{37} As-Saffat / الصافات | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الزمر / Az-Zumar {39} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Shad ص (Shaad) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 38 Tafsir ayat Ke 25.
فَغَفَرْنَا لَهُ ذَٰلِكَ ۖ وَإِنَّ لَهُ عِنْدَنَا لَزُلْفَىٰ وَحُسْنَ مَآبٍ ﴿٢٥﴾
fa gafarnā lahụ żālik, wa inna lahụ ‘indanā lazulfā wa ḥusna ma`āb
QS. Shad [38] : 25
Lalu Kami mengampuni (kesalahannya) itu. Dan sungguh, dia mempunyai kedudukan yang benar-benar dekat di sisi Kami dan tempat kembali yang baik.
Maka Kami pun mengampuninya dan menjadikannya termasuk orang-orang yang dekat kepada Kami, Kami menyiapkan untuknya di akhirat tempat kembali yang baik.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Maka Kami ampuni baginya kesalahannya itu. (Shaad:25)
Yakni semua amal perbuatan yang telah dilakukannya. Hal ini termasuk ke dalam pengertian kaidah yang mengatakan:
Sesungguhnya kebaikan-kebaikan orang-orang yang berbakti itu merupakan keburukan-keburukan orang-orang yang mendekatkan dirinya (Kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى).
Para imam berselisih pendapat tentang ayat sajdah yang terdapat di dalam surat Shad ini, apakah ia termasuk ayat sajdah yang dianjurkan bagi pembacanya melakukan sujud tilawah? Ada dua pendapat mengenainya.
Menurut qaul jadid dari mazhab Imam Syafii r.a., ia bukan termasuk ayat sajdah yang dianjurkan sujud tilawah padanya, melainkan hanyalah sujud syukur. Sebagai dalilnya ialah sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad yang mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Aliyyah, dari Ayyub, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa ayat sajdah di dalam surat Shad bukan termasuk ‘azaimis sujud (sujud tilawah), tetapi ia pernah melihat Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melakukan sujud padanya.
Hadis yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Imam Abu Daud, Imam Turmuzi, dan Imam Nasai di dalam kitab tafsirnya melalui riwayat Ayyub dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan sahih.
Imam Nasai telah mengatakan pula di dalam kitab tafsirnya sehubungan dengan makna ayat ini:
telah menceritakan kepadaku Ibrahim ibnul Hasan (yakni Al-Miqsami), telah menceritakan kepada kami Hajjaj ibnu Muhammad, dari Umar ibnu Zar, dari ayahnya, dari Sa’id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan bahwa sesungguhnya Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melakukan sujud dalam surat Shad, lalu beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Daud a.s. telah melakukan sujud padanya sebagai ungkapan tobat, dan kami melakukan sujud padanya sebagai ungkapan rasa syukur (sujud syukur).
Hadis ini hanya diriwayatkan oleh Imam Nasai secara tunggal, dan semua perawinya berpredikat siqah.
Imam Nasai mengatakan, telah menceritakan kepadaku guru kami (yaitu Al-Hafiz Abul Hajjaj Al-Mazi) yang dibacakan hadis ini kepadanya, sedangkan aku mendengarkannya, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Ishaq Al-Madraji, telah menceritakan kepada kami Zahir ibnu Abu Tahir As-Saqafi, telah menceritakan kepada kami Zahir ibnu Abu Tahir Asy-Syahhami, telah menceritakan kepada kami Abu Sa’d Al-Kanjadarwazi, telah menceritakan kepada kami Al-Hakim Abu Ahmad Muhammad ibnu Muhammad Al-Hafiz, telah menceritakan kepada kami Abul Abbas As-Siraj, telah menceritakan kepada kami Harun ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Yazid ibnu Khunais, dari Al-Hasan ibnu Muhammad ibnu Ubaidillah ibnu Abu Yazid yang mengatakan bahwa Ibnu Juraij pernah berkata kepadanya, “Hai Hasan, kakekmu (yakni Ubaidillah ibnu Abu Yazid) telah menceritakan kepadaku dari Ibnu Abbas yang menceritakan bahwa pernah ada seorang lelaki datang kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, lalu bertanya, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya aku telah bermimpi seakan-akan aku sedang salat di belakang sebuah pohon, lalu aku membaca surat yang di dalamnya ada ayat sajdah dan aku melakukan sujud, maka pohon itu ikut sujud bersama denganku, dan aku mendengarnya mengucapkan doa berikut dalam sujudnya, yaitu:
“Ya Allah, catatkanlah suatu pahala bagiku di sisi-Mu, dan jadikanlah sujud ini sebagai simpanan (pahala) di sisi-Mu, dan hapuskanlah karenanya suatu dosa dariku, dan terimalah sujud ini sebagaimana Engkau telah menerimanya dari hamba-Mu Daud.”
