{37} As-Saffat / الصافات | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الزمر / Az-Zumar {39} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Shad ص (Shaad) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 38 Tafsir ayat Ke 6.
وَانْطَلَقَ الْمَلَأُ مِنْهُمْ أَنِ امْشُوا وَاصْبِرُوا عَلَىٰ آلِهَتِكُمْ ۖ إِنَّ هَـٰذَا لَشَيْءٌ يُرَادُ ﴿٦﴾
wanṭalaqal-mala`u min-hum animsyụ waṣbirụ ‘alā ālihatikum inna hāżā lasyai`uy yurād
QS. Shad [38] : 6
Lalu pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata), “Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki.
Lalu para tokoh dan para pembesar kaum berusaha mendorong mereka untuk mempertahankan kesyirikan dan memperjuangkan keragaman tuhan-tuhan. Mereka berkata: Apa yang dibawa Rasul tersebut adalah sesuatu yang direncanakan dengan tujuan meraih kepemimpinan dan kedudukan.
Yang dimaksud dengan al-mala ialah pemuka, pemimpin, dan pembesar mereka. Mereka pergi seraya mengatakan:
Pergilah kamu (Shaad:6)
Yakni tetaplah pada agama kalian
dan bertahanlah (menyembah) tuhan-tuhanmu (Shaad:6)
Artinya, janganlah kamu menuruti ajaran tauhid yang diserukan oleh Muhammad kepada kamu.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki (Shaad:6)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah sesungguhnya ajaran tauhid yang diserukan oleh Muhammad kepada kita benar-benar dijadikannya sebagai sarana untuk meraih kedudukan yang tinggi di atas kalian, juga agar kalian semua menjadi pengikutnya, dan kita tidak akan mau menerima seruannya itu.
Latar Belakang Turunnya Ayat yang Mulia Ini
As-Saddi menceritakan bahwa sesungguhnya sejumlah orang Quraisy mengadakan suatu pertemuan, yang antara lain dihadiri oleh Abu Jahal ibnu Hisyam, Al-As ibnu Wa’il, Al-Aswad ibnu Muttalib, dan Al-Aswad ibnu Abdu Yagus bersama sejumlah pemuka kabilah Quraisy.
Sebagian dari mereka berkata kepada sebagian yang lain.”Marilah kita berangkat menuju tempat Abu Talib, kita harus berbicara kepadanya tentang keponakannya itu, mudah-mudahan kita terbebas dari gangguannya dan dia tidak lagi mencaci maki sembahan-sembahan kita, maka kita akan membiarkan dia dan Tuhan yang disembahnya. Karena sesungguhnya kita khawatir bila syekh (Abu Talib) ini mati, lalu dia (Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ) harus kita tangkap, maka orang-orang Arab akan mencela kita semua. Mereka akan mengatakan bahwa kita membiarkannya. Dan manakala Abu Talib mati meninggalkannya, baru kita berani menangkapnya.
Maka mereka mengutus seorang lelaki dari kalangan mereka yang dikenal dengan nama Al-Muttalib, lalu Al-Muttalib meminta izin masuk kepada Abu Talib untuk mereka, seraya mengatakan, “Mereka adalah para tetua kaummu dan para hartawannya ingin bertemu denganmu.” Abu Talib menjawab, “Persilakanlah mereka masuk.”
Setelah menemui Abu Talib, mereka berkata, “Hai Abu Talib, engkau adalah pemimpin dan penghulu kami, bebaskanlah kami dari ulah keponakanmu itu, perintahkanlah kepadanya agar dia menahan diri dan tidak lagi mencaci maki sembahan-sembahan kami, maka kami akan membiarkan dia bebas bersama Tuhan yang disembahnya.”
Abu Talib memanggil Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Ketika Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah masuk menemuinya, maka Abu Talib berkata, “Hai Keponakanku, mereka adalah tetua kaummu dan orang-orang terhormatnya, mereka telah meminta agar kamu menahan diri dan menghentikan caci makimu terhadap sembahan-sembahan mereka, maka mereka akan membiarkanmu dan sembahanmu.” Rasulullah Saw menjawab, “Hai Paman, apakah tidak boleh aku menyeru mereka kepada sesuatu yang lebih baik bagi mereka?” Abu Talib bertanya, “Apakah yang engkau serukan kepada mereka (untuk mengikutinya)?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab, “Aku ajak mereka untuk mengucapkan suatu kalimah, yang dengan kalimah itu semua orang Arab akan tunduk kepada mereka dan mereka dapat menguasai orang-orang Ajam (non-Arab).”
