{37} As-Saffat / الصافات | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | الزمر / Az-Zumar {39} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Shad ص (Shaad) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 38 Tafsir ayat Ke 40.
وَإِنَّ لَهُ عِنْدَنَا لَزُلْفَىٰ وَحُسْنَ مَآبٍ ﴿٤٠﴾
wa inna lahụ ‘indanā lazulfā wa ḥusna ma`āb
QS. Shad [38] : 40
Dan sungguh, dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik.
Sesungguhnya Sulaiman di sisi Kami di alam akhirat memiliki kedekatan dan tempat kembali yang baik.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik. (Shaad:40)
Yakni di negeri akhirat nanti.
Dan jangan sekali-kali Anda mengira bahwa itu semua hanya di dunia saja yang didapat Nabi Sulaiman, sedangkan di akhiratnya tidak! Bahkan di akhirat nanti beliau akan mendapatkan kebaikan yang sangat besar. Maka dari itu Allah berfirman, {وَإِنَّ لَهُ عِنْدَنَا لَزُلْفَى وَحُسْنَ مَآبٍ} “Dan sesungguhnya dia mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi Kami dan tempat kembali yang baik.” Artinya, beliau termasuk orang-orang yang didekatkan di sisi Allah dan dimulia-kan dengan berbagai macam karamah oleh Allah.
PASAL
Di antara pelajaran dan hikmah yang dapat kita petik dari kisah Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman t adalah sebagai berikut:
1. Bahwasanya Allah جَلَّ جَلالُهُmenceritakan kepada nabiNya, Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ, sejarah-sejarah orang-orang (para rasul) sebelum beliau supaya hati beliau teguh dan jiwa beliau tenang serta meng-ingatkan kepadanya sebagian dari ibadah mereka; betapa sabar dan berinabahnya mereka; hal yang membuat beliau berkeinginan (merindukan) untuk mengalahkan mereka dan bertaqarrub kepada Allah seperti yang mereka lakukan dalam bertaqarrub kepadaNya dan sabar dalam menghadapi gangguan kaumnya. Maka dari itu, dalam hal ini, setelah Allah menjelaskan sebagian dari gangguan kaumnya dan perkataan mereka terhadapnya dan terhadap apa yang ia bawa (ajarkan), Allah memerintahkannya agar sabar dan mengingat hambaNya, Dawud, sehingga beliau merasa terhibur dengannya.
2. Bahwasanya Allah جَلَّ جَلالُهُmemuji dan suka kepada kekuatan (keteguhan dan sikap konsisten) dalam mematuhiNya, yaitu ke-kuatan hati dan badan. Sebab dari kekuatan itu akan bisa dicapai banyak sekali bentuk-bentuk ketaatan, kesempurnaan, dan kuanti-tasnya yang tidak akan bisa dicapai oleh sikap lemah dan tidak adanya kekuatan. Dan seorang hamba hendaknya melakukan segala upaya ke arah sana dan tidak cenderung kepada sikap malas dan menganggur yang merusak kekuatan dan melemahkan jiwa.
3. Bahwasanya kembali kepada Allah dalam semua perma-salahan adalah termasuk sifat para Nabi dan manusia-manusia pilihanNya, sebagaimana Dia telah memuji Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman karenanya. Maka hendaklah orang-orang yang ingin mengambil teladan meneladani mereka dan hendaklah orang-orang yang meniti jalan keridhaan Allah mengikuti petunjuk mereka.
{أُولَئِكَ الَّذِينَ هَدَى اللَّهُ فَبِهُدَاهُمُ اقْتَدِهِ}
“Mereka itulah orang-orang yang telah diberi petunjuk oleh Allah, maka ikutilah petunjuk mereka.” (Al-An’am: 90).
4. Hal-hal yang dengannya Allah memuliakan nabiNya, Dawud ‘alaihissalam, yaitu suara yang agung yang karenanya Allah men-jadikan gunung-gunung yang bisu dan burung-burung yang tidak bisa berbicara memberikan respon kepadanya apabila Dawud mengalunkan suaranya dengan ucapan tasbih, dan mereka pun turut bertasbih bersamanya di waktu sore dan pagi hari.
