{35} Fatir / فاطر | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الصافات / As-Saffat {37} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Yasin يس (Yaasiin) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 36 Tafsir ayat Ke 12.
إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَىٰ وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا وَآثَارَهُمْ ۚ وَكُلَّ شَيْءٍ أَحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ ﴿١٢﴾
innā naḥnu nuḥyil-mautā wa naktubu mā qaddamụ wa āṡārahum, wa kulla syai`in aḥṣaināhu fī imāmim mubīn
QS. Yasin [36] : 12
Sungguh, Kamilah yang menghidupkan orang-orang yang mati, dan Kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka (tinggalkan). Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab yang jelas (Lauh Mahfuzh).
Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati seluruhnya dengan membangkitkan mereka di hari kiamat. Kami menulis kebaikan dan keburukan yang mereka lakukan dan peninggalan-peninggalan mereka di mana mereka merupakan sebabnya dalam kehidupan mereka dan sesudah kematian mereka dalam bentuk kebaikan, seperti anak yang shalih, ilmu yang bermanfaat dan sedekah jariyah. Kami juga menulis keburukan yang mereka kerjakan berupa kesyirikan dan kemaksiatan. Segala sesuatu telah Kami catat dalam sebuah kitab yang jelas yaitu Ummul Kitab yang merupakan induknya, yaitu Lauhul Mahfuzh. Hendaknya orang yang berakal menghisab dirinya, agar menjadi teladan dalam kebaikan dalam hidup dan sesudah matinya.
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati. (Yaa Siin:12)
Yakni kelak di hari kiamat.
Di dalam makna ayat terkandung isyarat yang menunjukkan bahwa Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dapat menghidupkan hati orang yang dikehendaki-Nya dari kalangan orang-orang kafir yang hatinya telah mati karena kesesatan, maka Allah memberinya petunjuk kepada jalan yang benar sesudah itu. Sebagaimana yang disebutkan di dalam firman-Nya sesudah menerangkan tentang orang-orang yang hatinya keras:
Ketahuilah olehmu bahwa sesungguhnya Allah menghidupkan bumi sesudah matinya. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan kepadamu tanda-tanda kebesaran (Kami) supaya kamu memikirkannya (Al Hadiid:17)
firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan. (Yaa Siin:12)
Yaitu semua amal perbuatan yang telah mereka kerjakan.
Dan sehubungan dengan makna firman-Nya:
dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. (Ya sin: 12)
Ada dua pendapat yang mengenainya.
Pendapat pertama, mengatakan bahwa Kami mencatat semua amal perbuatan yang telah mereka kerjakan, juga jejak-jejak mereka yang dijadikan suri teladan sesudah mereka tiada, maka Kami membalas amal perbuatan itu. Jika amal perbuatannya baik, maka balasannya baik, dan jika amal perbuatnnya buruk, maka balasannya buruk pula. Seperti yang disebutkan di dalam hadis Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang mengatakan:
Barang siapa yang mengerjakan suatu sunnah (perbuatan) baik, maka ia memperoleh pahalanya dan juga pahala dari orang-orang yang mengikuti jejaknya sesudah ia tiada, tanpa mengurangi pahala mereka barang sedikit pun. Dan barang siapa yang mengerjakan suatu perbuatan buruk, maka ia akan mendapatkan dosanya dan juga dosa orang-orang yang mengikuti jejaknya sesudah ia tiada tanpa mengurangi dosa-dosa mereka barang sedikit pun.
Imam Muslim meriwayatkannya melalui Syu’bah, dari Aun ibnu Abu Juhaifah, dari Al-Munzir ibnu Jarir, dari ayahnya, dari Jarir ibnu Abdullah Al-Bajali r.a. Di dalamnya terdapat kisah orang-orang Mudar yang memetik buah-buahan.
Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya dari ayahnya, dari Yahya ibnu Sulaiman Al-Ju’fi, dari Abul Muhayya alias Yahya ibnu Ya’la, dari Abdul Malik ibnu Umair, dari Jarir ibnu Abdullah r.a., lalu disebutkan hal yang semisal dengan panjang lebar, kemudian ia membaca firman-Nya: dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. (Yaa Siin:12)
Imam Muslim meriwayatkannya melalui Abu Uwwanah, dari Abdul malik ibnu Umair ibnul Munzir ibnu Jarir, dari ayahnya, lalu disebutkan hadis yang semisal.
Hal yang sama dinyatakan di dalam hadis lain yang berada di dalam kitab Sahih Muslim melalui Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Apabila anak Adam mati, terputuslah amalnya kecuali tiga perkara, yaitu ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya, atau sedekah jariyah (yang terus mengalir pahalanya) sesudah ia tiada.
Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Abu Sa’id r.a. yang telah mengatakan bahwa ia pernah mendengar Mujahid mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. (Yaa Siin:12) bahwa makna yang dimaksud ialah kesesatan yang mereka tinggalkan.
Ibnu Lahi’ah telah meriwayatkan dari Ata ibnu Dinar, dari Sa’id ibnu Jubair sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. (Yaa Siin:12) Yakni bekas-bekas yang mereka tinggalkan, dengan kata lain suatu amal perbuatan yang jejaknya diikuti oleh orang lain sesudah ia tiada. Maka jika bekas-bekas itu baik, maka pelaku pertamanya mendapat pahala yang semisal dengan orang-orang yang mengikuti jejaknya tanpa mengurangi pahala mereka barang sedikit pun. Dan jika hal itu berupa perbuatan buruk, maka pelaku pertamanya mendapatkan dosa yang sama dengan orang-orang yang mengiktui jejaknya, tanpa mengurangi dosa-dosa mereka barang sedikit pun. Kedua riwayat ini diketengahkan oleh Ibnu Abu Hatim dan dipilih oleh Al-Bagawi.
Pendapat yang kedua, mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah langkah-langkah mereka menuju kepada amal ketaatan atau kemaksiatan.
Ibnu Abu Najih dan lain-lainnya telah meriwayatkan dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya: apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. (Yaa Siin:12) Yaitu langkah-langkah mereka.
Hal yang sama dikatakan oleh Al-Hasan dan Qatadah, bahwa yang dimaksud dengan atsarahum (bekas-bekas mereka) adalah langkah-langkah mereka. Qatadah mengatakan bahwa seandainya Allah melupakan sesuatu dari keadaanmu, hai anak Adam, tentulah Dia melupakan sebagian dari jejak-jejak ini yang telah terhapus oleh angin. Akan tetapi, Dia mencatat terhadap anak Adam semua jejak dan amal perbuatannya, sehingga Dia pun mencatat langkah-langkahnya yang dipakainya untuk ketaatan kepada Allah atau kedurhakaan terhadapNya. Maka barang siapa di antara kalian yang mampu mencatat jejaknya dalam ketaatan kepada Allah, hendaklah ia melakukannya. Sehubungan dengan pengertian ini ada banyak hadis yang mengutarakan hal yang semakna, seperti yang diterangkan berikut:
Hadis pertama,
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Jariri, dari Abu Nadrah, dari Jabir ibnu Abdullah r.a. yang menceritakan bahwa tanah di sekitar Masjid Nabawi kosong, maka Bani Salamah bermaksud akan pindah tempat ke dekat Masjid Nabawi. Ketika berita itu terdengar oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, maka beliau bersabda kepada mereka: ‘Sesungguhnya telah sampai berita kepadaku bahwa kalian bermaksud akan pindah tempat ke dekat masjid?” Mereka menjawab, “Benar, wahai Rasulullah, kami bermaksud akan pindah” Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Hai Bani Salamah, tetaplah di tempat kalian, niscaya langkah-langkah kalian akan dituliskan, tetaplah di tempat kalian, niscaya langkah-langkah kalian akan dituliskan (oleh Allah).”
