{38} Shad / ص | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | غافر / Ghafir {40} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Az-Zumar الزمر (Rombongan-Rombongan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 39 Tafsir ayat Ke 3.
أَلَا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ ۚ وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَىٰ إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِي مَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يَهْدِي مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ ﴿٣﴾
alā lillāhid-dīnul-khāliṣ, wallażīnattakhażụ min dụnihī auliyā`, mā na’buduhum illā liyuqarribụnā ilallāhi zulfā, innallāha yaḥkumu bainahum fī mā hum fīhi yakhtalifụn, innallāha lā yahdī man huwa kāżibung kaffār
QS. Az-Zumar [39] : 3
Ingatlah! Hanya milik Allah agama yang murni (dari syirik). Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata), “Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya.” Sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka tentang apa yang mereka perselisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta dan orang yang sangat ingkar.
Ketahuilah, hanya milik Allah semata segala ketaatan yang sempurna yang bebas dari syirik, Dan orang-orang yang mempersekutukan Allah dengan selain-Nya dan mengangkat sekutu-sekutu selain-Nya berkata: Kami tidak menyembah Illah-Ilah itu bersama Allah, kecuali agar ia memberi syafaat kepada kami di sisi Allah, dan mendekatkan kedudukan kami di sisi-Nya. Akibatnya mereka menjadi kafir karena itu, sebab ibadah dan syafaat hanya milik Allah semata. Sesungguhnya Allah menetapkan keputusan-Nya di antara orang-orang yang beriman yang ikhlas dengan orang-orang yang mempersekutukan Allah dengan selain-Nya di hari kiamat dalam perkara yang mereka perselisihkan terkait dengan ibadah mereka. Lalu Dia membalas masing-masing sesuai dengan haknya. Sesungguhnya Allah tidak membimbing siapa yang berdusta dengan nama-nama Allah lagi kafir kepada ayat-ayat dan hujjah-hujjah-Nya ke jalan yang lurus.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). (Az-Zumar: 3)
Maksudnya, tiada suatu amal pun yang diterima kecuali yang dikerjakan oleh pelakunya dengan niat ikhlas hanya karena Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya.
Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih (dari syirik). (Az-Zumar: 3) Bahwa yang dimaksud ialah persaksian yang menyatakan bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan hanya Allah.
Kemudian Allah memberitahukan tentang alasan orang-orang musyrik yang menyembah berhala-berhala, bahwa mereka mengatakan:
Kami tidak menyembah mereka, melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. (Az-Zumar: 3)
Yakni sesungguhnya hal yang mendorong mereka menyembah berhala-berhala itu hanyalah karena berhala-berhala tersebut mereka pahat dengan rupa malaikat-malaikat yang terdekat (dengan Allah) menurut dugaan mereka. Lalu mereka sembah patung-patung itu yang mereka anggap sebagai malaikat-malaikat.yang terdekat, agar malaikat-malaikat tersebut mau meminta pertolongan bagi mereka di sisi Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى untuk menolong mereka, memberi mereka rezeki, dan melepaskan dari mereka perkara duniawi yang menimpa diri mereka. Adapun terhadap hari kemudian, maka mereka mengingkari dan kafir terhadapnya.
Qatadah, As-Saddi, dan Malik telah meriwayatkan dari Zaid ibnu Aslam dan Ibnu Zaid sehubungan dengan makna firman-Nya: melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. (Az-Zumar: 3) Yaitu agar sembahan-sembahan itu dapat menolong kami dan mendekatkan kami kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Karena itulah mereka mengatakan dalam talbiyahnya bila melakukan ibadah haji di masa Jahiliah, “labbaika la syarikalaka illa syar’ikan huwa laka tamlikuhu wama malak.” (Kupenuhi seruan-Mu, tiada sekutu bagi-Mu kecuali sekutu yang kepunyaan-Mu, Engkau memilikinya, sedangkan sekutu-sekutu itu tidak memiliki).
Kekeliruan semacam inilah yang sengaja dilakukan oleh orang-orang musyrik di masa silam dan masa sekarang. Lalu datanglah kepada mereka para rasul yang menolak keyakinan seperti ini, melarangnya, serta menyeru mereka untuk memurnikan penyebaran hanya kepada Allah semata, tiada sekutu bagi-Nya. Dan bahwa hal tersebut merupakan sesuatu yang dibuat-buat oleh orang-orang musyrik dari diri mereka sendiri. Allah tidak mengizinkan hal itu, tidak merestuinya, bahkan murka terhadapnya dan melarangnya.