5. Di antara nikmat Allah yang paling besar atas hambaNya adalah, Dia menganugerahkan ilmu yang bermanfaat kepadanya dan menguasai hukum dan cara memberikan keputusan di antara manusia, sebagaimana yang telah Allah karuniakan kepada hamba-Nya, Nabi Dawud ‘alaihissalam.
6. Perhatian Allah جَلَّ جَلالُهُkepada para nabi dan manusia-manusia pilihanNya pada saat sebagian mereka terjerumus ke dalam keke-liruan karena ujian dan cobaanNya terhadap mereka yang dengan-nya apa-apa yang membahayakan menjadi terhapus dari mereka, dan mereka kembali kepada kondisi awal mereka yang paling sempurna, sebagaimana terjadi pada Nabi Sulaiman ‘alaihissalam.
7. Bahwasanya para nabi k itu terpelihara dari kesalahan dalam hal apa yang mereka sampaikan dari Allah جَلَّ جَلالُهُ, karena tujuan risalah (misi kerasulan) tidak akan dicapai kecuali dengannya. Dan sesungguhnya bisa saja terjadi sebagian perbuatan maksiat dari mereka sebagai konsekuensi tabiat manusia, namun Allah جَلَّ جَلالُهُsegera mengampuni mereka dengan kelembutanNya.
8. Bahwasanya Nabi Dawud ‘alaihissalam dalam kebanyakan kondisi-nya selalu berada di mihrab (tempat ibadah)nya guna berbakti kepada Rabbnya. Maka dari itu dua orang yang bersengketa me-manjat pagar menuju mihrabnya, karena apabila ia telah menyen-diri di mihrabnya, maka tidak seorang pun dapat menemuinya. Jadi, beliau tidak memberikan semua waktunya untuk masyarakat, sekalipun banyak sekali hukum-hukum yang datang kepadanya, melainkan ia menetapkan waktu khusus untuk beribadah kepada Rabbnya, dan jiwanya menjadi bahagia dengan beribadah kepada-Nya dan membantunya untuk tetap ikhlas dalam seluruh perma-salahannya.
9. Semestinya mematuhi etika ketika menghadap para pejabat dan lain-lainnya; sebab, ketika dua orang yang bersengketa masuk untuk menjumpai Nabi Dawud ‘alaihissalam dalam kondisi yang tidak lazim dan bukan dari pintu yang biasa, Nabi Dawud sangat risih dan sangat merasa keberatan, dan beliau melihatnya tidak laik dengan keadaan.
10. Bahwasanya ketidaksopanan etika orang yang bersengketa dan perbuatannya yang tidak sepantasnya, tidak boleh menjadi penghalang bagi sang hakim untuk memberikan keputusan dengan haq.
11. Kesempurnaan sifat santun Nabi Dawud ‘alaihissalam. Hal ini tam-pak pada sikapnya yang tidak marah kepada kedua orang yang bersengketa pada saat keduanya datang menjumpainya tanpa minta izin terlebih dahulu, padahal beliau adalah raja, dan beliau juga tidak membentak dan tidak pula mencela keduanya.
12. Orang yang terzhalimi (teraniaya) boleh mengatakan ke-pada yang menzhalimi, “Engkau telah menzhalimiku,” atau, “Wahai orang zhalim,” atau yang serupa dengannya, atau, “Orang yang telah menganiayaku.” Ini berdasarkan perkataan keduanya:
{خَصْمَانِ بَغَى بَعْضُنَا عَلَى بَعْضٍ}
“Kami adalah dua orang yang berperkara yang salah seorang dari kami berbuat zhalim kepada yang lain.” (Shad: 22).
13. Bahwasanya orang yang diberi bimbingan dan arahan, sekalipun berkedudukan tinggi dan berilmu, apabila dinasihati oleh seseorang atau diberi arahan, maka ia tidak akan marah dan tidak pula merasa sempit hati, bahkan ia segera menerimanya dan berterima kasih. Sesungguhnya kedua orang yang berselisih ter-sebut telah memberi nasihat kepada Nabi Dawud, namun beliau tidak merasa sempit hati dan tidak pula marah karenanya, bahkan hal itu tidak membuat diri beliau berpaling dari yang haq, dan justru beliau memutuskan dengan kebenaran murni.
