{38} Shad / ص | الْقُرْآنُ الْكَرِيْمُ | غافر / Ghafir {40} |
Tafsir Al-Qur’an Surat Az-Zumar الزمر (Rombongan-Rombongan) lengkap dengan tulisan arab latin, arti dan terjemah Bahasa Indonesia. Surah ke 39 Tafsir ayat Ke 73.
وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا جَاءُوهَا وَفُتِحَتْ أَبْوَابُهَا وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا سَلَامٌ عَلَيْكُمْ طِبْتُمْ فَادْخُلُوهَا خَالِدِينَ ﴿٧٣﴾
wa sīqallażīnattaqau rabbahum ilal-jannati zumarā, ḥattā iżā jā`ụhā wa futiḥat abwābuhā wa qāla lahum khazanatuhā salāmun ‘alaikum ṭibtum fadkhulụhā khālidīn
QS. Az-Zumar [39] : 73
Dan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhannya diantar ke dalam surga secara berombongan. Sehingga apabila mereka sampai kepadanya (surga) dan pintu-pintunya telah dibukakan, penjaga-penjaganya berkata kepada mereka, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masuklah, kamu kekal di dalamnya.”
Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabb mereka dengan mentauhidkan-Nya dan mengamalkan perintah-Nya digiring ke surge dengan berbondong-bondong. Ketika mereka tiba di depannya, Nabi meminta kepada Allah agar pintu-pintu surga dibuka. Maka ia pun dibuka, para malaikat penjaga surga menyambutnya, memberikan penghormatan kepada mereka dengan penuh kebahagiaan dan suka cita karena kesucian mereka dari noda-noda kemaksiatan, seraya berkata kepada mereka: Selamat untuk kalian, kalian juga selamat dari segala cacat, kehidupan kalian adalah baik. Masuklah kalian ke dalam surga dengan kekal di dalamnya.
Ini menceritakan, keadaan orang-orang yang bahagia, yaitu orang-orang yang mukmin, pada saat mereka digiring dengan berkendaraan sebagai perutusan yang terhormat untuk dimasukkan ke dalam surga secara berombong-rombongan, yakni gelombang demi gelombang. Golongan yang pertama masuk adalah kaum Muqarribin, lalu kaum Abrar, kemudian orang-orang sesudah mereka, lalu menyusul golongan sesudah mereka lagi. Masing-masing rombongan digabungkan bersama orang-orang yang setara kedudukannya, yaitu para nabi dengan para nabi, kaum siddiqin bersama orang-orang yang setara dengan mereka, para syuhada bersama orang yang sejenis dengan mereka, dan para ulama bersama teman-temannya; setiap golongan bersama gelpngan yang setingkat satu sama lainnya.
Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu. (Az-Zumar: 73)
Yakni sampai ke pintu-pintunya sesudah melampaui sirat, lalu mereka diberhentikan di sebuah jembatan yang memisahkan antara surga dan neraka, kemudian dilakukanlah hukum qisas yang terjadi di antara mereka ketika di dunia. Setelah diri mereka telah dibersihkan dan diri mereka telah suci dari dosa-dosa, barulah mereka diizinkan untuk memasuki surga.
Di dalam hadis yang menceritakan as-sur (sangkakala) disebutkan bahwa apabila orang-orang mukmin telah sampai di depan pintu-pintu surga, mereka bermusyawarah untuk mencari seseorang yang akan meminta izin masuk ke dalam surga bagi mereka. Kemudian mereka menuju kepada Adam, lalu Nuh, lalu Ibrahim, lalu Musa, lalu Isa, dan akhirnya Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ Perihalnya sama dengan apa yang telah mereka lakukan saat mereka berada di padang mahsyar ketika meminta syafaat kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى agar Allah cepat datang guna memutuskan peradilan (di antara mereka). Hal ini untuk menonjolkan kemuliaan dan keutamaan Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ atas semua manusia pada semua tempat dan kondisi.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui sahabat Anas r.a., bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Aku adalah orang yang mula-mula memberi syafaat di surga.
