{38} Shad / ص | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | غافر / Ghafir {40} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Az-Zumar الزمر (Rombongan-Rombongan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 39 Tafsir ayat Ke 23.
اللَّهُ نَزَّلَ أَحْسَنَ الْحَدِيثِ كِتَابًا مُتَشَابِهًا مَثَانِيَ تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَىٰ ذِكْرِ اللَّهِ ۚ ذَٰلِكَ هُدَى اللَّهِ يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ ۚ وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ ﴿٢٣﴾
allāhu nazzala aḥsanal-ḥadīṡi kitābam mutasyābiham maṡāniya taqsya’irru min-hu julụdullażīna yakhsyauna rabbahum, ṡumma talīnu julụduhum wa qulụbuhum ilā żikrillāh, żālika hudallāhi yahdī bihī may yasyā`, wa may yuḍlilillāhu fa mā lahụ min hād
QS. Az-Zumar [39] : 23
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang, gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah. Itulah petunjuk Allah, dengan Kitab itu Dia memberi petunjuk kepada siapa yang Dia kehendaki. Dan barangsiapa dibiarkan sesat oleh Allah, maka tidak seorang pun yang dapat memberi petunjuk.
Allah menurunkan perkataan terbaik yaitu Al Qur’an yang agung, sebagian darinya mirip dengan sebagaian yang lain dalam kebagusan, kecanggihan dan keakuratannya. Di dalamnya terkandung kisah-kisah, hukum-hukum, hujjah-hujjah dan keterangan-keterangan diulang, tilawahnya juga diulang, namun jiwa tidak merasa bosan karena banyaknya pengulangan. Kulit orang-orang yang takut kepada Rabb mereka bergetar dan merinding karena mendengarnya, karena mereka terpengaruh dengan ancaman siksa yang ada di dalamnya. Kemudian kulit dan hati mereka melunak karena berbahagia dengan janji pahala Allah yang ada di dalamnya. Pengaruh Al Qur’an terhadap diri itu merupakan hidayah Allah kepada hamba-hamba-Nya. Dan Allah membimbing siapa yang dia kehendaki dari hamba-hamba-Nya dengan Al Qur’an. Barangsiapa yang disesatkan oleh Allah dari iman dengan Al Qur’an ini karena kekufuran dan penentangannya, maka dia tidak memiliki orang yang bisa membimbing dan memberinya hidayah.
Ini merupakan pujian dari Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى yang ditujukan kepada kitab-Nya, yaitu Al-Qur’an yang Dia turunkan kepada rasul-Nya yang mulia. Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman:
Allah telah menurunkan perkataan yang paling baik (yaitu) Al-Qur’an yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. (Az-Zumar: 23)
Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud adalah kitab Al-Qur’an, semuanya serupa mutu ayat-ayatnya lagi berulang-ulang.
Qatadah mengatakan suatu ayat serupa dengan ayat lain, dan suatu huruf sama dengan huruf lainnya.
Ad-Dahhak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan masani ialah mengulang-ulang bacaannya agar mereka memahami apa yang diturunkan dari Tuhannya.
Ikrimah dan Al-Hasan mengatakan bahwa Allah menyebut qada secara berulang-ulang di dalam Al-Qur’an. Al-Hasan menambahkan bahwa di dalam surat terdapat suatu ayat, dan di surat yang lain terdapat ayat yang semisal dengan ayat tersebut.
Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan bahwa masani ialah diulang-ulang; kisah mengenai Musa, Saleh, Hud, dan para nabi lainnya disebutkan secara berulang-ulang di dalam Al-Qur’an di berbagai tempat yang cukup banyak.
Sa’id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a, bahwa masani ialah sebagian dari Al-Qur’an serupa dengan sebagian yang lainnya dan satu sama lainnya saling memperkuat.