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim melalui hadis Sa’id Al-Jariri dan Kahmas ibnul Hasan, yang keduanya dari Abu Nadrah yang nama aslinya adalah Al-Munzir ibnu Malik ibnu Qit’ah Al-Abdi, dari Jabir r.a. dengan sanad yang sama.
Hadis kedua,
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Wazir Al-Wasiti, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnul Azraq, dari Sufyan, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa’id Al-Khudri r.a. yang mengatakan, bahwa dahulu Bani Salamah bermaksud akan pindah ke tempat yang berdekatan dengan masjid, karena mereka tinggal di pinggiran kota Madinah. Maka turunlah ayat ini, yaitu firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. (Yaa Siin:12) Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda kepada mereka: Sesungguhnya jejak langkah-langkah kalian dituliskan (oleh Allah pahalanya). Akhirnya mereka tidak jadi pindah,
Imam Turmuzi di dalam kitab tafsirnya meriwayatkan hadis ini secara tunggal melalui Muhammad ibnul Wazir dengan sanad yang sama. Kemudian ia mengatakan bahwa predikat hadis garib hasan bila melalui hadis Sufyan As-Sauri. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Sulaiman ibnu Umar ibnu Khalid Ar-Ruqi, dari Ibnul Mubarrak, dari Sufyan As-Sauri, dari Tarif alias Ibnu Syihab Abu Sufyan As-Sa’di, dari Abu Nadrah dengan sanad yang sama.
Telah diriwayatkan pula bukan melalui Sufyan As-Sauri. Untuk itu Al-Hafiz Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan: Telah menceritakan kepada kami Abbad ibnu Ziad As-Saji, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Umar, telah menceritakan kepada kami Syu’bah, dari Sa’id Al-Jariri, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa’id r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Bani Salamah mengadu kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tentang tempat tinggal mereka yang jauh dari masjid. Maka turunlah ayat berikut, yaitu firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. (Yaa Siin:12). Akhirnya mereka tetap berada di tempat tinggalnya, tidak jadi pindah.
Dan telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Musanna, telah menceritakan kepada kami Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Al-Jariri, dari Abu Nadrah, dari Abu Sa’id r.a., dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu disebutkan hal yang semisal, tetapi di dalamnya terkandung hal yang aneh, karena dipandang dari segi penuturan latar belakang turunnya ayat ini, padahal semua ayat yang ada di dalam surat ini Makkiyyah. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Hadis ketiga,
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Nasr ibnu Al-Jahdami, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad Az-Zubairi, telah menceritakan kepada kami Israil, dari Sammak, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa dahulu tempat-tempat tinggal kaum Ansar berjauhan dengan masjid, lalu mereka beimaksud pindah ke dekat Masjid Nabawi. Maka turunlah ayat berikut, yaitu firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. (Yaa Siin:12), Akhirnya mereka berkata, “Kami akan tetap tinggal di tempat kami semula.”
Imam Tabrani meriwayatkannya dari Abdullah ibnu Muhammad ibnu Sa’id ibnu Abu Maryam, dari Muhammad ibnu Yusuf Al-Faryabi, dari Israil, dari Sammak, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa rumah orang-orang Ansar jauh dari masj id. Maka mereka berniat akan pindah ke dekat masjid, lalu turunlah firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى: dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. (Yaa Siin:12), Akhirnya mereka tetap di tempat tinggal semula.
Hadis keempat,
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah telah menceritakan kepadaku Huyay ibnu Abdullah, dari Abu Abdur Rahman Al-Habli, dari Abdullah ibnu Amr r.a. yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki meninggal dunia di Madinah. Maka Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menyalatkan jenazahnya, lalu beliau bersabda: Seandainya saja dia meninggal dunia bukan di tempat kelahirannya. Maka ada seseorang yang bertanya, “Mengapa begitu, wahai Rasulullah?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Sesungguhnya seseorang itu apabila meninggal dunia bukan di tempat kelahirannya, maka akan dilakukan pengukuran baginya dari tempat kelahirannya hingga batas akhir dari jejaknya (sebagai tempat tinggalnya nanti) di dalam surga.