14. Bahwasanya suka bergaul dengan kaum kerabat dan sahabat-sahabat, dan banyaknya kegandrungan (kecintaan) pada dunia dan materi dapat menyebabkan permusuhan di antara me-reka, sebagian berbuat zhalim terhadap sebagian yang lain, dan tidak ada yang dapat mencegah hal ini kecuali takwa kepada Allah dan sabar dalam menghadapi berbagai permasalahan dengan ber-iman dan beramal shalih. Dan yang berbuat demikian ini jarang sekali ada pada manusia.
15. Bahwasanya istighfar (meminta ampun) dan ibadah, ter-utama shalat termasuk amal yang dapat menghapuskan dosa-dosa. Sebab Allah جَلَّ جَلالُهُmemberikan ampunan bagi dosa Nabi Dawud ‘alaihissalam atas istighfar dan sujudnya.
16. Allah جَلَّ جَلالُهُmemuliakan hambaNya, yaitu Nabi Dawud dan Nabi Sulaiman t dengan kedekatan padaNya dan pahala yang baik, dan juga dengan menepis dugaan bahwa apa yang terjadi pada mereka berdua itu mengurangi derajat mereka di sisi Allah جَلَّ جَلالُهُ. Ini bagian dari kemahalembutanNya kepada hamba-hambaNya yang tulus. Dan kalau Allah sudah mengampuni dan menghilang-kan bekas dosa-dosa mereka, maka Dia menghapus akibat-akibat yang ditimbulkannya semuanya, hingga apa saja yang terlintas di dalam hati manusia. Karena sesungguhnya apabila mereka menge-tahui sebagian dosa-dosanya dan hati mereka merasakan turunnya derajat mereka dari derajat yang semula, maka Allah جَلَّ جَلالُهُpasti meng-hilangkan kesan-kesan tersebut, dan hal seperti itu sama sekali tidak sulit bagi Allah yang Mahamulia lagi Maha Pengampun.
17. Bahwasanya memberikan keputusan hukum di antara manusia merupakan kedudukan Agama yang dilaksanakan oleh para utusan Allah dan manusia-manusia pilihanNya, dan sesung-guhnya tugas orang yang melaksanakannya adalah memberikan keputusan dengan haq (benar) dan menjauhi hawa nafsu. Memberi-kan keputusan dengan haq itu menuntut adanya ilmu pengetahuan tentang permasalahan-permasalahan syar’i dan pengetahuan ten-tang bentuk permasalahan yang akan diberikan putusan dan cara memasukkannya ke dalam hukum syar’i. Maka orang yang bodoh (tidak mengerti) berada di antara salah satu dari dua perkara ini; tidak berwenang memberikan keputusan dan tidak halal baginya memberanikan diri untuk melakukannya.
18. Hendaknya seorang hakim mewaspadai hawa nafsu dan selalu menyadarinya, sebab rongrongan hawa nafsu itu tidak akan pernah lepas darinya, bahkan semestinya ia selalu bermujahadah melawan nafsu dengan cara menjadikan kebenaran sebagai tujuan-nya, dan hendaknya ia menanggalkan dari dirinya segala rasa cinta atau rasa benci terhadap salah satu dari dua orang yang berseng-keta pada saat akan mengeluarkan keputusan.
19. Sesungguhnya Nabi Sulaiman ‘alaihissalam termasuk bagian dari keutamaan Nabi Dawud dan termasuk anugerah Allah جَلَّ جَلالُهُkepada-nya, di mana Allah telah menganugerahkan Sulaiman kepadanya; dan sesungguhnya di antara nikmat Allah yang paling besar kepada hambaNya adalah kalau Dia mengaruniakan padanya seorang anak yang shalih. Jika anak shalih itu adalah seorang yang berilmu, maka itu adalah cahaya di atas cahaya.
20. Pujian dan sanjungan Allah جَلَّ جَلالُهُkepada Nabi Sulaiman ‘alaihissalam yang terdapat dalam FirmanNya,
{نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ}
“Dia adalah sebaik-baik hamba, sesungguhnya dia adalah seorang yang sangat taat.” (Shad: 44).