Sebagian ulama mengatakan, juga menurut apa yang diriwayatkan dari Sufyan ibnu Uyaynah disebutkan bahwa makna firman-Nya: yang serupa (mutu ayat-ayatnya) lagi berulang-ulang. (Az-Zumar: 23) Sesungguhnya konteks-konteks Al-Qur’an itu adakalanya berkaitan dengan satu pengertian, maka yang ini dinamakan ayat-ayat yang mutasyabih. Adakalanya disebutkan sesuatu dan lawan katanya, seperti penyebutan tentang orang-orang mukmin dan disusul dengan sebutan tentang orang-orang kafir, sebutan tentang gambaran surga dan gambaran neraka, dan subjek-subjek lainnya, maka yang ini dinamakan masani, seperti yang terdapat pada firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang banyak berbakti benar-benar berada dalam surga yang penuh kenikmatan, dan sesungguhnya orang-orang yang durhaka benar-benar berada dalam neraka. (Al-Infitar: 13-14)
Dan firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sekali-kali jangan curang, karena sesungguhnya kitab orang-orang yang durhaka tersimpan dalam sijjin. (Al-Mutaffifin: 7)
sampai dengan firman-Nya:
sekali-kali tidak, sesungguhnya kitab orang-orang yang berbakti itu (tersimpan) dalam Illiyyin. (Al-Mutaffifin: 18)
Juga firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Ini adalah kehormatan (bagi mereka) dan sesungguhnya bagi orang-orang yang bertakwa benar-benar (disediakan) tempat kembali yang baik. (Shad: 49)
sampai dengan firman-Nya:
Beginilah (keadaan mereka). Dan sesungguhnya bagi orang-orang yang durhaka benar-benar (disediakan) tempat kembali yang buruk. (Shad: 55)
Dan konteks-konteks semacam ini termasuk ke dalam pengertian masani yakni mengandung dua makna.
Adapun jika konteksnya mengandung pengertian yang sama, sebagian darinya serupa dengan sebagian yang lain, maka disebut dengan istilah mutasyabih, tetapi bukan mutasyabih yang disebutkan di dalam firmanNya:
Di antara (isi) nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi Al-Qur’an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat (Ali Imran: 7)
Yang ini mengandung pengertian yang lain.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az-Zumar: 23)
Yakni demikianlah sifat orang-orang yang banyak berbakti di saat mendengar Kalamullah Yang Mahakuasa, Mahaperkasa lagi Maha Pengampun, disebabkan apa yang mereka pahami darinya menyangkut janji, kecaman, dan ancaman yang membuat gemetar kulit tubuh mereka (merinding) karena takut kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az-Zumar: 23)
karena hati mereka penuh harap terhadap limpahan rahmat-Nya dan kasih sayang-Nya; sikap mereka berbeda jauh dengan orang lain yang pendurhaka ditinjau dari berbagai seginya.
Pertama. Bila mereka mendengarkan bacaan Al-Quran, maka mereka mendengarkannya sebagai Al-Qur’an yang dibacakan, sedangkan selain mereka mendengarnya bagaikan mendengar nyanyian dan kemerduan suaranya saja.
Kedua. Apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Tuhan Yang Maha Pemurah, maka mereka menyungkur bersujud seraya menangis dengan penuh etika dan rasa takut, rasa harap dan rasa cinta, serta penuh dengan pemahaman dan pengertian. Sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya:
Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu adalah mereka yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, bertambahlah iman mereka, (karenanya) dan kepada Tuhanlah mereka bertawakal, (yaitu) orang-orang yang mendirikan salat dan menafkahkan sebagian dari rezeki yang Kami berikan kepada mereka. Itulah orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan serta rezeki (nikmat) yang mulia. (Al-Anfal: 2-4)
Dan firman-Nya:
Dan orang-orang yang apabila diberi peringatan dengan ayat-ayat Tuhan mereka, mereka tidaklah menghadapinya sebagai orang-orang yang tuli dan buta. (Al-Furqan: 73)
Yakni apabila mereka mendengar Kalamullah dibacakan, maka mereka tidak sibuk dengan yang lainnya, bahkan mnedengarkannya dengan penuh ketaatan dan memahami semua makna yang terkandung di dalamnya, lalu meresapkannya ke dalam kalbu mereka. Karena itulah maka mereka mengamalkannya dan bersujud padanya dengan penuh pengetahuan dan pengertian, bukan karena tidak mengerti atau membebek kepada orang lain.