Imam Nasai meriwayatkannya dari Yunus ibnu Abdul A’la, sedangkan Ibnu Majah meriwayatkannya dari Harmalah. Keduanya meriwayatkannya dari Ibnu Wahb, dari Huyay ibnu Abdullah dengan sanad yang sama.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ibnu Humaid, telah menceritakan kepada kami Abu Namilah, telah menceritakan kepada kami Al-Husain, dari Sabit yang mengatakan bahwa ia berjalan bersama Anas r.a., lalu ia melangkahkan kakinya dengan cepat, maka Anas memegang tangannya dan akhirnya kami berdua berjalan dengan langkah-langkah biasa. Setelah kami menyelesaikan salat kami, maka Anas berkata, “Saya pernah berjalan bersama Zaid ibnu Sabit r.a., lalu saya berjalan dengan langkah yang cepat. Maka Zaid ibnu Sabit berkata kepadaku, Hai Anas, tidakkah kamu merasakan bahwa langkah-langkah itu dicatat (pahalanya oleh Allah)?”
Pendapat ini pada garis besarnya tidak bertentangan dengan pendapat yang pertama, balikan dalam pendapat yang kedua ini terkandung peringatan dan dalil yang menunjukkan kepada pendapat yang pertama dengan skala prioritas. Dengan kata lain, dapat disebutkan bahwa apabila langkah-langkah saja ditulis pahalanya, maka terlebih lagi jejak-jejak kebaikan yang di kemudian hari dijadikan suri teladan oleh orang lain. Begitu pula sebaliknya, jika jejak-jejak atau langkah-langkah itu untuk tujuan keburukan, maka balasannya akan buruk pula. Hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata. (Yaa Siin:12)
Yakni semua yang ada dicatat di dalam kitab secara rinci lagi tepat, yaitu di Lauh Mahfuz. Yang dimaksud dengan Imamul Mubin dalam ayat ini ialah induk dari kitab (Ummul Kitab), demikianlah menurut apa yang dikatakan oleh Mujahid, Qatadah, dan Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam. Hal yang semakna disebutkan di dalam firman-Nya:
(Ingatlah) suatu hari (yang di hari itu) Kami panggil tiap-tiap umat dengan pemimpinnya. (Al Israa’:71)
Yang dimaksud dengan imam dalam ayat ini adalah kitab-kitab amal perbuatan mereka yang menjadi saksi atas mereka terhadap semua amal perbuatan yang telah mereka kerjakan selama di dunia, yaitu amal baik dan amal buruknya. Seperti juga yang disebutkan di dalam firman-Nya:
dan diberikanlah buku (perhitungan perbuatan masing-masing) dan didatangkanlah para nabi dan saksi-saksi. (Az Zumar:69)
Dan diletakkanlah kitab, lalu kamu akan melihat orang-orang yang berdosa ketakutan terhadap apa yang (tertulis) di dalamnya, dan mereka berkata, “Aduhai, celaka kami, kitab apakah ini yang tidak meninggalkan yang kecil dan tidak (pula) yang besar, melainkan ia mencatat semuanya, ” dan mereka dapati apa yang telah mereka kerjakan ada (tertulis). Dan Tuhanmu tidak menganiaya seorang jua pun.” (Al Kahfi:49)
(12) إِنَّا نَحْنُ نُحْيِي الْمَوْتَ “Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati,” yakni, Kami membangkitkan mereka setelah mereka mati untuk memberikan balasan kepada mereka atas per-buatan-perbuatannya, وَنَكْتُبُ مَا قَدَّمُوا “dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan” yang baik dan yang buruk, yaitu amal-amal perbuatan yang telah mereka kerjakan dan mereka laksana-kan pada saat mereka masih hidup, وَآثَارَهُمْ “dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan,” yaitu, bekas-bekas kebaikan dan bekas-bekas keburukan yang mana mereka menjadi sebab