{38} Shad / ص | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | غافر / Ghafir {40} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Az-Zumar الزمر (Rombongan-Rombongan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 39 Tafsir ayat Ke 9.
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الْآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ ۗ قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ وَالَّذِينَ لَا يَعْلَمُونَ ۗ إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ أُولُو الْأَلْبَابِ ﴿٩﴾
am man huwa qānitun ānā`al-laili sājidaw wa qā`imay yaḥżarul-ākhirata wa yarjụ raḥmata rabbih, qul hal yastawillażīna ya’lamụna wallażīna lā ya’lamụn, innamā yatażakkaru ulul-albāb
QS. Az-Zumar [39] : 9
(Apakah kamu orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan sujud dan berdiri, karena takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran.
Apakah orang kafir yang menikmati kekufurannya ini lebih baik, ataukah seseorang yang beribadah kepada Rabb-nya dan taat kepada-Nya, menghabiskan malamnya dalam shalat dan sujud kepada Allah, takut kepada azab akhirat dan berharap rahmat Rabb-Nya? Katakanlah wahai Rasul: Apakah sama orang-orang yang mengetahui Rabb mereka dan agama mereka yang haq dengan orang-orang yang tidak mengetahui apa pun tentang hal itu? Tidak sama. Hanya orang-orang yang berakal lurus yang mengetahui perbedaannya.
Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman bahwa apakah orang yang mempunyai sifat demikian sama dengan orang yang mempersekutukan Allah dan menjadikan bagi-Nya tandingan-tandingan? Jawabannya tentu tidak sama di sisi Allah. Seperti yang disebutkan di dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Mereka itu tidak sama: di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka mambaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedangkan mereka juga bersujud (salat). (Ali Imran,: 113)
Dan dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:
(Apakah kamu, hai orang musyrik, yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri. (Az-Zumar: 9)
Yakni dalam keadaan sujud dan berdirinya mereka berqunut. Karena itulah ada sebagian ulama yang berdalilkan ayat ini mengatakan bahwa qunut ialah khusyuk dalam salat bukanlah doa yang dibacakan dalam keadaan berdiri semata, yang pendapat ini diikuti oleh ulama lainnya.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Firas, dari Asy-Sya’bi, dari Masruq, dari Ibnu Mas’ud r.a. yang mengatakan bahwa al-qanit artinya orang yang selalu taat kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى dan Rasul-Nya.
Ibnu Abbas r.a, Al-Hasan, As-Saddi, dan Ibnu Zaid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ana-al lail ialah tengah malam, yakni waktu-waktu tengah malam.
As-Sauri telah meriwayatkan dari Mansur yang mengatakan, bahwa telah sampai kepadanya bahwa makna yang dimaksud ialah waktu malam yang terletak antara Magrib dan Isya.
Al-Hasan dan Qatadah mengatakan bahwa yang dimaksud dengan ana-al lail ialah permulaan, pertengahan, dan akhirnya.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sedangkan ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya. (Az-Zumar: 9)
Yaitu dalam ibadahnya ia takut dan berharap kepada Allah. Dan merupakan suatu keharusan dalam ibadah terpenuhinya hal ini, juga hendaknya perasaan takut kepada Allah mendominasi sebagian besar dari masa hidupnya. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: sedangkan ia takut kepada (azab) hari akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya. (Az-Zumar: 9)
Dan apabila sedang menjelang ajal, hendaklah rasa harap lebih menguasai diri yang bersangkutan, seperti yang dikatakan oleh Imam Abdu ibnu Humaid di dalam kitab musnadnya. Ia mengatakan:
telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Abdul Hamid, telah menceritakan kepada kami Ja’far ibnu Sulaiman, telah menceritakan kepada kami Sabit, dari Anas r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjenguk seorang lelaki yang sedang menjelang ajalnya, lalu beliau bertanya, “Bagaimanakah perasaanmu sekarang?” lelaki itu menjawab, “Aku berharap dan aku takut (kepada azab Allah).” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Tidaklah terhimpun perasaan ini pada kalbu seseorang hamba dalam keadaan seperti ini, melainkan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى memberikan kepadanya apa yang diharapkannya dan mengamankannya dari apa yang ditakutinya.
Imam Turmuzi dan Imam Nasai di dalam kitab Al-Yaum wal Lailah telah meriwayatkan hadis ini, serta Imam Ibnu Majah; semuanya melalui hadis Sayyar ibnu Hatim, dari Ja’far ibnu Sulaiman dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini garib. Sebagian dari mereka meriwayatkannya melalui Sabit, dari Anas, dari Nabi صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ secara mursal.
Ibnu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Umar ibnu Abu Syaibah, dari Ubaidah An-Numairi, telah menceritakan kepada kami Abu Khalaf ibnu’Abdullah ibnu Isa Al-Kharraz, telah menceritakan kepada kami Yahya Al-Bakka, bahwa ia pernah mendengar Ibnu Umar r.a. membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya: (Apakah kamu, hai orang musyrik, yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedangkan ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? (Az-Zumar: 9) Lalu ia berkata bahwa dialah Usman ibnu Affan r.a.
Dan sesungguhnya Ibnu Umar r.a. mengatakan demikian karena ia melihat Amirul Mu-minin Usman r.a. banyak mengerjakan salat di malam hari, juga banyak membaca Al-Qur’an, bahkan sering ia membaca Al-Qur’an dalam satu rakaat, seperti yang telah diriwayatkan oleh Abu Ubaidah dari Ibnu Umar r.a.