Abu Jahal laknatullah yang ada di antara kaum berkata, Demi ayahmu, katakanlah apakah kalimah itu, sungguh kami akan memberikannya kepadamu dan sepuluh kali lipatnya.”
Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Kalian ucapkan, “Tidak ada Tuhan melainkan Allah.”
Mereka menolak dan mereka berkata, “Mintalah kepada kami selainnya!” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda:
Sekiranya kalian dapat mendatangkan matahari kepadaku, lalu kalian letakkan di tanganku, aku tidak akan meminta kepada kalian selain darinya (kalimah tauhid itu)
Maka mereka pergi darinya dalam keadaan marah seraya berkata, “Demi Tuhan, kami benar-benar akan mencaci maki kamu dan Tuhanmu yang telah memerintahkanmu menyampaikan hal ini.”
Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata), “Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang dikehendaki” (Shaad:6)
Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan hadis ini, dan Ibnu Jarir dalam riwayatnya menambahkan, bahwa setelah para pemimpin Quraisy keluar, Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menyeru pamannya untuk mengucapkan kalimah, “Tidak ada Tuhan melainkan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى” Tetapi Abu Talib menolak, bahkan berkata, “Tidak, bahkan tetap pada agama para tetua.” Lalu turunlah firman-Nya:
Sesungguhnya kamu tidak dapat memberi petunjuk kepada orang yang engkau sukai (Al-Qasas: 56)
Abu Ja’far ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib dan Ibnu Waki’. Keduanya mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Usamah, telah menceritakan kepada kami Al-A’masy, telah menceritakan kepada kami Abbad, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa ketika Abu Talib sakit keras, serombongan orang-orang Quraisy datang menjenguknya, di antaranya terdapat Abu Jahal. Mereka berkata, “Sesungguhnya keponakanmu telah mencaci maki sembahan-sembahan kami dan melakukan serta mengatakan anu dan anu. Maka sebaiknya engkau panggil dia, lalu kita suruh dia agar menghentikan perbuatannya itu.”
Abu Talib menyuruh seseorang untuk memanggilnya, dan ia (Nabi Saw) datang dan masuk ke dalam rumah. Saat itu terdapat jarak yang cukup untuk duduk seseorang antara mereka dan Abu Talib. Melihat kedatangan Nabi Saw, Abu Jahal merasa khawatir jika Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ duduk di dekat Abu Talib. Maka Abu Talib akan lebih kasihan kepada keponakannya dan akan memihaknya. Abu Jahal cepat-cepat melompat dan menempati tempat itu, sehingga Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ tidak menemukan tempat duduk yang terdekat dengan pamannya. Maka beliau terpaksa duduk di dekat pintu.
Abu Talib berkata kepadanya, “Hai Anak Saudaraku, mengapa kaummu ini mengadukan perihalmu, dan mereka menuduh bahwa kamu telah mencaci maki sembahan-sembahan mereka dan kamu katakan anu dan anu?” Maka berhamburanlah dari mereka kata-kata yapg menyudutkan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Akhirnya Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ angkat bicara dan berkata, “Hai paman, sesungguhnya aku menginginkan mereka kepada suatu kalimah yang harus mereka katakan, maka semua orang Arab akan tunduk patuh kepadanya dan orang-orang Ajam akan membayar Jizyah (upeti) kepada mereka berkat kalimah itu.”