Ketiga. Mereka selalu menjaga etika dan sopan santun saat mendengarkannya, sebagaimana yangtelah dilakukan oleh para sahabat saat mereka mendengar Kalamullah yang dibacakan oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Kulit tubuh mereka bergetar, kemudian hati mereka menjadi lunak di waktu mengingat Allah. Mereka tidak ribut dan tidak pula memaksakan diri dengan apa yang bukan pembawaan diri mereka, bahkan mereka memiliki keteguhan, ketenangan, etika, dan rasa takut kepada Allah yang tidak ada seorang pun setara dengan mereka dalam hal ini. Karena itulah mereka beruntung mendapat pujian dari Tuhan Yang Mahatinggi di dunia ini dan di akhirat nanti.
Abdur Razzaq mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ma’mar yang mengatakan bahwa Qatadah rahimahullah membaca firman-Nya: gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Tuhannya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az-Zumar: 23) Qatadah mengatakan bahwa inilah sifat kekasih-kekasih Allah. Allah menyifati mereka bahwa kulit mereka bergetar, mata mereka menangis, serta hati mereka lunak di waktu mengingat Allah. Allah tidak menyifati mereka hilang akal dan pingsan, karena sesungguhnya hal ini merupakan ciri khas ahli bid’ah, dan perbuatan ini berasal dari setan.
As-Saddi mengatakan sehubungan dengan firman-Nya: kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah. (Az-Zumar: 23) Yakni ingat akan janji Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Itulah petunjuk Allah, dengan kitab itu Dia menunjuki siapa yang dikehendaki-Nya dari kalangan hamba-hamba-Nya. (Az-Zumar: 23)
Yaitu demikianlah sifat orang yang diberi petunjuk oleh Allah; dan orang yang mempunyai sifat yang berbeda dengan itu, maka dia termasuk orang yang disesatkan oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Dan barang siapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya. (Az-Zumar: 23)
Allah جَلَّ جَلالُهُmengabarkan tentang KitabNya yang diturun-kanNya, yaitu bahwa ia merupakan {أَحْسَنَ الْحَدِيثِ} “perkataan yang paling baik” secara mutlak. Jadi sebaik-baik perkataan itu adalah Firman Allah, dan sebaik-baik Kitab yang diturunkan dari Firman Allah tersebut adalah al-Qur`an ini. Apabila al-Qur`an adalah yang terbaik, maka dapat diketahui bahwa lafazh-lafazhnya merupakan lafazh-lafazh yang paling fasih dan paling jelas; dan sesungguh-nya makna-maknanya (kandungannya) merupakan makna-makna yang paling mulia, sebab al-Qur`an adalah perkataan yang terbaik dalam lafazh dan maknanya. مُتَشَابِهًا “Yang serupa” dari segi ke-indahan, keserasian dan tidak adanya perselisihannya dari sisi manapun, hingga setiap kali seorang perenung mencoba mere-nungkannya dan seorang yang berpikir mencoba memikirkannya, niscaya ia melihat kesesuaiannya, hingga pada makna-maknanya yang rumit sekalipun; yang mencengangkan orang-orang yang menghayatinya, dan ia memastikan bahwa al-Qur`an itu tidak berasal kecuali dari Yang Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. Inilah yang dimaksud tasyabuh (yang serupa) pada ayat ini. Adapun yang dimaksudnya dalam FirmanNya,
{هُوَ الَّذِي أَنزلَ عَلَيْكَ الْكِتَابَ مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ}
“Dia-lah yang menurunkan al-Kitab (al-Qur`an) kepada kamu. Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi al-Qur`an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat.” (Ali Imran: 7), maka maksudnya adalah yang samar bagi pemahaman banyak orang, dan ia tetap samar kecuali kalau sudah dikembalikan kepada yang muhkamat. Maka dari itu Dia berfirman, {مِنْهُ آيَاتٌ مُحْكَمَاتٌ هُنَّ أُمُّ الْكِتَابِ وَأُخَرُ مُتَشَابِهَاتٌ} “Di antara (isi)nya ada ayat-ayat yang muhkamat, itulah pokok-pokok isi al-Qur`an dan yang lain (ayat-ayat) mutasyabihat.”