21. Betapa banyaknya kebaikan Allah جَلَّ جَلالُهُdan karuniaNya ke-pada hamba-hambaNya, di mana Dia anugerahkan kepada mereka amal shalih dan akhlak mulia, kemudian Dia memuji mereka ka-renanya. Dan Dia adalah Yang Maha Pemberi karunia dan Maha Pemberi.
22. Sesungguhnya setiap sesuatu yang melalaikan seorang hamba dari Allah جَلَّ جَلالُهُ, maka ia adalah suatu kesialan dan dicela. Maka hendaklah ia meninggalkannya dan beralih kepada apa yang lebih bermanfaat.
23. Kaidah yang terkenal mengatakan, “Barangsiapa yang meninggalkan sesuatu karena Allah, niscaya Allah menggantikan-nya dengan yang lebih baik darinya.” Nabi Sulaiman ‘alaihissalam menyem-belih kuda yang sangat gagah lagi berlari kencang yang sangat disukai oleh jiwa, adalah demi mengutamakan cinta kepada Allah. Maka dari itu Allah menggantikannya dengan yang lebih baik dari itu, yaitu menundukkan kepadanya angin sepoi nan lembut yang bertiup berdasarkan perintahnya, kemana saja ia suka dan ia maksud. Bertiupnya di waktu pagi satu bulan dan di waktu sore satu bulan pula. Dan Allah juga menundukkan setan-setan kepada-nya yang mempunyai kemampuan mengerjakan pekerjaan-peker-jaan berat yang tidak bisa dilakukan oleh manusia.
24. Bahwasanya penundukan setan-setan tidak mungkin ter-jadi bagi seseorang pun setelah Nabi Sulaiman ‘alaihissalam.
25. Bahwasanya Nabi Sulaiman ‘alaihissalam adalah seorang raja se-kaligus seorang nabi. Beliau bisa melakukan apa saja yang beliau inginkan, akan tetapi ia tidak menghendaki kecuali keadilan; beda dengan seorang nabi yang hamba, karena kehendak nabi yang hamba mengikuti perintah Allah. Maka ia tidak mengerjakan dan tidak pula meninggalkan kecuali berdasarkan perintah, seperti halnya nabi kita, Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ. Kondisi seperti ini lebih sempurna.
39-40. Kami berikan kepada nabi sulaiman kerajaan, kekayaan, dan kekuasaan yang tidak kami berikan kepada siapa pun sesudahnya. Inilah anugerah kami yang agung kepadamu, wahai nabi sulaiman; maka berikanlah sebagian dari karunia itu kepada orang lain atau tahanlah untuk dirimu sendiri, tanpa perhitungan dan tuntutan atasmu sebagai aturan yang kami khususkan untukmu. Dan sungguh, Allah telah me-ngabulkan doanya dan memberi dia kemuliaan di dunia dengan mempunyai kedudukan yang dekat pada sisi kami dan tempat kembali yang baik, yaitu surga. 41. Cerita tentang nabi dawud dan sulaiman yang diberi berba-gai kenikmatan oleh Allah diikuti oleh kisah tentang nabi ayyub yang hidupnya penuh ujian dan cobaan. Dan ingatlah, wahai nabi Muhammad, akan kisah salah seorang hamba kami, yaitu nabi ayyub, yang sangat sabar dan taat kepada Allah. Dan ingatlah ketika dia mendapat ujian dan cobaan dari Allah, dia menyeru dan berdoa kepada tuhannya, ‘sesungguhnya aku diganggu setan dengan penderitaan, sakit menahun, dan bencana yang besar dengan hilangnya harta kekayaan dan anak keturunanku. Aku mengadu kepada-Mu karena engkau maha penyayang. ” (lihat pula: surah al-anbiy’/21: 83).
Shad Ayat 40 Arab-Latin, Terjemah Arti Shad Ayat 40, Makna Shad Ayat 40, Terjemahan Tafsir Shad Ayat 40, Shad Ayat 40 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Shad Ayat 40
Tafsir Surat Shad Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75 | 76 | 77 | 78 | 79 | 80 | 81 | 82 | 83 | 84 | 85 | 86 | 87 | 88
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)