{35} Fatir / فاطر | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الصافات / As-Saffat {37} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Yasin يس (Yaasiin) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 36 Tafsir ayat Ke 42.
وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ ﴿٤٢﴾
wa khalaqnā lahum mim miṡlihī mā yarkabụn
QS. Yasin [36] : 42
dan Kami ciptakan (juga) untuk mereka (angkutan lain) seperti apa yang mereka kendarai.
Dan Kami menciptakan untuk orang-orang musyrikin itu dan lainnya bahtera-bahtera seperti bahtera Nuh dan alat-alat berkendara lainnya yang mereka kendarai dan menyampaikan mereka ke tempat tinggal mereka.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. (Yaa Siin:42)
Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa yang dimaksud ialah unta, karena sesungguhnya unta itu adalah perahu daratan, mereka menjadikannya sebagai sarana angkutan dan kendaraan. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, Mujahid, Al-Hasan, dan Qatadah dalam suatu riwayat yang bersumber darinya, serta Ibnu Syaddad dan lain-lainnya lagi.
As-Saddi dalam riwayat yang lain mengatakan bahwa yang dimaksud adalah hewan ternak.
Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Fadl ibnus Sabbah telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Fuda’il, dan Ata, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai semisal dengan bahtera itu. (Yaa Siin:42) Ia mengatakan, ‘Tahukah kalian, apakah yang dimaksud oleh firman tadi?” Kami (murid-muridnya) menjawab, “Tidak tahu.” Ibnu Abbas berkata bahwa yang dimaksud adalah perahu-perahu yang dibuat sesudah perahu Nabi Nuh a.s.
Hal yang sama telah dikatakan oleh Abu Malik, Ad-Dahhak, Qatadah, Abu Saleh, dan As-Saddi, bahwa yang dimaksud dengan firman-Nya: dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. (Yaa Siin:42) yakni perahu-perahu.
Dan pengertian yang dikemukakan oleh pendapat ini bertambah kuat bila ditinjau dari segi makna firman-Nya:
Sesungguhnya Kami tatkala air telah naik (sampai ke gunung) Kami bawa (nenek moyang kamu) ke dalam bahtera, agar Kami jadikan peristiwa itu peringatan bagi kamu dan agar diperhatikan oleh telinga yang mau mendengar. (Al Haaqqah:11-12)
{وَخَلَقْنَا لَهُمْ}”Dan Kami ciptakan untuk mereka,” maksud-nya, untuk orang-orang yang ada sesudah mereka, {مِنْ مِثْلِهِ}”dari yang semisal dengannya,” yakni semisal bahtera itu, dalam arti satu jenis dengannya {مَا يَرْكَبُونَ} “apa yang mereka kendarai.”
Di sini Allah mengingatkan akan nikmatNya kepada nenek-nenek moyang, yaitu mereka dimuat di dalam kapal laut. Hal ini adalah karena nikmat yang dikaruniakan kepada mereka, juga merupakan nikmat kepada anak keturunannya kemudian.
Masalah ini merupakan permasalahan yang paling rumit bagi saya di dalam ilmu tafsir, karena kebanyakan hal yang dijelaskan oleh para ahli tafsir, yaitu bahwa yang dimaksud “keturunan” adalah bapak-bapak moyang, dan ini merupakan hal yang tidak biasa di dalam al-Qur`an, yaitu mengartikan dzurriyyah (keturunan) dengan bapak-bapak moyang. Sungguh ini mengandung ketidak-jelasan dan mengeluarkan kata (kalimat) dari makna asalnya, hal yang sangat dijauhi oleh Firman Allah Rabbul ‘Alamin dan kehen-dakNya untuk memberikan penjelasan dan keterangan kepada hamba-hambaNya. Ada makna alternatif yang lebih baik dari makna di atas, yaitu bahwa yang dimaksud dengan “keturunan” adalah “jenis,” dan bahwa mereka adalah diri mereka sendiri, karena mereka berasal dari anak cucu Nabi Adam. Akan tetapi arti sema-cam ini tidak dibenarkan oleh FirmanNya, {وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ}”Dan Kami ciptakan untuk mereka yang semisal apa yang akan mereka kendarai.” Jika artinya, dan Kami ciptakan dari yang semisal dengan bahtera itu, yakni, untuk mereka yang diajak bicara (mukhathabin) apa yang akan mereka kendarai dari jenis-jenis bahtera. Jika demi-kian, maka ini adalah pengulangan terhadap makna ayat yang tidak dikehendaki oleh fashahah (kefasihan) al-Qur`an. Dan jika arti dari, {وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُونَ}”Dan Kami ciptakan untuk mereka yang semisal apa yang akan mereka kendarai,” adalah unta yang merupakan bahtera darat, maka maknanya menjadi lurus dan jelas; hanya saja masih ada hal lain, yaitu keberadaan ungkapan ini mengandung kerancuan (tasywisy). Sebab, kalau itu yang dimaksud, tentu Allah berfirman,
وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنَاهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُوْنِ. وَخَلَقْنَا لَهُمْ مِنْ مِثْلِهِ مَا يَرْكَبُوْنَ.