Di sini (Ali Imran: 7) ini Allah menjadikan kesamaran pada sebagian ayat-ayatnya, sedangkan pada ayat 23 (dari az-Zumar) ini Allah menjadikannya semuanya mutasyabih, maksudnya, serupa dalam keindahannya. Sebab Allah mengatakan, {أَحْسَنَ الْحَدِيثِ} “per-kataan yang terbaik,” ia adalah surat-surat dan ayat-ayat, yang ke-semuanya; sebagian darinya serupa dengan sebagian yang lain, sebagaimana telah kami jelaskan.
{مَثَانِيَ} “Lagi berulang-ulang,” maksudnya, kisah-kisah, hukum-hukum, janji, ancaman, sifat-sifat orang-orang yang cinta kepada kebaikan dan sifat-sifat orang-orang yang cinta kejahatan diulang-ulang di dalamnya. Diulang-ulang pula di dalamnya nama-nama Allah dan sifat-sifatNya. Ini merupakan keagungan dan keindahan al-Qur`an. Sebab, Allah جَلَّ جَلالُهُ, tatkala Dia mengetahui kebutuhan manusia kepada kandungan-kandungan (makna-makna)nya yang dapat menyucikan hati lagi menyempurnakan akhlak, dan sesung-guhnya makna-makna tersebut bagi hati laksana air bagi minuman pepohonan. Sebagaimana pepohonan, apabila ia makin jauh dari air, maka makin berkuranglah ia, bahkan bisa jadi ia musnah. Dan semakin ia banyak mendapat air, maka ia menjadi indah dan mem-buahkan berbagai jenis buah-buahan yang bermanfaat, demikian pula halnya dengan hati, ia selalu membutuhkan berulang-ulang-nya makna-makna Firman Allah جَلَّ جَلالُهُpadanya; dan sesungguhnya kalau satu makna hanya berulang satu kali kepadanya dalam seluruh isi al-Qur`an, niscaya hati tidak merasakan apa-apa dan ia sama sekali tidak akan memperoleh hasil apa pun darinya.
Maka dari itu, dalam penulisan tafsir ini saya menggunakan metode yang sangat indah ini, dengan mencontoh apa yang men-jadi tafsiran baginya. Maka dari itu Anda tidak akan menjumpai di dalam tafsir ini hawalah (petunjuk rujukan, footnote) kepada satu tema bahasan, melainkan setiap tempat Anda akan menjumpai tafsirannya sendiri dengan makna yang sempurna tanpa memper-hatikan tafsiran-tafsiran yang terdahulu yang serupa dengannya. Namun, sebagian topik ada yang lebih sederhana (tafsirannya) daripada yang lainnya dan lebih banyak faidahnya. Maka dari itu, hendaknya para pembaca al-Qur`an, yang merenungkan makna-maknanya jangan mengabaikan perenungan pada seluruh topik-topik dari al-Qur`an, sebab dengan begitu ia akan mendapatkan banyak kebaikan dan manfaat yang sangat banyak sekali.
Oleh karena al-Qur`an yang agung ini seperti ini keagungan dan kebesarannya, maka ia berpengaruh di dalam hati orang-orang yang mempunyai pikiran lagi mendapat petunjuk. Maka dari itu Allah جَلَّ جَلالُهُberfirman, {تَقْشَعِرُّ مِنْهُ جُلُودُ الَّذِينَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ} “Gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada Rabbnya,” karena di dalamnya terdapat ancaman, hal-hal yang menakutkan yang sangat menge-rikan, {ثُمَّ تَلِينُ جُلُودُهُمْ وَقُلُوبُهُمْ إِلَى ذِكْرِ اللَّهِ} “kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka di waktu mengingat Allah,” yaitu di saat disebutkan harapan dan dorongan (berbuat baik) di dalamnya. Al-Qur`an itu kadang-kadang memotivasi mereka untuk melakukan kebaikan dan kadang-kadang mempertakuti mereka dari perbuatan jahat.