Ibnu Abbas r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa lalu ia melihat Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berdiri dan membaca surat yang ada ayat sajdahnya, kemudian beliau melakukan sujud, dan ia mendengarnya mengucapkan doa dalam sujudnya itu seperti doa yang dikisahkan oleh lelaki itu tentang apa yang dibaca oleh pohon tersebut.
Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini dari Qutaibah, sedangkan Ibnu Majah dari Abu Bakar ibnu Khallad. Keduanya menerima hadis ini dari Muhammad ibnu Yazid, dari Khunais dengan lafaz yang semisal. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib, kami tidak mengenalnya kecuali melalui jalur ini.
Imam Bukhari mengatakan sehubungan dengan tafsir ayat ini, bahwa telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdullah, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ubaid At-Tayalisi, dari Al-Awwam yang menceritakan bahwa ia pernah bertanya kepada Mujahid tentang ayat sajdah yang ada di dalam surat Shad, maka Mujahid menjawab bahwa ia pernah mengatakan kepada Ibnu Abbas r.a. (saat ia melakukan sijud), “Mengapa engkau bersujud?” Ibnu Abbas menjawab, bahwa apakah engkau tidak pernah membaca firman-Nya: dan kepada sebagian dari keturunannya (Nuh), yaitu Daud dan Sulaiman. (Al An’am:84) Dan firman-Nya: Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka. (Al An’am:90) Dan Daud a.s. termasuk salah seorang yang Nabi kalian صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ telah memerintahkan kepada kita untuk mengikuti jejaknya. Nabi Daud a.s telah melakukan sujud pada surat Shad, maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pun melakukan sujud kepadanya.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Affan, telah menceritakan kepada kami Yazid ibnu Zurai’, telah menceritakan kepada kami Humaid, telah menceritakan kepada kami Bakar ibnu Abdullah Al-Muzani, bahwa Abu Sa’id Al-Khudri pernah menceritakan kepadanya bahwa ia pernah bermimpi menulis surat Shad. Dan ketikan tulisannya sampai pada ayat sajdah yang ada padanya, maka ia melihat tempat tinta pena dan segala sesuatu yang ada di hadapannya terbalik bersujud. Lalu ia menceritakan mimpinya itu kepada Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ sesudah mendengar kisah itu selalu melakukan sujud bila membacanya.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Ahmad secara munfarid (tunggal).
Imam Abu Daud mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Saleh, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Haris, dari Sa’id ibnu Abu Hilal dari Iyad ibnu Abdullah ibnu Sa’d ibnu Abu Sarh, dari Abu Sa’id r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaca surat Shad di atas mimbarnya. Ketika bacaan beliau sampai pada ayat sajdah, beliau turun dari mimbarnya dan sujud. Maka orang-orang pun ikut sujud bersamanya. Pada hari yang lain, beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membacanya. Dan ketika sampai pada ayat sajdah. orang-orang bersiap-siap untuk melakukan sujud. Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sesungguhnya sujud ini merupakan ungkapan tobat seorang nabi, tetapi aku melihat kalian bersiap-siap melakukannya. Maka beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ turun (dari mimbarnya) dan sujud.
Hadis ini diriwayatkan oleh Imam Abu Daud secara munfarid, dan sanadnya dengan syarat ada di dalam kitab sahih.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
{وَإِنَّ لَهُ عِنْدَنَا لَزُلْفَى وَحُسْنَ مَآبٍ}
Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik. (Shaad:25)
Yakni sesungguhnya Daud a.s. kelak di hari kiamat mendapat kedudukan yang dekat dengan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan tempat kembali yang baik, yaitu derajat yang tinggi di surga berkat tobatnya dan keadilannya yang sempurna dalam kerajaannya. Seperti yang disebutkan di dalam kitab sahih:
“الْمُقْسِطُونَ عَلَى مَنَابِرَ مِنْ نُورٍ عَنْ يَمِينِ الرَّحْمَنِ وَكِلْتَا يَدَيْهِ يَمِينٌ الَّذِينَ يُقْسِطُونَ فِي أَهْلِيهِمْ وَمَا وُلُّوا”
Orang-orang yang adil berada di atas mimbar-mimbar dari cahaya (kelak di hari kiamat) berada di sebelah kanan Tuhan Yang Maha Pemurah, dan yang ada di hadapan-Nya itulah sebelah kanan tempat orang-orang yang berlaku adil terhadap keluarganya dan terhadap kepengurusan yang diserahkan (dipercayakan) kepada mereka.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Adam. telah menceritakan kepada kami Fudail ibnu Atiyyah, dari Abu Sa’id Al-Khudri yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Sesungguhnya manusia yang paling disukai oleh Allah di hari kiamat nanti dan yang paling dekat kedudukannya dengan Dia adalah pemimpin yang adil. Dan sesungguhnya manusia yang paling dimurkai Allah kelak di hari kiamat dan paling keras azabnya adalah pemimpin yang zalim.
