{35} Fatir / فاطر | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الصافات / As-Saffat {37} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Yasin يس (Yaasiin) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 36 Tafsir ayat Ke 77.
أَوَلَمْ يَرَ الْإِنْسَانُ أَنَّا خَلَقْنَاهُ مِنْ نُطْفَةٍ فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ ﴿٧٧﴾
a wa lam yaral-insānu annā khalaqnāhu min nuṭfatin fa iżā huwa khaṣīmum mubīn
QS. Yasin [36] : 77
Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setetes mani, ternyata dia menjadi musuh yang nyata!
Apakah orang yang mengingkari kebangkitan itu tidak melihat awal mula penciptaannya sehingga dia bisa menjadikannya sebagai bukti atas kebangkitannya, bahwa Kami menciptakannya dari setetes air yang selanjutnya berproses sampai ia menjadi manusia dewasa, dan ternyata dia adalah pendebat yang ulung yang banyak menyangkal?
Mujahid, Ikrimah, Urwah ibnuz Zubair, As-Saddi, dan Qatadah mengatakan bahwa Ubay ibnu Khalaf laknatullah datang kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ dengan membawa sebuah tulang yang sudah rapuh, lalu ia remas-remas tulang itu hingga hancur dan menebarkannya ke udara seraya berkata, “Hai Muhammad, apakah engkau mengira bahwa Allah akan membangkitkan hidup kembali tulang ini?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab:
Benar, Allah akan mematikanmu, kemudian membangkitkanmu hidup kembali, lalu menggiringmu ke neraka. Dan turunlah ayat-ayat berikut hingga akhir surat, yaitu: Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani). (Yaa Siin:77), hingga akhir surat.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnul Husain ibnul Junaid, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Ala, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Sa’id Az-Zayyat, dari Has’yim, dari Abu Bisyr, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Al-As ibnu Wa’il memungut sepotong tulang dari Bat-hah, lalu menghancurkannya dengan tangannya, kemudian ia berkata kepada Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, “Apakah Allah akan menghidupkan kembali hewan ini sesudah apa yang kulihat sekarang?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Benar, Allah akan mematikanmu, lalu menghidupkanmu, kemudian memasukkanmu ke dalam neraka Jahanam. Ibnu Abbas mengatakan bahwa setelah itu turunlah ayat-ayat yang terakhir dari surat Yasin.
Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Ya’qub ibnu Ibrahim, dari Hasyim, dari Abu Bisyr, dari Sa’id ibnu Jubair, lalu disebutkan hal yang semisal, tetapi dalam periwayatan ini tidak disebutkan Ibnu Abbas.
Telah diriwayatkan pula melalui jalur Al-Aufi, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa Abdullah ibnu Ubay datang dengan membawa sepotong tulang, lalu ia menghancurkannya, selanjutnya disebutkan hal yang semisal. Hal ini jelas mungkar karena surat ini adalah Makkiyyah, sedangkan Abdullah ibnu Ubay ibnu Salul hanya ada di Madinah.
Akan tetapi, pada garis besarnya dapat dikatakan bahwa sama saja apakah ayat-ayat ini diturunkan berkenaan dengan Ubay ibnu Khalaf, atau Al-As ibnu Wa’il, atau berkenaan dengan kedua-duanya, makna ayat mengandung pengertian yang umum mencakup semua orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit.
Huruf alif dan lam yang ada di dalam firman-Nya:
Dan apakah manusia tidak memperhatikan. (Yaa Siin:77)
Menunjukkan pengertian al-liljinsi yang berarti mencakup semua orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit.
bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata. (Yaa Siin:77)
Yakni apakah orang yang ingkar terhadap adanya hari berbangkit tidak menyimpulkan dari permulaan penciptaan dirinya yang menunjukkan kepada pengembaliannya? Karena sesungguhnya Allah mulai menciptakan manusia dari sari pati air yang hina. Dia menciptakannya dari sesuatu yang hina, lemah, dan kecil, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Bukankah Kami menciptakan kamu dari air yang hina? Kemudian Kami letakkan dia dalam tempat yang kokoh (Rahim). Sampai waktu yang ditentukan (Al Mursalat : 20-21)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur. (Al Insaan:2)
Yaitu dari air mani yang bercampur, dan Tuhan yang menciptakan manusia dari nutfah yang lemah ini pasti dapat menghidupkannya kembali sesudah matinya.