Mereka terkejut dengan jawaban yang dikemukakan oleh Rasulullah Saw dan suatu kalimah yapg dikehendakinya itu. Maka mereka mengatakan, “Hanya satu kalimah saja, baiklah. Demi ayahmu, sepuluh pun kami sanggup.” Mereka berkata, “Kalimah apakah itu?” Dan Abu Talib pun bertanya, “Benar, hai keponakanku, kalimah apakah itu?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Tidak ada Tuhan melainkan Allah. Maka mereka berdiri dengan terkejut seraya menepiskan baju mereka, lalu berkata, sebagaimana yang disitir oleh firman-Nya: Mengapa ia menjadikan tuhan-tuhan itu Tuhan Yang Satu saja? Sesungguhnya ini benar-benar suatu hal yang sangat mengherankan. (Shaad:8)
Ibnu Jarir mengatakan bahwa demikianlah kisah turunnya ayat ini sampai dengan firman-Nya: dan sebenarnya mereka belum merasakan azab-Ku (Shaad:8)
Menurut lafaz yang dikemukakan oleh Abu Kuraib. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Imam Nasai melalui hadis Muhammad ibnu Abdullah ibnu Namir, keduanya dari Abu Usamah, dari Al-A’masy, dari Abbad tanpa dinisbatkan kepadanya dengan lafaz yang semisal.
Imam Turmuzi, Imam Nasai, Ibnu Abu Hatim, dan Ibnu Jarir telah meriwayatkan pula hadis ini, semuanya mengetengahkannya di dalam kitab tafsir masing-masing melalui Sufyan As-Sauri, dari Al-A’masy, dari Yahya ibnu Imarah Al-Kufi, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a., lalu disebutkan hal yang semisal. Imam Turmuzi mengatakan hadis ini hasan.
{وَانْطَلَقَ الْمَلأ مِنْهُمْ}”Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka” yang perkataan mereka diterima, dengan maksud menghimbau kaumnya supaya mereka tetap berpegang teguh kepada kesyirikan yang mereka anut, {أَنِ امْشُوا وَاصْبِرُوا عَلَى آلِهَتِكُمْ}”Pergilah kamu dan bersabar-lah terhadap sembahan-sembahanmu.” Maksudnya, teruslah kalian menyembahnya dan bersungguh-sungguhlah dalam memperta-hankan dan menyembahnya, jangan sekali-kali ada apa pun yang mencegah kalian dan jangan pula ada seorang pun yang mengha-lang-halangi kalian, {إِنَّ هَذَا}”sesungguhnya ini,” yang dibawa oleh Muhammad ini, yaitu larangan menyembah mereka, {لَشَيْءٌ يُرَادُ}benar-benar suatu hal yang dikehendaki,” yakni yang dimaksud. Artinya, Muhammad mempunyai niat dan tujuan yang tidak baik padanya. Ini adalah propaganda yang tidak akan pernah laku ke-cuali di kalangan orang-orang yang dungu (tidak berakal). Sebab, sesungguhnya siapa saja yang mengajak kepada perkataan yang benar atau yang tidak benar, maka perkataannya tidak bisa ditolak dengan cara mencemoohkan niatnya, karena niat dan amalnya hanya orang yang bersangkutan yang tahu. Semestinya ia ditolak (ditanggapi) dengan cara menghadapinya dengan apa yang dapat membatalkan dan merusak argumen-argumen dan hujjah-hujjah (dalil)nya; sedangkan tujuan mereka adalah bahwa Muhammad itu sebenarnya mengajak kalian kepada apa yang diserukannya hanyalah untuk (dapat) memimpin kalian dan supaya menjadi orang yang dihormati dan diikuti di kalangan kalian.
Mendengar ajakan nabi untuk beratuhid, lalu pergilah pemimpin-pemimpin mereka menghampiri kaum masing-masing seraya berkata, ‘pergilah kamu dan tetaplah menyembah tuhan-tuhanmu sendiri. Sesungguhnya ajakan bertauhid ini benar-benar hanyalah suatu hal yang dikehendaki oleh Muhammad terhadap kita agar dia bisa menjadi pemimpin. 7. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir, yaitu nasrani, yang meyakini ajaran trinitas. Ajaran tauhid ini tidak lain ha-Nyalah kedustaan yang diada-adakan oleh Muhammad.
Shad Ayat 6 Arab-Latin, Terjemah Arti Shad Ayat 6, Makna Shad Ayat 6, Terjemahan Tafsir Shad Ayat 6, Shad Ayat 6 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Shad Ayat 6
Tafsir Surat Shad Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)