Dan sesungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan), ‘Sembahlah Allah (saja) dan jauhilah tagut itu.”(An-Nahl:36)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan Kami tidak mengutus seorang rasul sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya, “Bahwasanya tidak ada tuhan (yang hak) melainkan Aku, maka sembahlah olehmu sekalian akan Aku. (Al-Anbiya: 25)
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberitahukan bahwa para malaikat yang ada di langit, yaitu para malaikat yang terdekat dan juga malaikat lainnya, semuanya ialah hamba-hamba Allah yang tunduk patuh kepada-Nya; mereka tidak mau meminta syafaat di sisi-Nya kecuali dengan seizin-Nya terhadap orang yang direstui-Nya. Para malaikat di sisi-Nya tidaklah seperti keadaan para amir di hadapan raja-raja mereka yang dapat memberikan syafaat (pertolongan) di sisi raja-raja mereka tanpa restu dari raja-raja mereka; raja mereka setuju ataukah tidak, syafaat tetap dilakukan.
Maka janganlah kamu membuat perumpamaan-perumpamaan bagi Allah. (An-Nahl: 74)
Mahasuci lagi Mahatinggi Allah dari hal tersebut dengan ketinggian yang setinggi-tingginya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka (kelak di hari kiamat) tentang apa yang mereka berselisih padanya. (Az-Zumar: 3)
Yakni kelak Allah akan memutuskan perkara di antara semua makhlukNya pada hari mereka dikembalikan, dan Dia akan membalas setiap orang sesuai dengan amal perbuatannya masing-masing.
Dan (ingatlah) hari (yang di waktu itu) Allah mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Allah berfirman kepada malaikat, “Apakah mereka ini dahulu menyembahmu?” Malaikat-malaikat itu menjawab, “Mahasuci Engkau. Engkaulah Pelindung kami, bukan mereka; bahkan mereka telah menyembah jin, kebanyakan mereka beriman kepada jin itu.” (Saba: 40-41)
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sesungguhnya Allah tidak menunjuki orang-orang yang pendusta dan sangat ingkar. (Az-Zumar: 3)
Maksudnya, Allah tidak menunjuki mereka ke jalan hidayah, yaitu orang-orang yang tujuannya dusta dan mengada-adakan kebohongan terhadap Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى serta hatinya kafir kepada ayat-ayat-Nya, juga ingkar kepada hujah-hujah dan bukti-bukti yang jelas dari-Nya. Kemudian Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى menjelaskan bahwa Dia tidak beranak, tidak seperti apa yang dikira oleh orang-orang yang bodoh dari kalangan kaum musyrik yang mengira bahwa malaikat-malaikat itu adalah anak-anak perempuan Allah, juga tidak seperti yang diduga oleh orang-orang Yahudi dan orang-orang Nasrani terhadap Uzair dan Isa.
{أَلا لِلَّهِ الدِّينُ الْخَالِصُ} “Ingatlah, hanya kepunyaan Allah-lah agama yang bersih.” Ini adalah penegasan perintah ikhlas dan pen-jelasan bahwasanya Allah جَلَّ جَلالُهُ, sebagaimana halnya kepunyaanNya-lah semua kesempurnaan dan karunia atas hamba-hambaNya dari segala sisi, maka demikian juga, hanya milikNya-lah agama yang bersih lagi bebas dari segala noda. Itulah agama yang diridhaiNya dan diridhai oleh manusia pilihanNya dan yang diperintahkan kepada mereka, sebab ia berisi mempertuhankan Allah dalam mencintaiNya, takut dan berharap kepadaNya, berinabah (kembali) kepadaNya dalam beribadah kepadaNya dan berinabah kepadaNya dalam mencari segala kebutuhan hamba-hambaNya. Itulah yang bisa memperbaiki kalbu, membersihkan dan menyucikannya; ke-cuali mempersekutukanNya dalam ibadah apa pun, karena Allah جَلَّ جَلالُهُanti darinya dan persekutuan itu sedikitpun tak layak bagi Allah. Sebab, Dia adalah Tuhan yang paling tidak membutuhkan syirik (persekutuan) dan syirik itu merusak kalbu, ruh, dunia dan akhirat dan sangat menyengsarakan jiwa dengan kesengsaraan yang paling menyakitkan.