diadakannya saat mereka masih hidup dan sesudah mereka mati. Amal perbuatan tersebut timbul dari perkataan, perbuatan, dan perihal keadaan mereka. Maka setiap kebaikan yang dilakukan oleh salah seorang manusia disebabkan oleh ilmu seorang hamba dan pengajarannya, atau nasihatnya, atau amar ma’rufnya, atau nahi mungkarnya, atau ilmu yang ia simpan pada para pelajar atau pada kitab-kitab yang digunakan pada saat masih hidup dan sesudah mati, atau melakukan kebaikan seperti shalat, zakat, sedekah atau suatu kebaikan yang diikuti oleh orang lain, atau membangun sebuah masjid atau salah satu tempat yang dimanfaatkan oleh masyarakat umum dan yang serupa dengannya, maka sesungguhnya semua itu termasuk bekas-bekas peninggalannya yang akan dicatat untuk-nya. Dan demikian pula perbuatan buruk. Maka dari itu,
مَنْ سَنَّ سُنَّةً حَسَنَةً، فَلَهُ أَجْرُهَا وَأَجْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ سَنَّ سُنَّةً سَيِّئَةً، فَعَلَيْهِ وِزْرُهَا وَوِزْرُ مَنْ عَمِلَ بِهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ.
“Barangsiapa yang mensunnahkan (mempelopori) satu sunnah yang baik, maka ia akan mendapat pahalanya dan pahala orang yang menger-jakannya hingga Hari Kiamat; dan barangsiapa yang mensunnahkan (mempelopori) satu sunnah yang buruk, maka ia menanggung dosanya dan dosa orang yang mengerjakannya hingga Hari Kiamat.”
Bagian ini menjelaskan kepada Anda betapa tingginya kedu-dukan berdakwah kepada Allah جَلَّ جَلالُهُ dan menunjukkan manusia ke-pada jalan Allah dengan segala sarana dan cara yang dapat meng-antarkan ke sana, dan (sebaliknya) betapa rendahnya derajat orang yang menyeru kepada keburukan dan menjadi pelopor dalam ke-burukan; dan sesungguhnya dia merupakan manusia yang paling hina, paling durjana, dan paling besar dosanya.
وَكُلَّ شَيْءٍ “Dan segala sesuatu,” dari amal-amal perbuatan, niat, dan lain-lainnya أحْصَيْنَاهُ فِي إِمَامٍ مُبِينٍ “Kami kumpulkan dalam Kitab yang nyata,” maksudnya, kitab yang merupakan kitab induk, dan ia merupakan rujukan semua kitab-kitab yang ada di tangan para malaikat. Ia adalah al-Lauhil Mahfuzh.
Sungguh, kamilah yang menghidupkan kembali orang-orang yang mati, dan kamilah yang mencatat apa yang telah mereka kerjakan selama hidup di dunia, baik atau buruk, kecil atau besar, untuk kami balas secara adil; dan dicatat pula bekas-bekas yang mereka tinggalkan, yakni perbuat-an baik maupun buruk yang mereka kerjakan dan diikuti oleh orang lain atau generasi sesudah mereka. Dan segala sesuatu kami kumpulkan dalam kitab yang jelas, yakni lau’ ma’f”. 13. Keingkaran kaum kafir mekah terhadap kerasulan nabi Muhammad hampir sama dengan keingkaran umat rasul-rasul terdahulu. Karena itu, Allah memerintahkan nabi Muhammad mengubah strategi dakwahnya. ‘dan untuk memotivasi mereka supaya beriman, buat dan sampaikan-lah suatu perumpamaan bagi mereka, yaitu keadaan penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan kami datang kepada mereka. Menurut suatu riwayat, negeri itu adalah antiokhia, sebuah kota di suriah saat ini.
Yasin Ayat 12 Arab-Latin, Terjemah Arti Yasin Ayat 12, Makna Yasin Ayat 12, Terjemahan Tafsir Yasin Ayat 12, Yasin Ayat 12 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Yasin Ayat 12
Tafsir Surat Yasin Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)