{37} As-Saffat / الصافات | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الزمر / Az-Zumar {39} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Shad ص (Shaad) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 38 Tafsir ayat Ke 35.
قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لَا يَنْبَغِي لِأَحَدٍ مِنْ بَعْدِي ۖ إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ ﴿٣٥﴾
qāla rabbigfir lī wa hab lī mulkal lā yambagī li`aḥadim mim ba’dī, innaka antal-wahhāb
QS. Shad [38] : 35
Dia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, Engkaulah Yang Maha Pemberi.”
Kemudian Sulaiman pun kembali kepada Rabb-nya dan bertaubat. Dia berkata: Ya Rabb-ku, ampunilah dosaku dan berikanlah keadaku kerajaan yang besar yang tidak akan dimiliki oleh seorang pun sesudahku, sesungguhnya Engkau Maha memberi lagi Mahadermawan. Maka Kami pun mengabulkan permintaannya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Ia berkata, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudah-ku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Pemberi.” (Shaad:35)
Sebagian ulama tafsir mengatakan bahwa makna ayat ini ialah kerajaan yang tidak layak bagi seseorang merebutnya dariku sesudahku, seperti yang pernah terjadi dalam kasus setan jahat yang menguasai singgasananya itu. Dan bukan berarti Nabi Sulaiman menghalang-halangi orang-orangyang sesudahnya untuk mempunyai hal yang serupa dengan miliknya.
Akan tetapi, pendapat yang sahih mengatakan bahwa Nabi Sulaiman a.s. memohon kepada Allah suatu kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang manusia pun sesudahnya. Pengertian inilah yang terbaca dari makna lahiriah konteks ayat, dan pengertian ini pulalah yang disebutkan di dalam hadis-hadis sahih melalui berbagai jalur dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Imam Bukhari sehubungan dengan tafsir ayat ini mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Rauh dan Muhammad ibnu Ja’far, dari Syu’bah, dari Muhammad ibnu Ziad, dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Sesungguhnya pernah ada Ifrit dari jin yang menampakkan dirinya kepadaku tadi malam —atau ungkapan yang semisal— untuk memutuskan salat yang sedang kukerjakan. Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberikan kekuasaan kepadaku terhadapnya, dan aku berniat akan mengikatnya di salah satu tiang masjid hingga pagi hari, lalu kalian semua dapat melihatnya. Tetapi aku teringat akan ucapan saudaraku Sulaiman a.s. yang telah mengatakan, “Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku.” ( 38:35). Rauh mengatakan bahwa lalu Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ melepaskannya kembali dalam keadaan terhina.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Imam Nasai melalui Syu’bah dengan sanad yang sama.
Imam Muslim mengatakan di dalam kitab sahihnya, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Salamah Al-Muradi, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Wahb, dari Mu’awiyah ibnu Saleh, telah menceritakan kepadaku Rabi’ah ibnu Yazid, dari Abu Idris Al-Khaulani, dari Abu Darda r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berdiri mengerjakan salatnya, lalu kami dengar beliau mengucapkan: Aku berlindung kepada Allah dari godaanmu —kemudian beliau mengucapkan pula— aku laknat engkau dengan laknat Allah. sebanyak tiga kali seraya mengulurkan tangannya seakan-akan seperti seseorang yang akan menangkap sesuatu. Setelah selesai dari salatnya, kami bertanya “Wahai Rasulullah, kami mendengar engkau mengucapkan sesuatu dalam salatmu yang belum pernah kami dengar engkau mengucapkannya sebelum itu, dan kami lihat engkau mengulurkan tanganmu?” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Sesungguhnya iblis musuh Allah, datang dengan membawa obor api yang akan dia sundutkan ke mukaku, maka aku berkata, “Aku berlindung kepada Allah dari godaanmu,” sebanyak tiga kali. Kemudian kukatakan pula, “Aku laknat engkau dengan laknat Allah yang sempurna, ” sebanyak tiga kali pula, tetapi ia tidak mau mundur. Kemudian aku bermaksud untuk menangkapnya, tetapi demi Allah, seandainya tidak ada doa saudara kami Sulaiman, tentulah ia telah terikat di pagi harinya, dapat dijadikan main-mainan oleh anak-anak Madinah.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Maisarah ibnu Ma’bad, telah menceritakan kepada kami Abu Ubaid pengawal Sulaiman yang telah mengatakan bahwa ia melihat Ata ibnu Yazid Al-Laisi sedang berdiri mengerjakan salatnya lalu ia bermaksud untuk lewat di hadapannya, maka Ata menolakku. Seusai salatnya Ata mengatakan, telah menceritakan kepadanya Abu Sa’id Al-Khudri r.a. bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berdiri mengerjakan salat Subuh, sedangkan Abu Sa’id bermakmum di belakang beliau صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Dan Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ membaca Al-Qur’an, lalu mengalami gangguan dalam bacaannya itu. Setelah usai dari salatnya, beliau. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Seandainya kalian melihatku dan iblis (tentulah kalian akan menyaksikan pemandangan yang hebat), aku serang dia dengan tanganku dan aku masih terus-menerus mencekik lehernya sehingga aku merasakan air liurnya yang sejuk mengenai kedua jariku ini —jari telunjuk dan jari penengah- Seandainya tidak ada doa dari saudaraku Sulaiman, tentulah sampai pagi hari ia dalam keadaan terikat di salah satu tiang masjid dan dapat dijadikan mainan oleh anak-anak Madinah. Maka barang siapa di antara kalian yang mampu agar jangan ada seorang pun yang menghalang-halangi antara dia dan arah kiblat, hendaklah ia melakukan (hal yang serupa).