Dan menurut lafaz lainnya yang juga diriwayatkan oleh Imam Muslim disebutkan:
Aku adalah orang yang mula-mula mengetuk pintu surga.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Hasyim, telah menceritakan kepada kami Sulaiman, dari Sabit, dari Anas ibnu Malik r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Aku mendatangi pintu surga pada hari kiamat, lalu aku mengetuknya, maka penjaga surga bertanya, “Siapakah engkau?” Maka kujawab, “Muhammad.” Penjaga surga berkata, “Karena engkaulah aku diperintahkan bahwa aku tidak boleh membuka (pintu surga) buat siapa pun sebelum engkau.”
Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Amr ibnu Muhammad An-Naqid dan Zuhair ibnu Harb, keduanya dari Abun Nadr Hasyim ibnul Qasim, dari Sulaiman alias Ibnul Mugirah Al-Qaisi, dari Sabit, dari Anas r.a. dengan sanad yang sama.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Hammam ibnu Munabbih, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Rombongan pertama yang masuk surga rupa mereka-seperti bulan di malam purnama; mereka tidak pernah meludah di dalam surga dan tidak pernah berdahak serta tidak pernah buang air. Wadah-wadahan mereka dan sisir mereka dari emas dan perak; pedupaan mereka adalah getah kayu uluwwah, dan keringat mereka berbau minyak kesturi. Masing-masing dari mereka mempunyai dua orang istri yang karena cantiknya sumsum betisnya dapat terlihat dari balik dagingnya. Tidak ada perselisihan di antara mereka dan tidak ada saling membenci (di antara mereka), hati mereka sama dengan hati seseorang; mereka selalu bertasbih menyucikan Allah setiap pagi dan petang.
Imam Bukhari meriwayatkan hadis ini dari Muhammad ibnu Muqatil, dari Ibnul Mubarak. Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Muhammad ibnu Rafi’, dari Abdur Razzaq; keduanya (yakni Ibnul Mubarak dan Abdur Razzaq) dari Ma’mar berikut sanadnya dengan lafaz yang semisal. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Abuz Zanad, dari Al-A’raj, dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
Al-Hafiz Abu Ya’la mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Khaisamah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Imarah ibnul Qa’qa’, dari Abu Zar’ah, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Rombongan pertama yang masuk surga rupa mereka seperti bulan di malam purnama. Dan orang-orang yang sesudah mereka rupanya seperti bintang yang cahayanya paling terang di langit. Mereka tidak pernah buang air kecil, tidak pernah buang air besar, tidak pernah meludah, dan tidak pernah berdahak. Sisir mereka dari emas, keringat mereka berbau minyak kesturi, dan pedupaan mereka adalah uluwwah, istri mereka dari bidadari, dan akhlak mereka adalah akhlak satu orang, dan bentuk mereka seperti bentuk bapak moyang mereka – yaitu Adam – tingginya enam puluh hasta menjulang ke langit.
Imam Bukhari dan Imam Muslim telah mengetengahkan pula hadis ini melalui Jarir.
Az-Zuhri telah meriwayatkan dari Sa’id, dari Abu Hurairah r.a., dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Kelak akan masuk surga dari kalangan umatku suatu rombongan (tanpa hisab) yang berjumlah tujuh puluh ribu orang, wajah mereka bersinar terang bagaikan rembulan di malam purnama. Maka berdirilah Ukasyah ibnu Mihsan r.a., lalu berkata, “Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah semoga Dia menjadikan diriku termasuk salah seorang dari mereka.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ berdoa: Ya Allah, jadikanlah dia termasuk dari golongan mereka. Kemudian berdiri pula seorang lelaki dari kalangan Ansar, lalu berkata, “Wahai Rasulullah, doakanlah kepada Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى semoga Dia menjadikan diriku termasuk golongan mereka.” Maka Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Ukasyah telah lebih dahulu darimu mendapatkannya.