“Dan suatu tanda bagi mereka adalah Kami angkut mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka dari yang semisalnya apa yang akan mereka kendarai.”
Kalau pada yang pertama disebutkan, أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ”Kami ang-kut keturunan mereka” sedangkan ini, “Kami angkut mereka,” maka maknanya tidak jelas kecuali dikatakan: dhamir (kata ganti) “hum” kembali kepada “dzurriyyah.” Dan hanya Allah Yang lebih menge-tahui akan hakikat yang sebenarnya.
Setelah saya sampai pada pembahasan ini dalam penulisan tafsir ini, maka tampak bagi saya suatu makna yang tidak jauh dari maksud Allah جَلَّ جَلالُهُ, yaitu, bahwa siapa saja yang mengetahui keagungan Kitabullah dan uraiannya yang sempurna dari segala sisi tentang perkara-perkara yang sekarang, yang telah lalu dan yang akan datang, dia (menjadi tahu) bahwa sesungguhnya Allah menyebutkan dari setiap maknanya itu yang paling tinggi dan paling sempurna dari keadaannya, sedangkan bahtera merupakan salah satu tanda dan salah satu nikmatNya kepada hamba-hamba-Nya semenjak Dia mengaruniakannya kepada mereka, dengan mempelajarinya hingga Hari Kiamat nanti, dan ia terus ada pada setiap zaman hingga pada zaman orang-orang yang dihadapkan kepada al-Qur`an.
Setelah Allah berbicara kepada mereka dengan al-Qur`an dan menjelaskan perihal bahtera, dan Allah mengetahui bahwa akan ada tanda-tanda (cikal-bakal) bahtera yang lebih besar pada waktu lain selain waktu mereka dan pada zaman lain selain zaman mereka saat Dia mengajarkan kepada mereka cara pembuatan bahtera laut, baik yang menggunakan layar dan mesin, dan bahtera angkasa yang terbang seperti burung di angkasa dan yang serupa dengan-nya dan berbagai alat-alat transportasi darat, yang merupakan tanda kekuasaan yang besar padanya yang belum pernah ada kecuali pada “keturunan,” maka Allah mengingatkan di dalam al-Qur`an ini akan salah satu macam yang paling tinggi dari macam-macam tanda-tandanya, seraya berfirman, {وَآيَةٌ لَهُمْ أَنَّا حَمَلْنَا ذُرِّيَّتَهُمْ فِي الْفُلْكِ الْمَشْحُونِ}”Dan suatu tanda bagi mereka adalah Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan.” Artinya, yang penuh de-ngan penumpang dan barang bawaan. Lalu Allah جَلَّ جَلالُهُmengangkut mereka dan menyelamatkan mereka dari musibah karam (teng-gelam) dengan cara-cara yang telah diajarkan oleh Allah kepada mereka.
Dan selain itu kami ciptakan juga untuk mereka angkutan lainnya, seperti apa yang mereka kendarai di darat berupa hewan-hewan tung-gangan dan alat-alat angkut pada umumnya (lihat pula: surah an-na’l/16: 8). 43. Dan ingatlah, jika kami menghendaki mereka tidak selamat dalam pelayaran laut itu, kami tenggelamkan mereka ke laut dengan datangnya badai atau rusaknya bahtera. Maka ketika itu tidak ada seorang penolong pun bagi mereka dan tidak pula mereka dapat diselamatkan.
Yasin Ayat 42 Arab-Latin, Terjemah Arti Yasin Ayat 42, Makna Yasin Ayat 42, Terjemahan Tafsir Yasin Ayat 42, Yasin Ayat 42 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Yasin Ayat 42
Tafsir Surat Yasin Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)