Imam Abu Daud telah meriwayatkan sebagian darinya, yaitu:
Barang siapa di antara kalian yang mampu agar jangan ada seorang pun yang menghalang-halangi antara dia dan arah kiblat, hendaklah ia melakukannya.
Ia meriwayatkannya dari Ahmad ibnu Abu Sarih, dari Abu Ahmad Az-Zubairi dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Mu’awiyah ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Muhammad Al-Fazzari, telah menceritakan kepada kami Al-Auza’i, telah menceritakan kepadaku Rabi’ah ibnu Yazid ibnu Abdullah Ad-Dailami yang menceritakan bahwa ia masuk menemui Abdullah ibnu Amr r.a. yang saat itu sedang berada di sebuah kebun miliknya di Taif, yang dikenal dengan nama Al-Waht, dalam rangka mengepung (mengejar) seorang pemuda Quraisy yang telah berzina dan meminum khamr. Ia (Rabi’ah ibnu Yazid ibnu Abdullah Ad-Dailami) mengatakan kepada Abdullah ibnu Amr r.a. bahwa telah sampai kepadanya suatu hadis bersumber dari dia yang menyebutkan: Barang siapa yang meminum seteguh khamr, Allah tidak akan menerima tobatnya selama empat puluh hari. Dan sesungguhnya orang yang celaka itu telah ditakdirkan celaka sejak ia berada di dalam perut ibunya. Dan bahwa barang siapa yang menziarahi Baitul Maqdis dengan tujuan tiada lain kecuali hanya melakukan salat di dalamnya, terbebaslah ia dari kesalahannya seperti pada hari ia dilahirkan oleh ibunya. Ketika pemuda itu mendengar khamr disebut-sebut, maka ia menarik tangannya dari tangan Abdullah ibnu Amr (yang telah menangkapnya), lalu kabur. Dan Abdullah ibnu Amr r.a. mengatakan bahwa sesungguhnya ia tidak memperkenankan bagi seorang pun untuk mengatakan atas nama dirinya sesuatu yang belum pernah ia katakan, bahwa dirinya pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Barang siapa yang meminum seteguk khamr. salatnya tidak diterima selama empat puluh hari. Dan jika ia bertobat, Allah menerima tobatnya. Dan jika dia mengulangi perbuatannya, tidak diterima salatnya selama empat puluh hari. Dan jika ia bertobat, Allah menerima tobatnya. Perawi mengatakan bahwa ia tidak ingat lagi apakah Abdullah ibnu Amr mengatakan hal ini sebanyak tiga kali ataukah empat kali, lalu ia mengatakan: Dan jika ia kembali lagi kepada perbuatannya, maka sudah menjadi kepastian baginya, Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى akan memberinya minuman dari tinatul khabal (keringat ahli neraka) kelak di hari kiamat. Kemudian Abdullah ibnu Amr mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sesungguhnya Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menciptakan makhluk-Nya dalam kegelapan, kemudian melemparkan kepada mereka sebagian dari cahaya-Nya. Maka barang siapa yang terkena oleh cahaya-Nyapada hari itu, niscaya mendapat petunjuk. Dan barang siapa yang terlewatkan darinya, niscaya sesat. Karena itu aku katakan, “Qalam telah kering untuk mengimbangi ilmu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى” Abdullah ibnu Amr mengatakan pula bahwa ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Sesungguhnya Sulaiman a.s. pernah memohon kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tiga perkara, maka Allah memberinya dua perkara, dan kami berharap semoga yang ketiga itu diberikan kepada kami. Sulaiman memohon kepada Allah hukum yang sesuai dengan hukum Allah, maka Allah memberinya. Dan Sulaiman memohon kepada Allah sebuah kerajaan yang tidak patut dimiliki oleh seorang pun sesudahnya, maka Allah memberinya. Dan permintaan yang ketiga ialah Sulaiman memohon kepada Allah bahwa barang siapa yang keluar dari rumahnya dengan tujuan tiada lain kecuali melakukan salat di masjid ini (Masjidil Aqsa), maka bersihlah dia dari kesalahannya sebagaimana pada hari ia dilahirkan oleh ibunya. Dan kami berharap semoga Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberikan kepada kami permintaan yang ketiga ini.