Hadis ini diriwayatkan pula dengan teks yang menyebutkan ‘tujuh puluh ribu orang masuk surga tanpa dihisab’, diketengahkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Ibnu Abbas, Jabir ibnu Abdullah, Imrah ibnu Husain, Ibnu Mas’ud, Rifa’ah ibnu Arrabah Al-Juhani, dan Uramu Qais binti Mihsan; semoga Allah melimpahkan rida-Nya kepada mereka.
Menurut Imam Bukhari dan Imam Muslim disebutkan pula melalui Abu Hazim, dari Sahi ibnu Sa’d r.a., bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Sesungguhnya akan masuk surga dari kalangan umatku sebanyak tujuh puluh ribu orang atau tujuh ratus ribu orang; sebagian dari mereka memegang sebagian yang lain, hingga orang yang pertama dan orang yang terakhir dari mereka masuk surga (bersama-sama); wajah mereka indah bercahaya seperti rembulan di malam purnama.
Abu Bakar ibnu Abu Syaibah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ismail ibnu Iyasy, dari Muhammad ibnu Ziad yang mengatakan bahwa ia pernah mendengar Abu Umamah Al-Bahili r.a. mengatakan bahwa ia pernah mendengar Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda: Tuhanku telah menjanjikan kepadaku bahwa Dia akan memasukkan ke dalam surga sebagian dari umatku berjumlah tujuh puluh ribu orang, masing-masing dari tiap seribu orang membawa tujuh puluh ribu orang, tiada hisab atas mereka dan tiada azab, juga dimasukkan pula sejumlah tiga raupan dari raupan tangan Tuhanku.
Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Al-Walid ibnu Muslim, dari Safwan ibnu Amr, dari Hakim ibnu Amir, dari Abul Yaman alias Amir ibnu Abdullah ibnu Yahya, dari Abu Umamah.
Imam Tabrani meriwayatkannya dari Uyaynah ibnu Abdus Salma dengan teks:
Kemudian setiap seribu orang membawa tujuh puluh ribu orang.
Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Sauban dan Abu Sa’id Al-Anmari, yang mempunyai banyak syahid yang menguatkannya diriwayatkan melalui jalur-jalur yang cukup banyak.
Firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Sehingga apabila mereka sampai ke surga itu, sedangkan pintu-pintunya telah terbuka dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu! Maka masukilah surga ini, sedangkan kamu kekal di dalamnya. (Az-Zumar: 73)
Jawaban mereka tidak disebutkan dalam ayat ini. Bentuk lengkapnya ialah bahwa sehingga manakala mereka telah sampai ke surga, dan hal-hal yang disajikan terhadap mereka —seperti dibukakannya semua pintu surga bagi mereka— merupakan suatu penghormatan dan pengagungan bagi mereka; dan para malaikat penjaga surga menyambut kedatangan mereka dengan berita gembira, salam, dan pujian. Sebagaimana Malaikat Zabaniyah (malaikat juru siksa) menyambut kedatangan orang-orang kafir dengan caci maki dan kecaman. Maka apabila hal itu terjadi, ahli surga merasa berbahagia, senang, gembira, dan riang; masing-masing merasakannya sesuai dengan kenikmatan yang telah disediakan baginya di dalam surga.
Apabila jawab (istilah Nahwu, pent.) tidak disebutkan dalam ayat ini, maka hati pembaca akan dipenuhi dengan rasa harap dan angan-angan (untuk mengetahui kelanjutannya). Dan orang yang menduga bahwa huruf wawu yang terdapat di dalam firman-Nya:
sedangkan pintu-pintunya telah terbuka. (Az-Zumar: 73)
adalah wawu samaniyah, lalu ia menyimpulkan dari ayat ini bahwa semua pintu surga itu berjumlah delapan. Maka sesungguhnya ia jauh dari kebenaran dalam kesimpulannya, dan berarti telah meruwetkan permasalahan. Karena sesungguhnya pengertian jumlah semua pintu surga ada delapan buah itu hanyalah disimpulkan dari hadis-hadis sahih yang membicarakannya, bukan dari ayat ini.
Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abdur Razzaq, telah menceritakan kepada kami Ma’mar, dari Az-Zuhri, dari Humaid ibnu Abdur Rahman, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Barang siapa yang membelanjakan sejodoh hartanya (ternaknya) di jalan Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى, maka ia akan diseru dari semua pintu surga. Dan surga itu mempunyai banyak pintu masuk. Maka barang siapa yang ahli salat, ia diseru dari pintu salat. Barang siapa ahli sedekah, ia diseru dari pintu sedekah. Barang siapa ahli jihad, ia diseru dari pintu jihad. Dan barang siapa ahli puasa, ia diseru dari pintu Ar-Rayyan. Maka sahabat Abu Bakar bertanya, “Wahai Rasulullah, tidak menjadi masalah bagi seseorang bila ia diseru dari pintu mana pun, tetapi apakah ada seseorang yang diseru dari semua pintu surga?” Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menjawab: Ya, ada. Dan aku berharap semoga engkau termasuk di antara mereka.
Imam Bukhari dan Imam Muslim meriwayatkan hadis ini melalui Az-Zuhri dengan lafaz yang semisal.
Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Abu Hazim alias Salamah ibnu Dinar, dari Sahi ibnu Sa’d r.a., bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Sesungguhnya di dalam surga itu terdapat delapan buah pintu; salah satunya dinamakan Ar-Rayyan, tiada seorang pun yang masuk darinya kecuali hanya orang-orang yang puasa.
Di dalam kitab Sahih Muslim disebutkan melalui Umar ibnul Khattab r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda:
Tidak sekali-kali seseorang dari kamu berwudu dengan sangat atau dengan sempurna, kemudian mengucapkan doa, “Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan yang wajib disembah melainkan Allah dan bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya,” melainkan dibukakan baginya semua pintu surga yang delapan, dia dapat memasukinya dari pintu mana pun yang disukainya.
Al-Hasan ibnu Arafah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Isamil ibnu Iyasy, dari Abdullah ibnu Abdur Rahman ibnu Abu Husain, dari Syahr ibnu Hausyab, dari Mu’az r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ pernah bersabda: Kunci surga ialah (kalimat) “Tidak ada Tuhan yang wajib disembah selain Allah.”
Hadits-Hadits Tentang Pintu Surga
Di dalam kitab Sahihain disebutkan melalui hadis Abu Zar’ah, dari Abu Hurairah r.a. tentang hadis syafaat yang cukup panjang, yang antara lain seperti berikut:
Maka Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى berfirman, “Hai Muhammad, masukkanlah orang yang tidak ada hisab baginya dari kalangan umatmu dari pintu sebelah kanan, dan pintu lainnya dipersekutukan oleh semua orang. Demi Tuhan yang jiwa Muhammad berada di dalam genggaman kekuasaan-Nya, sesungguhnya jarak di antara kedua sisi pintu dari salah satu pintu surga yaitu lebar dari kedua daun pintu (gerbang)nya benar-benar sama dengan jarak antara Mekah ke Hajar atau antara Hajar ke Mekah. Dan menurut riwayat lain disebutkan: antara Mekah dan Basra.
Di dalam Sahih Muslim disebutkan dari Atabah ibnu Gazwan, bahwa ia pernah berkhotbah kepada mereka sekali khotbah, antara lain ia mengatakan:
bahwa telah diceritakan kepada kami bahwa jarak di antara kedua sisi pintu dari suatu pintu-pintu surga sama dengan perjalanan empat puluh tahun. Dan sesungguhnya akan datang padanya suatu hari, sedangkan pintu itu akan penuh sesak karena banyaknya orang yang masuk.
