{38} Shad / ص | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | غافر / Ghafir {40} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Az-Zumar الزمر (Rombongan-Rombongan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 39 Tafsir ayat Ke 42.
اللَّهُ يَتَوَفَّى الْأَنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا ۖ فَيُمْسِكُ الَّتِي قَضَىٰ عَلَيْهَا الْمَوْتَ وَيُرْسِلُ الْأُخْرَىٰ إِلَىٰ أَجَلٍ مُسَمًّى ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ ﴿٤٢﴾
allāhu yatawaffal-anfusa ḥīna mautihā wallatī lam tamut fī manāmihā, fa yumsikullatī qaḍā ‘alaihal-mauta wa yursilul-ukhrā ilā ajalim musammā, inna fī żālika la`āyātil liqaumiy yatafakkarụn
QS. Az-Zumar [39] : 42
Allah memegang nyawa (seseorang) pada saat kematiannya dan nyawa (seseorang) yang belum mati ketika dia tidur; maka Dia tahan nyawa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda (kebesaran) Allah bagi kaum yang berpikir.
Allah yang mencabut arwah saat ajalnya tiba. Wafat besar ini adalah wafat kematian saat ajal telah habis, dan Allah menahan arwah yang belum mati dalam tidurnya. Ini adalah mati kecil. Lalu dari kedua arwah tersebut Allah menahan salah satu arwah yang telah ditetapkan kematiannya, yaitu arwah orang yang mati, dan melepaskan yang lain untuk menyempurnakan ajal dan rizkinya dan hal itu dengan mengembalikannya ke jasad pemiliknya. Sesungguhnya dalam hal Allah memegang arwah orang yang mati dan orang yang tidur, dan dilepaskannya arwah orang yang tidur serta ditahannya arwah orang yang mati mengandung petunjuk yang sangat jelas atas kodrat Allah bagi siapa yang merenung dan berpikir.
Dalam ayat ini disebutkan dua kematian, yaitu kematian kecil, kemudian kematian besar. Sedang dalam surat Az-Zumar disebutkan sebaliknya, yaitu pada mulanya disebut kematian besar, kemudian kematian kecil, melalui firman-Nya:
Allah memegang jiwa (orang) ketika matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya; maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. (Az-Zumar: 42)
Di dalam makna ayat ini terkandung dalil yang menunjukkan bahwa semua roh dikumpulkan di mala-ul a’la, seperti yang disebutkan di dalam hadis marfu’ yang diriwayatkan oleh Ibnu Mandah dan lain-lainnya. Di dalam kitab Sahih Bukhari dan Sahih Muslim disebutkan melalui hadis Ubaidillah ibnu Umar, dari Sa’id ibnu Abu Sa’id, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang telah mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Apabila seseorang di antara kalian menempati peraduannya, hendaklah terlebih dahulu menyapu tempat tidurnya dengan bagian dalam kainnya, karena sesungguhnya dia tidak mengetahui kotoran apa yang telah ditinggalkannya pada peraduannya itu. Kemudian hendaklah ia mengucapkan doa, “Dengan menyebut nama Engkau, ya Tuhanku, aku letakkan lambungku dan dengan menyebut nama Engkau aku mengangkat (membangunkan)nya. Jika Engkau memegang jiwaku, maka kasihanilah ia; dan jika Engkau melepaskannya, maka peliharalah ia sebagaimana Engkau memelihara hamba-hamba-Mu yang saleh.
Sebagian ulama Salaf mengatakan bahwa arwah orang-orang yang mati dicabut bila mereka mati, begitu pula arwah orang-orang yang hidup dicabut bila mereka tidur, lalu mereka saling kenal menurut apa yang telah dikehendaki oleh Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى
maka Dia tahan jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya. (Az-Zumar: 42)
Yakni arwah orang yang telah mati dan melepaskan arwah orang yang hidup sampai waktu yang ditentukan. As-Saddi mengatakan sampai tiba saat ajalnya.
Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa Allah menahan jiwa orang yang telah mati dan melepaskan jiwa orang yang hidup, dan tidak pernah terjadi kekeliruan dalam hal ini.
Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang berpikir. (Az-Zumar: 42)
Allah جَلَّ جَلالُهُ mengabarkan bahwa hanya Dia semata yang bertindak mengatur hamba-hambaNya pada saat mereka terjaga dan tidur, serta saat mereka hidup dan mereka mati, seraya berfirman, اللَّهُ يَتَوَفَّى الأنْفُسَ حِينَ مَوْتِهَا “Allah memegang jiwa ketika matinya,” yakni kematian besar atau meninggal dunia, dan pemberitahuan dariNya bahwasanya Dialah yang mewafatkan jiwa. Dan penyandaran perbuatan (mematikan) kepada DiriNya tidak berlawanan dengan kenyataan bahwa sesungguhnya Dia telah menugaskan malaikat maut dan para pembantunya untuk mematikan tersebut, sebagaimana FirmanNya,
قُلْ يَتَوَفَّاكُمْ مَلَكُ الْمَوْتِ الَّذِي وُكِّلَ بِكُمْ
“Katakanlah, ‘Malaikat maut yang diserahi untuk (mencabut nyawa)mu akan mematikan kamu’.” (As-Sajdah: 11),
حَتَّى إِذَا جَاءَ أَحَدَكُمُ الْمَوْتُ تَوَفَّتْهُ رُسُلُنَا وَهُمْ لا يُفَرِّطُونَ
“Sehingga apabila datang kematian kepada salah seorang di antara kamu, ia diwafatkan oleh malaikat-malaikat Kami, dan malaikat-malaikat Kami itu tidak melalaikan kewajibannya.” (Al-An’am: 61).
Hal itu karena Allah جَلَّ جَلالُهُ menisbatkan banyak hal kepada DiriNya dengan melihat kepada kenyataan bahwa Dialah Pencipta lagi Pengatur; dan Dia juga (kadang) menisbatkannya kepada sebab-sebabnya dengan melihat pada kenyataan bahwa di antara sunnah dan hikmahNya adalah Dia menjadikan sebab-musabab bagi tiap-tiap sesuatu.
Dan FirmanNya, وَالَّتِي لَمْ تَمُتْ فِي مَنَامِهَا “Dan jiwa yang belum mati di waktu tidurnya,” dan ini adalah kematian kecil, maksudnya, Dia menahan jiwa yang belum mati di saat tidur, فَيُمْسِكُ “maka Dia tahanlah” dari dua jiwa ini, jiwa الَّتِي قَضَى عَلَيْهَا الْمَوْتَ “yang telah Dia tetapkan kematiannya,” yaitu jiwa orang yang telah mati atau telah ditetapkan untuk mati di dalam tidurnya, وَيُرْسِلُ “dan Dia melepaskan” jiwa الأخْرَى إِلَى أَجَلٍ مُسَمًّى “yang lain sampai waktu yang ditentukan.” Maksudnya, hingga rizki dan ajalnya sempurna.
إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ “Sesungguhnya pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir,” atas kemahakuasaanNya dan atas KuasaNya menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati.
Di dalam ayat ini terdapat satu dalil yang menunjukkan bahwa ruh dan jiwa merupakan jism (makhluk) yang berdiri sendiri, yang esensinya sangat berbeda dengan esensi tubuh, dan bahwasanya ia adalah makhluk yang dikendalikan. Allah mengendalikannya dalam mematikan, menahan dan melepasnya, dan bahwa sesungguhnya ruh orang-orang yang hidup dan orang-orang yang mati saling berjumpa di alam Barzakh, mereka berkumpul dan saling berbicara, kemudian Allah melepas ruh-ruh orang-orang yang hidup dan menahan ruh-ruh orang-orang yang sudah mati.
Karena nabi Muhammad dinyatakan tidak bertanggung jawab atas kesesatan manusia, ayat ini menegaskan bahwa hanya Allah saja yang bertanggung jawab dan menggenggam hidup manusia, semenjak kehidupan dunia sampai ke kehidupan akhirat. Hanya Allah-lah yang memegang nyawa seseorang pada saat kematiannya dan nyawa seseorang yang belum mati ketika dia tidur, maka dia tahan nyawa orang yang telah dia tetapkan kematiannya ketika dia mati, dan dia lepaskan nyawa yang lain sampai waktu yang ditentukan ketika dia tidur. Sungguh, pada yang demikian itu terdapat tanda-tanda kebesaran Allah bagi kaum yang mau berpikir. 43. Kendatipun sudah dijelaskan berulang-ulang bahwa Allah itu mahakuasa lagi mahaperkasa yang mengatur perjalanan alam semesta dan hidup manusia, namun orang-orang musyrik mekah itu tetap saja tidak mau mengakuinya. Mengapa demikian’ ataukah hal itu disebabkan karena mereka telah mengambil berhala-berhala sebagai penolong selain Allah’ katakanlah wahai nabi Muhammad, ‘apakah kamu masih mengambilnya juga sebagai perantara meskipun mereka berhala-berhala itu tidak memiliki sesuatu apa pun dan juga tidak mengerti karena memang berhala-berhala itu hanyalah benda mati”.
Az-Zumar Ayat 42 Arab-Latin, Terjemah Arti Az-Zumar Ayat 42, Makna Az-Zumar Ayat 42, Terjemahan Tafsir Az-Zumar Ayat 42, Az-Zumar Ayat 42 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Az-Zumar Ayat 42
Tafsir Surat Az-Zumar Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75
Raih pahala amal jariyah dengan cara membagikan (share) konten ini kepada yang lainnya. Nabi Shalallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
من دَلَّ على خيرٍ فله مثلُ أجرِ فاعلِه
"Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893)
Jazakumullahu Khayran