Maka dari itu, setelah Allah memerintahkan tauhid dan ikhlas, Allah melarang syirik kepadaNya (mempersekutukanNya) dan Dia menginformasikan celaan terhadap siapa pun yang mem-persekutukanNya, seraya berfirman, {وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ} “Dan orang-orang yang mengambil pelindung selainNya,” maksudnya, ber-lindung kepada mereka dengan menyembah dan berdoa kepada mereka, sambil mengemukakan pembelaan terhadap diri mereka dan berkata, {مَا نَعْبُدُهُمْ إِلا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى} “Kami tidak menyembah me-reka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya,” maksudnya, agar mereka mengajukan segala kebutuhan kami kepada Allah dan menjadi pemberi syafa’at bagi kami di sisiNya, kalau bukan demikian, maka sesungguhnya kami mengetahui bahwasanya berhala-berhala itu tidak bisa menciptakan sesuatu, tidak memberi rizki dan tidak memiliki sesuatu apa pun. Maksudnya, orang-orang musyrik itu telah mengabaikan apa yang telah Allah perintahkan, yaitu ikhlas (tauhid), dan mereka dengan lancang telah berani melakukan perbuatan haram yang paling besar, yaitu syirik.
Mereka mengkiaskan Tuhan yang tidak ada sesuatu apa pun yang menyerupaiNya, Yang Maharaja nan Mahaagung dengan raja-raja (para penguasa). Mereka beranggapan berdasarkan akal mereka yang rusak dan pikiran mereka yang sakit, bahwasanya kalaulah para raja tidak mungkin bisa langsung ditemui kecuali melalui orang-orang terdekatnya, orang-orang kepercayaannya dan para menterinya yang mengajukan berbagai kepentingan (tuntutan) rakyatnya, dan membujuknya untuk mengasihani rak-yatnya serta memudahkan segala permasalahan dalam hal tersebut, maka demikian juga Allah جَلَّ جَلالُهُ.
Analogi (kiyas) seperti ini adalah analogi yang paling rusak; karena mengandung makna penyetaraan sang Khaliq (Pencipta) dengan makhluk, padahal sudah pasti terdapat perbedaan yang sangat besar antara keduanya secara akal, syar’i dan fitrah. Para raja membutuhkan perantara (para pembantu) yang menghubung-kan mereka dengan rakyatnya, sebab mereka tidak mengetahui kondisi rakyat, maka dari itu dibutuhkan orang yang memberitahu mereka tentang kondisi rakyat secara langsung; dan barangkali tidak ada rasa kasih sayang di dalam hati mereka kepada orang yang mempunyai keperluan (tuntutan), sehingga dibutuhkan orang yang bisa membuat hati mereka kasihan kepada orang itu dan membahasakan keperluannya kepada mereka. Dan mereka mem-butuhkan para pembantu dan para menteri, dan rakyat takut kepada mereka, sehingga para raja mau memenuhi kebutuhan orang-orang yang berperantara kepada mereka demi menghormati dan menjaga perasaan mereka. Para raja itu juga sebenarnya orang-orang fakir, kadang menahan sesuatu karena takut miskin.
Adapun Rabb, Allah جَلَّ جَلالُهُ, Dia-lah yang pengetahuanNya me-liputi segala sesuatu, baik terhadap perkara-perkara yang nampak maupun perkara-perkara yang tidak nampak. Dia tidak membu-tuhkan kepada orang yang menginformasikan kepadaNya tentang keadaan hamba-hambaNya, dan Dia juga adalah Yang Maha Pe-ngasih, Maha Pemurah, tidak membutuhkan kepada salah seorang makhlukNya untuk menjadikanNya mengasihi hamba-hambaNya. Bahkan Dia lebih kasih (sayang) kepada mereka daripada diri mereka sendiri dan daripada kedua orang tua mereka. Dia-lah yang menghimbau dan mengajak mereka untuk melakukan sebab-sebab yang dengannya mereka bisa mendapat rahmat (kasih sayang)Nya, dan Dia menghendaki kemaslahatan mereka yang tidak mereka kehendaki untuk diri mereka. Dia-lah yang Mahakaya, yang milik-Nya-lah kekayaan yang sempurna lagi absolut (mutlak), yang kalau seandainya seluruh manusia dari yang terdahulu hingga yang terkemudian berkumpul di satu tempat lalu semuanya memohon kepadaNya, kemudian Dia beri masing-masing permohonan dan harapannya, maka mereka tidak mengurangi sedikitpun kekayaan-Nya dan mereka juga tidak mengurangi apa-apa yang ada di sisi-Nya kecuali seperti berkurangnya samudra apabila sebilah jarum ditenggelamkan ke dalamnya (lalu diangkat).
