dan mengamalkan kan-dungannya, dan melaksanakan salat dengan sempurna syarat dan rukunnya, dan menginfakkan sebagian rezeki yang kami anugerahkan kepada-Nya dengan diam-diam dan terang-terangan, baik dalam keadaan lapang maupun sempit, mereka itu mengharapkan perdagangan dengan Allah yang tidak akan pernah rugi, agar Allah menyempurnakan pahalanya kepada mereka dan menambah karunia-Nya. Sungguh, Allah maha pengampun segala khi-laf dan dosa, maha mensyukuri, yakni memberi pahala atas perbuatan baik hamba-Nya, memaafkan kesalahannya, menambah nikmat-Nya, dan sebagainya.
Fatir Ayat 28 Arab-Latin, Terjemah Arti Fatir Ayat 28, Makna Fatir Ayat 28, Terjemahan Tafsir Fatir Ayat 28, Fatir Ayat 28 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Fatir Ayat 28
Tafsir Surat Fatir Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)