Imam Ahmad mengatakan bahwa Ar-Rabi’ ibnu Nafi’ pernah berkirim surat kepadanya yang isinya menyebutkan, telah menceritakan kepada kami Al-Haisam ibnu Humaid, dari Yazid ibnu Waqid, dari Sulaiman ibnu Musa, dari Kasir ibnu Murrah, dari Tamim Ad-Da’ri r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Barang siapa yang membaca seratus ayat dalam semalam, maka dicatatkan baginya pahala qunut semalam suntuk.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Imam Nasai di dalam kitab Al-Yaum wal Lailah-nya dari Ibrahim ibnu Ya’qub, dari Abdullah ibnu Yusuf dan Ar-Rabi’ ibnu Nafi’, keduanya dari Al-Haisam ibnu Humaid dengan sanad yang sama.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Katakanlah, ‘Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Az-Zumar: 9)
Maksudnya, apakah orang yang demikian sama dengan orang yang sebelumnya yang menjadikan tandingan-tandingan bagi Allah untuk menyesatkan manusia dari jalan Allah? (Jawabannya tentu saja tidak sama).
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran. (Az-Zumar: 9)
Yakni sesungguhnya yang mengetahui perbedaan antara golongan ini dan golongan yang sebelumnya hanyalah orang yang mempunyai akal; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui.
Ini adalah kondisi berlawanan antara orang yang taat kepada Allah dengan yang lainnya (yang tidak taat), dan antara orang yang berilmu dengan orang jahil. Ini sudah merupakan per-kara yang sudah pasti perbedaannya menurut akal yang sehat dan telah diketahui secara pasti perbedaannya yang jauh. Maka tidaklah sama orang yang berpaling dari ketaatan kepada Rabbnya, yang selalu mengikuti hawa nafsunya dengan orang yang gemar beriba-dah, yakni, taat kepada Allah dengan melakukan ibadah-ibadah yang paling utama, yaitu seperti shalat; dan pada waktu-waktu yang paling utama, seperti waktu-waktu di malam hari.
Allah menyifati orang yang gemar beribadah itu dengan “banyak beramal dan melakukan yang paling utama.”
Kemudian Allah menyifatinya dengan “sifat takut dan harap,” dan Allah juga menyebutkan sebab yang menimbulkan rasa takut-nya, yaitu takut akan azab di akhirat atas dosa-dosa yang telah lalu yang terlanjur ia lakukan, dan juga sebab yang menimbulkan sifat pengharapan yaitu adanya rahmat Allah. Dengan demikian Allah menyifatinya dengan amal lahiriyah dan amal batiniyah.
{قُلْ هَلْ يَسْتَوِي الَّذِينَ يَعْلَمُونَ} “Katakanlah, ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui” Rabb mereka dan juga mengetahui AgamaNya yang bersifat balasan di akhirat, dengan segala rahasia dan hikmah di balik itu, {وَالَّذِينَ لا يَعْلَمُونَ} “dengan orang-orang yang tidak mengetahui” sesuatu pun dari semua itu? Mereka yang berilmu tidak sama de-ngan mereka yang bodoh; demikian pula tidak sama antara malam dengan siang, cahaya dan kegelapan, dan air dengan api.
{إِنَّمَا يَتَذَكَّرُ} “Sesungguhnya orang yang dapat mengambil pelajaran” ketika diberi pelajaran, {أُولُو الألْبَابِ} “hanyalah orang-orang yang mempunyai akal,” yakni, orang-orang yang mempunyai akal bersih lagi cerdas. Merekalah orang-orang yang lebih mengutamakan yang bernilai tinggi daripada yang bernilai rendah; mereka lebih mengutamakan ilmu daripada kebodohan; ketaatan kepada Allah daripada menyalahiNya, sebab mereka mempunyai akal yang membimbing mereka untuk melihat akhir akibat (semua perbuatan). Berbeda dengan orang yang tidak mempunyai akal dan nurani, ia menjadikan hawa nafsunya sebagai sembahannya.
Wahai orang kafir, siapakah yang lebih mulia di sisi Allah; kamu yang memohon kepada-Nya hanya saat tertimpa bencana ataukah orang yang beribadah pada waktu malam dengan membaca Al-Qur’an, salat, dan berzikir dalam sujud dan berdiri karena cemas dan takut kepada azab Allah di akhirat dan mengharapkan rahmat tuhannya’ wahai nabi Muhammad, katakanlah, ‘apakah sama orang-orang yang mengetahui, berilmu, berzikir, dan melaksanakan salat, dengan orang-orang yang tidak mengetahui, tidak berilmu, dan selalu mengikuti nafsunya” sebenarnya hanya orang yang berakal sehat dan berpikiran jernih yang dapat menerima pelajaran serta mampu membedakan antara kebenaran dan kebatilan. 10. Sangatlah jauh perbedaan antara orang mukmin dengan orang kafir. Wahai nabi Muhammad, katakanlah kepada orang mukmin bahwa Allah berfirman, ‘wahai hamba-hamba-ku yang beriman! bertakwalah kepada tuhanmu, taatilah perintah-Nya, dan ikutilah rasul-Nya. ‘ bagi orang-orang yang berbuat baik dan taat pada perintah Allah, di dunia ini akan memperoleh kebaikan dan kehidupan di suatu tempat yang sejahtera. Dan bila kesejahteraan dan kebebasanmu beribadah terganggu, sungguh bumi Allah itu luas, maka berhijrahlah ke tempat yang lebih baik (lihat pula: surah an-nis’/4: 97). Hanya orang-orang yang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya oleh Allah tanpa batas. ‘.
Az-Zumar Ayat 9 Arab-Latin, Terjemah Arti Az-Zumar Ayat 9, Makna Az-Zumar Ayat 9, Terjemahan Tafsir Az-Zumar Ayat 9, Az-Zumar Ayat 9 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Az-Zumar Ayat 9
Tafsir Surat Az-Zumar Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)
Jazakumullahu Khayran