Bagian yang terakhir dari hadis ini telah diriwayatkan pula oleh Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah melalui berbagai jalur dari Abdullah ibnu Fairuz Ad-Dailami, dari Abdullah ibnu Amr r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Sesunguhnya Sulaiman a.s. setelah membangun Baitul Maqdis memohon kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى tiga perkara, (hingga akhir hadis)
Telah diriwayatkan pula melalui hadis Rafi’ ibnu Umair r.a. dengan sanad dan konteks yang kedua-duanya garib.
Imam Tabrani mengatakan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnul Hasan ibnu Qutaibah Al-Asqalani, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ayyub ibnu Suwaid, telah menceritakan kepadaku ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abu Ablah, dari Abuz Zahiriyah, dari Rafi’ ibnu Umair yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menceritakan kisah berikut: Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman kepada Daud a.s, “Buatkanlah sebuah rumah (peribadatan) untuk-Ku di bumi. Maka Daud a.s. membangun sebuah rumah ibadah untuk dirinya sebelum membangun bait (rumah ibadah) yang di perintahkan agar ia membangunnya. Maka Allah menurunkan wahyu kepadanya, “Hai Daud, engkau telah bangun rumah peribadatan untukmu sebelum engkau bangun rumah peribadatan untuk-Ku.” Daud menjawab, “Wahai Tuhanku, memang ini menurut naluriku sebagai seorang raja yang egois.” Kemudian Daud membangun masjid yang dimaksud, dan setelah temboknya berdiri ambruk —hal ini terjadi tiga kali— akhirnya Daud mengadu kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Hai Daud, sesunguhnya kamu tidak layak untuk membangun rumah (peribadatan) untuk-Ku.” Daud bertanya’, “Mengapa, wahai Tuhanku?” Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjawab, Karena banyak darah yang dialirkan oleh kedua tanganmu.” Daud berkata, “Wahai Tuhanku, bukankah hal itu terjadi demi kecintaan dan kesukaanku kepada Engkau?” Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Bukan begitu, tetapi mereka juga adalah hamba-hamba-Ku, Aku kasihan kepada mereka.” Maka hal tersebut memberatkan Daud, lalu Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman melalui wahyu-Nya, “Janganlah engkau bersedih hati, karena sesungguhnya Aku telah menetapkan pembangunannya di tangan anak laki-lakimu, yaitu Sulaiman.” Setelah Daud a.S. meninggal dunia, putranya (Sulaiman) membangun masjid tersebut. Setelah pembangunan masjid selesai, Sulaiman menghadiahkan kurban dan menyembelih banyak hewan sembelihan, lalu ia mengumpulkan semua kaum Bani Israil. Maka Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Sulaiman, “Aku telah melihat kegembiraanmu dengan selesainya perhbangunan bait-Ku, maka mintalah kepada-Ku, Aku akan memberimu.” Sulaiman berkata, “Aku memohon kepada-Mu tiga perkara, yaitu hukum yang sesuai dengan hukum-Mu, kerajaan yang tidak layak dimiliki oleh seorang pun sesudahku, dan barang siapa yang datang ke masjid ini dengan niat tiada lain kecuali melakukan salat di dalamnya, maka bersihlah ia dari dosa-dosanya sebagaimana pada hari ia dilahirkan oleh ibunya.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Adapun yang dua perkara Sulaiman telah diberinya, dan aku berharap semoga yang ketiga itu diberikan kepadaku.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdus Samad, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Rasyid Al-Yamami, telah menceritakan kepada kami Iyas ibnu Salamah ibnul Akwa, dari ayahnya yang mengatakan bahwa tidak sekali-kali ia mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berdoa melainkan membukanya dengan bacaan: Mahasuci Allah, Tuhanku Yang Mahatinggi, Yang Maha Tertinggi lagi Maha Pemberi.
Abu Ubaidah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Sabit, dari Ja’far ibnu Barqan, dari Saleh ibnu Mismar yang menceritakan bahwa ketika Nabi Daud a.s. meninggal dunia, Allah menurunkan wahyu kepada putranya (Sulaiman a.s.), “Mintalah kepada-Ku keperluanmu.” Sulaiman menjawab, “Aku memohon kepada-Mu hendaklah Engkau jadikan kalbuku takut kepada Engkau sebagaimana kalbu ayahku. Dan hendaklah Engkau jadikan kalbuku mencintai-Mu sebagaimana kalbu ayahku mencintai-Mu.” Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Aku telah mengirimkan utusan kepada hamba-Ku untuk menanyakan keperluannya, dan ternyata keperluannya ialah hendaklah Aku menjadikan kalbunya takut kepada-Ku dan menjadikannya cinta kepada-Ku. Sungguh Aku benar-benar akan menganugerahkan kepadanya suatu kerajaan yang tidak layak dimiliki oleh seorang pun sesudahnya.” Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman: Kemudian Kami tundukkan kepadanya angin berembus dengan baik menurut perintahnya ke mana saja yang dikehendakinya. (Shaad:36) Dan ayat-ayat yang sesudahnya.