Imam Ahmad mengatakan di dalam kitab musnadnya:
Telah menceritakan kepada kami Abul Mugirah, telah menceritakan kepada kami Hariz, telah menceritakan kepadaku Abdur Rahman ibnu Maisarah, dari Jubair ibnu Nafir, dari Bisyr ibnu Jahhasy yang mengatakan bahwa sesungguhnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ meludah di telapak tangannya pada suatu hari, lalu meletakkan jari telunjuknya pada ludahnya itu dan bersabda: Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Hai Bani Adam, bagaimanakah engkau menganggap-Ku tidak berkuasa, sedangkan Aku telah menciptakanmu dari hal semisal ini, dan manakala Aku telah menyempurnakan bentukmu dan menyelesaikan ciptaanmu hingga kamu dapat berjalan dengan mengenakan baju burdahmu dan bumi ini sebagai tempat berpijakmu, lalu kamu menghimpun (harta) dan tidak mau bersedekah. Hingga manakala roh sampai di tenggorokan, lalu kamu katakan, ‘Aku akan bersedekah’, tetapi masa bersedekah telah habis.”
Ayat-ayat mulia ini di dalamnya terdapat penjelasan tentang syubhat (kerancuan) orang-orang yang mengingkari kebangkitan sesudah mati dan jawaban terhadapnya dengan jawaban yang paling sempurna, paling baik, dan paling jelas.
Maka Allah جَلَّ جَلالُهُberfirman, {أَوَلَمْ يَرَ الإنْسَانُ}”Dan apakah manusia tidak memperhatikan” yaitu manusia yang mengingkari kebangkitan atau ragu padanya, (memperhatikan) suatu perkara yang memberinya keyakinan sempurna kepada kepastiannya, yaitu awal mula penciptaannya {مِنْ نُطْفَةٍ}”dari setitik air,” kemudian berubah-ubahnya dalam beberapa fase sedikit demi sedikit hingga menjadi besar dan menjadi anak remaja dan akalnya pun menjadi sempurna dan dewasa, {فَإِذَا هُوَ خَصِيمٌ مُبِينٌ} “lalu tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata,” setelah sebelumnya penciptaannya dari setetes air.
Cobalah perhatikan perbedaan antara dua kondisi ini. Dan hendaknya ia mengetahui bahwa yang telah menciptakannya dari ketiadaan itu lebih kuasa lagi mengulangi penciptaannya kembali setelah ia tercerai berai dan hancur luluh!
Beralih dari uraian tentang pendustaan kaum kafir kepada nabi Muhammad, Allah melalui ayat ini menjelaskan keniscayaan hari kebangkitan. Ayat ini turun untuk menjawab kelancangan al-”’ bin w’il yang menantang rasulullah untuk membuktikan kemampuan Allah membangkitkan kembali tulang lapuk yang dibawanya. Dan tidakkah manusia memperhatikan bahwa kami menciptakannya dari setetes mani, kemudian setelah melalui berbagai proses ia lahir ke dunia dan tumbuh menjadi manusia sempurna, lalu ternyata dia menjadi musuh yang nyata! mereka berubah menjadi musuh dengan mengingkari hari kebangkitan. Sungguh, sikap ini tidak sejalan dengan akal sehat. 78. Demikianlah keingkaran manusia kepada kami. Dan dia membuat perumpamaan bagi kami dan melupakan asal kejadiannya dari setetes air mani yang hina. Dia berkata, ‘siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang yang telah hancur luluh” jika menyadari asal kejadiannya, tentu manusia akan percaya bahwa Allah mahakuasa menghidupkannya kembali sesudah mati.
Yasin Ayat 77 Arab-Latin, Terjemah Arti Yasin Ayat 77, Makna Yasin Ayat 77, Terjemahan Tafsir Yasin Ayat 77, Yasin Ayat 77 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Yasin Ayat 77
Tafsir Surat Yasin Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)