Imam Turmuzi meriwayatkan hadis ini melalui Fudail ibnu Marzuq Al-Agar, dari Atiyyah dengan sanad yang sama, Imam Turmuzi mengatakan bahwa ia tidak mengenal hadis ini dalam keadaan marfu’ kecuali melalui jalur ini.
Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar’ah, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Abu Ziad, telah menceritakan kepada kami Sayyar. telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Sulaiman, bahwa ia pernah mendengar Malik ibnu Dinar mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik. (Shaad:25 )
Bahwa kelak di hari kiamat Daud a.s. ditempatkan di kaki Arasy (tiangnya). Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Pujilah Aku pada hari ini dengan suaramu yang indah lagi merdu itu yang biasa engkau gunakan untuk memuji-Ku selama di dunia!” Daud menjawab, “Bagaimanakah caranya, sedangkan Engkau telah mencabutnya?” Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Sesungguhnya Aku pada hari ini mengembalikannya kepadamu.”
Malik ibnu Dinar melanjutkan, bahwa lalu Daud a.s. mengumandangkan suaranya yang membuat semua penduduk surga lupa akan kenikmatan yang sedang dialaminya (karena mendengar kemerduan suara Daud a.s).
{فَغَفَرْنَا لَهُ ذَلِكَ}”Maka Kami ampuni baginya kesalahannya” yang terjadi darinya dan Allah memuliakannya dengan berbagai macam karamah.
Allah berfirman, {وَإِنَّ لَهُ عِنْدَنَا لَزُلْفَى”Dan sesungguhnya dia mem-punyai kedudukan dekat pada sisi Kami.” Maksudnya, kedudukan tinggi dan kedekatan kepada Kami, {وَحُسْنَ مَآبٍ}”dan tempat kembali yang baik,” yakni tempat berpulang yang baik. Dosa yang terjadi dari Nabi Dawud ‘alaihissalam ini tidak dijelaskan oleh Allah, karena tidak ada faidahnya kalau dijelaskan. Siapa pun yang mencoba mem-bahasnya maka itu merupakan sikap memaksakan diri. Sedangkan yang mengandung faidah adalah apa yang telah Allah kisahkan kepada kita, yaitu kelembutan Allah padanya, menerima taubat dan inabahnya, dan kedudukannya yang makin tinggi. Dan setelah Nabi Dawud bertaubat, kedudukannya lebih baik dari sebelumnya.
Setelah nabi dawud meminta ampun dan bertobat kepada Allah, lalu kami mengampuni kesalahan yang ia sadari itu. Dan lantaran ke-sadaran dan ketajaman nuraninya sungguh, dia mempunyai kedudukan yang benar-benar dekat di sisi kami dan berhak mendapatkan tempat kembali yang baik, surga yang penuh kenikmatan. 26. Karena ketaatan, kebijaksanaan, dan ilmunya yang luas, Allah memilih nabi dawud sebagai khalifah, ‘wahai nabi dawud! sesungguhnya engkau telah kami jadikan khalifah dan penguasa di bumi. Karena itu, hiasilah kekuasaanmu dengan kesopanan dan tunduk pada aturan kami. Maka berilah keputusan tentang suatu perkara yang terjadi di antara manusia dengan adil dan mengacu pada wahyu kami, dan janganlah engkau mengikuti hawa nafsu dalam menjalankan amanah kami karena hawa nafsu akan menyesatkan engkau dari jalan Allah dan menggiringmu jauh dari kebenaran. ‘ sungguh, orang-orang yang sesat dari jalan Allah akibat mengikuti hawa nafsu akan mendapat azab yang berat dan pedih di akhirat. Yang demikian itu karena mereka melupakan hari perhitungan, hari ketika perbuatan manusia dihisab. Ayat ini menunjukkan bahwa seorang pemimpin harus bersikap adil, amanah, dan mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi.
Shad Ayat 25 Arab-Latin, Terjemah Arti Shad Ayat 25, Makna Shad Ayat 25, Terjemahan Tafsir Shad Ayat 25, Shad Ayat 25 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Shad Ayat 25
Tafsir Surat Shad Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)