Saleh ibnu Mismar mengatakan bahwa lalu Allah memberi Sulaiman segala sesuatu yang Dia berikan kepadanya, sedangkan di akhirat tiada hisab atas diri Sulaiman terhadap semuanya itu.
Hal yang sama telah dikemukakan oleh Abul Qasim ibnu Asakir dalam autobiografi Sulaiman a.s. yang ada di dalam kitab berikutnya.
Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa ia pernah mendengar kisah yang menyebutkan bahwa Daud a.s. pernah berdoa, “Ya Tuhanku, jadikanlah bagi Sulaiman sebagaimana yang telah Engkau berikan kepadaku.” Lalu Allah menurunkan wahyu-Nya kepada Daud,” Katakanlah kepada Sulaiman, “Hendaknya dia menjadikan untuk-Ku sebagaimana yang telah engkau lakukan kepada-Ku, maka Aku akan menjadikannya sebagaimana apa yang telah Kulakukan bagimu.”
{قَالَ رَبِّ اغْفِرْ لِي وَهَبْ لِي مُلْكًا لا يَنْبَغِي لأحَدٍ مِنْ بَعْدِي إِنَّكَ أَنْتَ الْوَهَّابُ} “Ia ber-kata, ‘Ya Rabbku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan yang tidak pantas dimiliki oleh seorang jua pun sesudahku, sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Pemberi’.” Allah pun mengabulkan doa beliau dan mengampuni beliau serta mengembalikan kerajaan kepadanya, dan bahkan Allah menambahkan untuknya kerajaan yang belum pernah terjadi bagi seorang pun sesudahnya, yaitu patuhnya setan-setan kepadanya, mereka membangun apa yang beliau kehendaki dan menyelam di dasar laut untuknya, mereka mengeluarkan mu-tiara-mutiara dan perhiasan. Dan siapa saja yang durhaka kepada-nya di antara mereka, maka ia membelenggu dan mengikatnya dengan belenggu, dan Kami katakan kepadanya, {هَذَا عَطَاؤُنَا} “Inilah anugerah Kami” maka berbahagialah dengannya, {فَامْنُنْ} “maka berikanlah” kepada siapa saja yang kamu kehendaki {أَوْ أَمْسِكْ} “atau tahanlah” dari siapa saja yang kamu suka, {بِغَيْرِ حِسَابٍ} “dengan tiada perhitungan.” Maksudnya, tidak ada dosa ataupun perhitungan bagimu dalam hal itu, karena Allah جَلَّ جَلالُهُMaha Mengetahui kesem-purnaan keadilannya dan kebaikan keputusan-keputusannya.
Dalam tobatnya dia berkata, ‘ya tuhanku, ampunilah aku dari dosa-dosaku yang menyebabkan engkau menimpakan cobaan ini kepadaku, dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan agung yang tidak akan dimiliki oleh siapa pun setelahku. Sungguh, engkaulah yang maha pemberi lagi maha pemurah. ’36-38. Allah menerima tobat dan doa nabi sulaiman, kemudian kami tundukkan kepadanya angin yang berembus dengan baik maupun dengan kencang menurut perintahnya, berembus ke mana saja yang dikehendakinya sehingga dia dapat menempuh perjalanan jauh hanya dalam sekejap. Dan kami tundukkan pula untuknya setan-setan dan jin-jin, semuanya ahli bangunan dan penyelam. Mereka ahli membangun istana, gedung megah, tempat peribadatan, bahkan hiasan dari keramik seperti patung, cawan, teko, dan sebagainya; serta ahli mengambil berbagai perhiasan dari dasar laut, seperti mutiara dan marjan. Mereka tekun bekerja (lihat pula: surah al-anbiy’/21: 81’82; saba’/34: 12’13), dan adapun setan yang lain yang tidak mematuhi perintahnya, mereka ter-ikat dalam belenggu sehingga tidak mengganggu mereka yang bekerja.
Shad Ayat 35 Arab-Latin, Terjemah Arti Shad Ayat 35, Makna Shad Ayat 35, Terjemahan Tafsir Shad Ayat 35, Shad Ayat 35 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Shad Ayat 35
Tafsir Surat Shad Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)