Dan seluruh pemberi syafa’at takut kepadaNya, sehingga tidak seorang pun di antara mereka dapat memberikan syafa’at kecuali dengan izinNya, dan milikNya-lah seluruh syafa’at.
Dengan perbedaan-perbedaan ini dapat diketahui kebodohan orang-orang musyrikin, kedangkalan pikiran mereka dan betapa lancangnya mereka kepada Allah. Dan juga diketahui hikmah (rahasia di balik) kenapa syirik itu tidak diampuni Allah جَلَّ جَلالُهُ, yaitu karena syirik mengandung arti melecehkan Allah جَلَّ جَلالُهُ. Maka dari itu Dia berfirman seraya memberikan keputusan antara kedua golongan orang-orang yang bertauhid dan orang-orang musyrik, dan di dalamnya terdapat ancaman bagi kaum musyrikin, {إِنَّ اللَّهَ يَحْكُمُ بَيْنَهُمْ فِيمَا هُمْ فِيهِ يَخْتَلِفُونَ} “Sesungguhnya Allah akan memutuskan di antara mereka tentang apa yang mereka berselisih padanya.” Sudah di-maklumi bahwa keputusanNya adalah bahwa orang-orang beriman yang berlaku ikhlas ditempatkan di dalam surga-surga kenikmatan, sedangkan siapa saja yang mempersekutukan Allah, maka Allah telah mengharamkan surga baginya dan tempat tinggalnya adalah neraka.
{إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي} “Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk,” maksudnya, tidak membimbing menuju hidayah pada jalan yang lurus, {مَنْ هُوَ كَاذِبٌ كَفَّارٌ} “orang-orang yang pendusta lagi sangat ingkar.” Maksudnya, orang yang karakternya adalah dusta atau kufur, di mana nasihat-nasihat dan ayat-ayat sampai kepadanya, namun apa yang menjadi karaternya tidak pernah hilang darinya. Dan Allah memperlihatkan kepadanya tanda-tanda (mukjizat) namun ia mengingkari, kafir dan mendustakannya. Maka orang yang seperti ini, bagaimana mungkin bisa mendapat petunjuk, karena dia telah menutup pintu rapat-rapat atas dirinya sendiri, dan ia dihukum dengan ditutup oleh Allah akan hatinya, maka dari itu ia tidak beriman.
Ingatlah, hanya milik Allah agama yang murni tanpa dicampuri kemusyrikan. Dan orang-orang yang mengambil pelindung serta penolong selain dia dengan menuhankan berhala, patung, dan benda-benda lainnya berdalih, ‘kami mengakui Allah sebagai pencipta, tetapi dia terlalu tinggi untuk kami dekati sehingga kami harus menyembah berhala-berhala tersebut. Kami tidak menyembah mereka melainkan agar mereka membantu mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya. ‘ sungguh, Allah akan memberi putusan di antara mereka yang mengesakan Allah dan yang mempersekutukan-Nya tentang apa yang mereka perse-lisihkan. Sungguh, Allah tidak memberi petunjuk kepada pendusta yang menuhankan berhala, orang yang meyakini Allah memiliki anak, dan orang yang sangat ingkar terhadap kekuasaan dan keesaan Allah. 4. Sekiranya Allah hendak mengambil anak, sebagaimana anggapan orang-orang musyrik, tentu dia akan memilih apa yang dia kehendaki dari apa yang telah diciptakan-Nya, bukan menuruti apa yang menjadi anggapan orang musyrik. Mahasuci dia dari segala yang menyerupai-Nya. Dialah Allah yang maha esa tanpa sekutu, mahaperkasa dalam menciptakan alam raya.
Az-Zumar Ayat 3 Arab-Latin, Terjemah Arti Az-Zumar Ayat 3, Makna Az-Zumar Ayat 3, Terjemahan Tafsir Az-Zumar Ayat 3, Az-Zumar Ayat 3 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Az-Zumar Ayat 3
Tafsir Surat Az-Zumar Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)