{ذَلِكَ} “Itu,” yakni yang dijelaskan oleh Allah tersebut, berupa pengaruh al-Qur`an kepada mereka {هُدَى اللَّهِ} “adalah petunjuk Allah,” maksudnya, hidayah dariNya kepada hamba-hambaNya, dan ia termasuk dalam deretan karunia dan kebaikanNya kepada mereka.
{يَهْدِي بِهِ} “Dia menunjuki dengannya,” maksudnya, melalui-nya {مَنْ يَشَاءُ} “siapa yang dikehendakiNya” di antara hamba-hamba-Nya.
Boleh juga bahwa yang dimaksud dari FirmanNya, {ذَلِكَ} “itu” adalah al-Qur`an yang telah Kami ungkapkan kepada kalian itu. {هُدَى اللَّهِ} “adalah petunjuk Allah” yang tidak ada jalan lain yang bisa mengantarkan kepada Allah kecuali dari al-Qur`an itu. {يَهْدِي بِهِ مَنْ يَشَاءُ مِنْ عِبَادِهِ} “Dia menunjuki dengannya siapa yang dikehendaki-Nya” di antara hamba-hambaNya yang niatnya baik, sebagaimana telah Dia Firmankan,
{يَهْدِي بِهِ اللَّهُ مَنِ اتَّبَعَ رِضْوَانَهُ سُبُلَ السَّلامِ}
“Dengan kitab itulah Allah menunjuki orang-orang yang mengikuti keridhaanNya ke jalan keselamatan.” (Al-Ma`idah: 16).
{وَمَنْ يُضْلِلِ اللَّهُ فَمَا لَهُ مِنْ هَادٍ} “Dan barangsiapa yang disesatkan Allah, maka tidak ada seorang pun pemberi petunjuk baginya,” sebab tidak ada jalan yang bisa mengantarkan kepadaNya kecuali taufikNya. Dan taufik itu sendiri adalah untuk mau menerima kitabNya. Kalau hal ini tidak ia peroleh, maka tidak ada jalan menuju hidayah, maka yang ada kemudian hanyalah kesesatan yang nyata dan keseng-saraan.
Allah telah menurunkan perkataan yang memiliki susunan kata dan kandungan paling baik, yaitu Al-Qur’an yang serupa keindahan susunan antara ayat-ayatnya lagi disebut berulang-ulang baik redaksi, hukum, pelajaran, maupun kisahnya agar membawa pengaruh kuat pada diri pembacanya. Allah menurunkan Al-Qur’an yang gemetar karenanya kulit orang-orang yang takut kepada tuhannya ketika mendengar per-ingatan dan ancaman di dalamnya, kemudian menjadi tenang kulit dan hati mereka ketika mengingat Allah dan mendengar berita serta janji yang menggembirakan. Itulah petunjuk Allah bagi orang-orang yang mau mendengarkan; dengan kitab itu dia memberi petunjuk kepada siapa yang dia kehendaki. Dan barang siapa dibiarkan sesat dari jalan kebenaran oleh Allah lantaran lebih memilih jalan kesesatan dan berpaling dari kebenaran daripada mengikuti tuntunan rasulullah, maka tidak seorang pun yang dapat memberi-Nya petunjuk dan menuntunnya menuju jalan kebenaran. 24. Maka, apakah orang-orang yang tangannya terbelenggu lalu berusaha melindungi diri dengan wajahnya untuk menghindari azab yang buruk pada hari kiamat sama dengan orang mukmin yang selamat dari azab dan berhasil masuk surga’ tentu tidak sama. Dan dikatakan kepada orang-orang yang berbuat zalim dan syirik, ‘rasakanlah olehmu balasan atas apa yang telah kamu kerjakan berupa kekafiran dan kemusyrikan di dunia. ‘.
Az-Zumar Ayat 23 Arab-Latin, Terjemah Arti Az-Zumar Ayat 23, Makna Az-Zumar Ayat 23, Terjemahan Tafsir Az-Zumar Ayat 23, Az-Zumar Ayat 23 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Az-Zumar Ayat 23
Tafsir Surat Az-Zumar Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)