Di dalam kitab Al-Musnad disebutkan dari Hakim ibnu Mu’awiyah, dari ayahnya, dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ hal yang semisal.
Abdu ibnu Humaid mengatakan, telah menceritakan kepada kami Al-Hasan ibnu Musa, telah menceritakan kepada kami Ibnu Lahi’ah, telah menceritakan kepada kami Darij, dari Abul Haisam, dari Abu Sa’id r.a., dari Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ yang telah bersabda: Sesungguhnya jarak di antara kedua sisi pintu surga sama dengan jarak perjalanan empat puluh tahun.
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
dan berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya, “Kesejahteraan (dilimpahkan) atasmu, berbahagialah kamu!” (Az-Zumar: 73)
Yakni alangkah baiknya amal perbuatan dan ucapan kalian, alangkah baiknya usaha kalian, dan alangkah baiknya balasan pahala kalian. Seperti yang diperintahkan oleh Rasulullah صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ agar diserukan di kalangan kaum muslim dalam suatu peperangan:
Sesungguhnya surga itu tidak dapat dimasuki kecuali oleh jiwa yang muslim atau mukmin.
Adapun firman Allah سُبْحَانَهُ وَ تَعَالَى:
Maka masukilah surga ini, sedangkan kamu kekal di dalamnya. (Az-Zumar: 73)
Yakni tinggallah kalian di dalamnya untuk selama-lamanya, kalian tidak akan mau pindah darinya.
Kemudian Allah berfirman tentang para penghuni surga, وَسِيقَ الَّذِينَ اتَّقَوْا رَبَّهُمْ “Dan orang-orang yang bertakwa kepada Rabbnya dibawa,” karena telah mengesakanNya dan beramal melakukan ketaatan kepadaNya, mereka digiring dengan penuh penghormatan dan pemuliaan, mereka dihimpun sebagai delegasi atas para malaikat yang mulia, إِلَى الْجَنَّةِ زُمَرًا “ke surga berombong-rombongan pula,” dengan riang gembira dan senang hati, setiap rombongan beserta rombongan yang sesuai dengan amal perbuatannya. حَتَّى إِذَا جَاءُوهَا “Sehingga apabila mereka sampai ke sana,” maksudnya, mereka tiba ke tempat yang sangat lapang dan tempat-tempat tinggal yang unik itu, dan aroma wangi dan angin sepoi-sepoinya bertiup menghembusi mereka, dan telah tiba saat kekekalan dan kenikmatannya, وَفُتِحَتْ “sedang telah dibuka” untuk mereka أَبْوَابُهَا “pintu-pintunya,” dibuka sebagai penghormatan untuk manusia-manusia yang mulia, agar mereka dimuliakan di dalamnya, وَقَالَ لَهُمْ خَزَنَتُهَا “maka berkatalah kepada mereka penjaga-penjaganya,” sebagai ucapan selamat dan sambutan hangat untuk mereka, سَلَامٌ عَلَيْكُمْ “Kesejahteraan atasmu,” maksudnya, keselamatan dari segala keburukan telah menjadi milik kalian. طِبْتُمْ “Berbahagialah kamu,” maksudnya, berbahagialah hati kalian dengan ma’rifatullah, mencintaiNya, dan takut kepadaNya, dan lisan kalian dengan berdzikir mengingatNya, serta anggota-anggota tubuh kalian dengan ketaatan kepadaNya ف “maka” disebabkan kebahagiaan kalian ادْخُلُوهَا خَالِدِينَ “masukilah surga ini, sedang kamu kekal di dalamnya,” sebab ia adalah negeri yang suci dan tidak pantas menghuninya kecuali orang-orang yang suci pula.
Dan tentang neraka, Allah berfirman, فُتِحَتْ أَبْوَابُهَا sedangkan tentang surga Dia berfirman, وَفُتِحَتْ dengan menggunakan huruf wau, adalah sebagai isyarat bahwa saat para penghuni neraka tiba di (depan pintunya), pintu-pintu neraka itu pun langsung dibuka tanpa menunggu-nunggu lagi atau menunda-nunda waktu, dan agar saat pembukaannya di hadapan muka mereka dan saat mereka tiba, panasnya terasa lebih hebat dan azabnya lebih dahsyat. Adapun surga adalah negeri yang sangat tinggi lagi mahal yang tidak akan bisa dicapai dan tidak bisa diraih oleh setiap orang kecuali orang-orang yang telah memenuhi berbagai wasa`il (sarana dan persyaratan) yang dapat mengantarkannya kepadanya. Dan di samping itu pula mereka masih memerlukan syafa’atnya pemberi syafa’at termulia untuk bisa memasukinya. Surga tidak langsung dibukakan untuk mereka saat mereka sampai di hadapannya. Akan tetapi mereka harus meminta syafa’at kepada Allah melalui Nabi Muhammad صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ hingga beliau memberikan syafa’atnya, lalu Allah memperkenankan syafa’at beliau.
Pada ayat-ayat di atas terdapat satu dalil yang menunjukkan bahwa neraka dan surga mempunyai pintu-pintu yang dapat dibuka dan ditutup, dan masing-masing dari keduanya memiliki para penjaga atau petugas. Keduanya adalah negeri yang khusus yang tidak akan dimasuki kecuali oleh manusia-manusia yang berhak untuk menempatinya. Keduanya sangat berbeda dengan tempat-tempat tinggal dan negeri-negeri lainnya.
Dan pada waktu yang bersamaan orang-orang yang bertakwa kepada tuhannya dan beramal saleh, diantar ke dalam surga secara berombongan. Sehingga apabila mereka telah sampai kepadanya yakni ke pintu surga dan kemudian pintu-pintunya telah dibukakan, penjaga-penjaganya berkata kepada mereka, ‘kesejahteraan senantiasa dilimpahkan atasmu, berbahagialah kamu! maka masuklah dengan suka cita, dan kamu kekal menetap di dalamnya untuk selama-lamanya. ’74. Mereka dipersilakan masuk dengan penuh suka cita, dan mereka pun lalu berkata, ‘segala puji bagi Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang telah memenuhi janji-Nya melalui para rasul kepada kami, dan telah memberikan tempat, yakni surga, ini kepada kami, sedang kami diperkenankan menempati surga di mana saja yang kami kehendaki. ‘ maka surga itulah sebaik-baik balasan bagi orang-orang yang beramal kebajikan di dunia.
Az-Zumar Ayat 73 Arab-Latin, Terjemah Arti Az-Zumar Ayat 73, Makna Az-Zumar Ayat 73, Terjemahan Tafsir Az-Zumar Ayat 73, Az-Zumar Ayat 73 Bahasa Indonesia, Isi Kandungan Az-Zumar Ayat 73
Tafsir Surat Az-Zumar Ayat: 1 | 2 | 3 | 4 | 5 | 6 | 7 | 8 | 9 | 10 | 11 | 12 | 13 | 14 | 15 | 16 | 17 | 18 | 19 | 20 | 21 | 22 | 23 | 24 | 25 | 26 | 27 | 28 | 29 | 30 | 31 | 32 | 33 | 34 | 35 | 36 | 37 | 38 | 39 | 40 | 41 | 42 | 43 | 44 | 45 | 46 | 47 | 48 | 49 | 50 | 51 | 52 | 53 | 54 | 55 | 56 | 57 | 58 | 59 | 60 | 61 | 62 | 63 | 64 | 65 | 66 | 67 | 68 | 69 | 70 | 71 | 72 | 73 | 74 | 75